part 1

417 38 13
                                    

Daehyun turun dari bus dan melangkah gontai menyusuri jalan menuju apartemennya.
Dia gagal lagi di audisi hari ini.
Dihitung-hitung ini sudah percobaan ke 19 sejak Daehyun menginjakkan kaki di Seoul, 6 bulan yang lalu.

Mau pulang ke Busan, rasanya malu. Mau tetap di Seoul, dia harus mencari kerja paruh waktu agar bisa mengikuti kelas vokal lagi seperti di Busan.
Sebenarnya orang tua Daehyun bisa saja membiayai kebutuhan putra bungsu mereka di Ibu Kota, tapi harga diri Daehyun tidak mengijinkannya.
Saat ia meninggalkan Busan selepas lulus sekolah, dia sudah berjanji pada dirinya untuk bisa membuat bangga orangtuanya lewat musik, karena ia tidak sepandai kakaknya yang masuk kuliah di universitas bergengsi di luar negri.

Melangkah masuk ke dalam apartemennya yang gelap gulita, Daehyun menekan tombol untuk menyalakan lampu, yang dengan segera ia sesali saat melihat betapa berantakannya tempat yang ia tinggali.
Daehyun bukan orang yang sangat rapi, tapi dia tidak bisa berlama-lama membiarkan tempat tinggalnya berantakan.

Setelah setengah jam berbenah, akhirnya Daehyun merebahkan dirinya di kasur, sambil mencari-cari di internet tentang pekerjaan sambilan.

Matanya tertuju pada satu iklan sederhana, tentang sebuah kafe yang butuh pelayan paruh waktu. Dengan semangat ia menyimpan gambar iklan tersebut dan mempelajarinya.

Bbang's place nama kafenya. Mencari orang yang mau jadi pelayan paruh waktu, dengan bayaran per jam yang lumayan besar.
Daehyun langsung bangun dan mencari baju yang masih bisa ia kenakan untuk mencoba peruntungan di kafe itu. Sudah hampir satu minggu ini Daehyun mengikuti audisi sampai lupa cuci baju.
Dengan penuh harapan Daehyun menarik selimutnya dan bersiap untuk tidur setelah memastikan semuanya sudah siap untuk besok.

Dan Daehyun pun tertidur.

*-*

Pagi menjelang. Daehyun sudah bangun bahkan sebelum alarm berbunyi. Dia merapikan rumahnya dengan menyeluruh, sambil berpikir bila ia diterima di kafe itu, akan semakin sedikit waktu untuk membersihkan rumah.

Jam 9 pagi Daehyun sudah berada di dalam bus dan 20 menit kemudian dia sudah turun di halte tujuan. Tepat di sebrang halte itulah terletak Bbang's place.
Langkah Daehyun terlihat mantap tapi hatinya dag dig dug.
Dia belum pernah melamar untuk kerja paruh waktu. Selama ini dia selalu melamar untuk menjadi penyanyi, alias audisi.

"Permisi..." Daehyun membuka pintu masuk sambil menjulurkan kepalanya. Ada seorang pria dengan rambut berombak dan bertato di dada -kelihatan dari kaos potongan rendah yang orang itu gunakan- dengan kacamata bulat memandang ke arah pintu.
"Ya?" Suaranya berat dan dalam, membuat Daehyun agak merinding.
"Umm begini, boleh masuk?"
Pria bertato itu hanya mengangguk. Daehyun melangkah masuk ke dalam kafe yang masih gelap, tetapi hanya sampai di belakang pintu, sambil tetap memegangi daun pintu.
"Aku membaca iklan tentang pekerja paruh waktu."
Orang itu berpikir sejenak baru kemudian mengangguk.
"Apakah anda masih butuh pekerja paruh waktu? Karena saya mau mengajukan diri."

"Masuklah dulu dan tutup pintunya." Jawab orang itu sambil mengelap meja.
Daehyun mendekat.
"Bisa mengelap meja?"
Daehyun mengangguk.
"Cuci piring?"
Lagi ia mengangguk.
"Menyapu lantai dan mengepel?"
Daehyun mengangguk lagi.
"Bagus. Tapi bukan itu pekerjaan utama mu disini kalau mau bergabung."
Alis Daehyun naik.
"Lalu?" Tanya dia bingung.

"Aku yang akan mengerjakan itu semua, sedangkan kamu, tugasnya berdiri di dalam counter dan melayani pelanggan."
"Kasir?" Tanya Daehyun yang masih bingung.
Orang itu menggeleng.
"Kamu akan jadi asisten counter. Menyiapkan pesanan."
"Maksudnya?"
"Aku punya kasir, aku punya barista, aku punya chef pastry, aku punya waiters. Tapi aku butuh orang yang menghubungkan pekerjaan mereka semua.
Jadi, ikuti aku."
Mereka melangkah ke dalam counter.
"Saat kasir ku menerima order, setelah customer membayar maka selanjutnya adalah tanggung jawab kamu. Menyampaikan pesanan pelanggan kepada bagiannya masing-masing.

ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang