Menemukan satu hal penting dalam hidup bukan berarti harus melepaskan semua hal penting lainnya. Cinta memang berada di atas segalanya, namun bukan berarti tidak ada kesalahan di sana. Mungkin hanya terjadi sesekali.
.
.
.
Keberadaan dua Pangeran Timur Tengah itu sudah tidak asing lagi baginya. Melangkah lebih dekat seraya menduduki salah satu kursi kosong yang ada, "Tidak berubah."
Salah satu pria bermata indah lantas menuangkan anggur pada sebuah gelas kosong dan mengulurkannya "Kau menghilang cukup lama, apa yang terjadi?"
"Mereka berulah lagi? Kali ini apa yang membuatmu pergi lebih lama dari biasanya?" sahut pria lainnya.
Bibir hatinya mengalunkan desahan kecil "Kupikir mereka tidak akan pernah berhenti sebelum aku benar-benar lenyap... yah, bagaimana Raja kalian bisa membiarkan dua Pangerannya berkeliaran seperti ini?"
"Tidak ada salahnya bersenang-senang sekaligus memastikan keberadaanmu,"
"Kau pikir aku tidak akan kembali, huh? Urusi saja ladang minyakmu, Ali."
Ali hanya tertawa "Lama tidak bertemu membuatmu berbeda, mana Yunho yang jarang berbicara itu? Kau menghilangkannya?" guraunya.
"Kau merindukan kembaranku itu? Aku akan mencarinya jika kau ingin," timpal Yunho.
"Yah~ Jangan membuatku merinding dengan perkataanmu, Yunho. Memangnya berapa polisi yang ingin kau lenyapkan? Aku tidak mau lagi menjadi tamengmu!" serunya "Dan satu lagi, aku sudah melepas gelar itu. Jadi jangan sebut aku Pangeran atau sejenisnya."
"Maafkan hamba, Pangeran Fawaz."
"Sialan!" runtuk Fawaz yang melempar bantal pada kepala Yunho. Kemudian beranjak mendekati bar mewah di sana.
Ali melirik Yunho penasaran "Katakan kepadaku apa yang terjadi? Bukankah kau yang seharusnya menangani Emirates kini? Kenapa mereka malah menunjuk Hyerin Cho sebagai pengganti paman Sejoon?"
"Pertanyaanmu terlalu banyak, Ali." keluh Yunho terlihat tidak berminat membaginya.
"Yah, kau ini sulit sekali diajak berdiskusi."
Fawaz mendekat dengan cangkir-cangkir kopi "Kupikir kita membutuhkan sedikit dorongan untuk perbincangan kali ini. Juga... Yunho, siapa si cantik yang sebelumnya bersamamu? Dia berasal dari Korea Selatan juga seperti dirimu? Laki-laki?!"
Yunho hanya mengedikan bahunya "Dia yang ditunjuk ayahku untuk mendampingiku." kelakarnya merasa bangga.
"Bohong!" cerca Ali terkejut.
"Kau selalu saja bergurau, Yunho. Mana mungkin paman Sejoon- sh*it! Jadi ini alasan pria itu ketika memaksaku untuk pergi ke Firenze?!" Fawaz terbelalak tak percaya begitu Yunho mengeluarkan sebuah kalung dengan bandul cantik, tentu saja dirinya tidak mungkin tidak mengenal permata langka yang susah payah diperjuangkannya pada pelelangan di Italia dua tahun lalu.
Fawaz mulai merasa tertarik dengan alur percintaan Yunho yang diciptakan Sejoon, tidak menyangka jika mendiang pria yang selama ini membantu kehidupannya usai lepas dari kerajaan itu melampaui hal yang seharusnya tidak dilakukan. Maksudnya, Sejoon terlalu gila untuk merancang masa depan Yunho sejak awal!
"Dia... yang sebelumnya bersamamu, bukan?" tanya Ali yang terlepas dari keterkejutannya.
Lekuk bibir Yunho terlihat lugas "Dia kekasihku,"
"Gila!" seru Fawaz "Apakah kau melakukannya secara paksa? Maksudku... hubungan kalian terlihat disengaja?"
Yunho terlihat menggeleng tidak terlalu memahaminya "Entahlah, sejak pertama melihatnya... aku merasa berbeda. Dia adalah orang pertama yang kulihat begitu aku membuka mata. Mungkin aku merasa berhutang budi, namun aku tahu jika aku tidak ingin hubungan kami berakhir tanpa arti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionDirinya terbangun tanpa mengetahui apapun. Semua terasa buram dan kelam. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dan sosok menawan itu mulai memenuhi pikirannya. Siapakah pemilik wajah rupawan itu? Ketika semua hal terasa semakin sulit dimengerti, sebua...