13

97 17 4
                                    

"Dae..."
Yongguk memanggil nama Daehyun lagi yang masih terdiam sambil menatapnya.
"Jung Daehyun." tangan Yongguk meraih bahu Daehyun dan mengguncangnya perlahan.

"Ini...betul hyung? Aku tidak sedang bermimpi?" tanya Daehyun tanpa berkedip, membuat Yongguk tersenyum lebar.

"Ini aku, Dae. Bang Yongguk. Yongguk hyung mu."
Daehyun langsung memeluk orang didepannya. Dia sudah tidak perduli lagi bila ada yang mengenali mereka.
"Hyung...aku rindu." Bisik Daehyun di dada bidang Yongguk.
Yongguk balas memeluknya.
"Aku juga...aku sangat rindu sama kamu Dae."

Akhirnya Daehyun mengendurkan pelukannya untuk bisa melihat wajah Yongguk dengan jelas.
"Hyung kemana aja?" tanya Daehyun dengan air mata yang tidak bisa ditahan lagi.
"Hey, sayang, jangan menangis. Ayo duduk dulu." Yongguk membimbing Daehyun untuk duduk dan tidak melepaskan genggaman tangan mereka.

"Maafkan aku sayang, aku terlalu sibuk sampai tidak ada waktu untuk memberi kabar. Jujur saja aku sebenarnya takut untuk menghubungi kamu. Takut kamu sibuk, takut kamu terganggu, tapi yang paling aku takutkan adalah takut kamu sudah melupakan aku."

Daehyun menatap Yongguk tidak percaya. Seharusnya dia yang berpikiran seperti itu, bukannya Yongguk.

"Mana mungkin aku lupa sama hyung?!" Jawab Daehyun kesal.
"Aku selalu menunggu kabar dari hyung! Saat aku menelepon hyung pagi ini dan diangkat, rasanya aku marah sekali. Nomor hyung tidak berubah dan hyung masih menyimpan nomorku tapi tidak pernah sekalipun mengirim pesan." emosi Daehyun menang. Dia terus meluapkan emosinya ke Yongguk, tapi hanya ditanggapi dengan senyuman.

"Ah...aku rindu sekali suara mu. Ayo kita ngobrol di tempat lain." Yongguk menarik tangan Daehyun dan membawa mereka ke mobilnya.

"Kita mau kemana?" tanya Daehyun saat mereka tiba di sebuah mansion.

"Selamat datang di kediaman keluarga Bang."

Mata Daehyun terbuka lebar. Ini rumah keluarga Bang? Berarti ada keluarga Bang didalamnya? Termasuk kembarannya yang menyebalkan juga ibunya?

"Tenang. Hanya aku yang tinggal disini. Aku sudah mengirim Nyonya Bang ke luar negri. Yongnam juga tinggal di apartemen sendiri."

Keduanya turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah yang teramat sangat besar. Daehyun tidak pernah membayangkan bahwa mantan bosnya dibesarkan dirumah seperti ini dan berhasil melarikan diri, tinggal hanya di apartemen biasa.

"Duduk dulu Dae, aku mau ganti pakaian. Mau minum apa? Biar dibuatkan oleh Mr Lee."
"Apa saja..."

Daehyun menatap sekelilingnya. Rumah mewah ini sama seperti yang selalu dia lihat di film. Dia jadi membayangkan seperti apa Yongguk kecil dulu. Semua emosinya hilang, berganti dengan rasa penasaran. Mudah sekali perhatiannya teralihkan kalau sudah menyangkut Bang Yongguk.


Mereka berdua duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Yongguk sudah berganti dengan pakaian yang lebih santai, lebih Yongguk menurut Daehyun. Daehyun sendiri sudah melepaskan topi dan maskernya.

"Satu tahun kita tidak bertemu dan kamu masih tetap menarik, Jung Daehyun." Yongguk membuka percakapan. Daehyun tersipu.

"Aku tahu satu tahun bukan waktu yang sebentar, dan aku rasa apa yang akan aku katakan tidak bisa sekaligus membuat mu memaafkan aku. Tapi apa yang akan aku ceritakan adalah yang sesungguhnya. Apa kamu bersedia mendengarkannya, Dae?"
Dae mengangguk cepat. Apapun itu, dia ingin mendapatkan penjelasan.

"Satu tahun yang lalu saat aku tiba-tiba menghilang, aku memasang target hanya satu tahun akan tetap berada di perusahaan. Dan selama tiga bulan pertama aku betul-betul butuh konsentrasi total. Makanya aku bilang ke Himchan untuk tidak memberikan info apapun tentang kamu. Setelah tiga bulan aku sudah bisa beradaptasi, aku mulai mengikuti kegiatan kamu lewat fanbase. Aku member fansclub DaeJae." Cerita Yongguk dengan bangga, membuat Daehyun tertawa kecil.

"Menjelang waktu yang dijanjikan, Yongnam membuat kekacauan lagi. Dia dengan semena-mena bermain dengan saham perusahaan. Mau tidak mau aku harus merapikan semuanya terlebih dahulu dan merekrut pimpinan baru, memastikan bahwa orang yang akan menggantikan ku tidak mudah termakan omongan Yongnam dan tidak akan kalah dibawah tekanan Mama. Oleh karena itu aku memperpanjang masa konsentrasiku, dan menghindari menghubungi kamu.

Lewat dari waktu yang dijanjikan proses rekrutmen belum juga selesai. Aku tidak bisa meninggalkan mejaku begitu saja karena pasti Yongnam akan masuk. Hari ini, saat kamu telepon, aku sedang memutuskan siapa yang akan menjadi pengganti ku. Lalu selesai meeting, sekretarisku melaporkan bahwa handphone ku diambil Yongnam. Aku langsung mencari posisinya dan berhasil menemukan kalian di kafe.

Penjelasanku hanya sesingkat itu, tapi kamu boleh cek sama semua orang, apa saja yang aku lakukan setahun ini. Mewujudkan impian seseorang, yang bukan impian ku sendiri, rasanya berat. Tapi aku tidak boleh melepaskan tanggung jawab ku.

Sekarang, setelah hasil meeting hari ini, aku bisa bebas lagi. Dalam waktu 1-2 minggu kedepan, semua masalah administrasi akan selesai dan aku bisa kembali lagi ke kafe. Kembali ke tempat dimana seharusnya aku berada."

Daehyun menatap Yongguk dengan kesal.

"Seharusnya hyung mengatakan sesuatu. Dari 365 hari apa tidak ada 1 hari, atau 1 jam saja hyung bisa berpikir dengan tenang dan bebas?" Daehyun cemberut.

"Iya sayang, maafkan aku. Saat itu aku merasa kalau aku menghubungi kamu rasanya aku tidak akan bisa bertahan konsentrasinya. Aku pasti akan terus menghubungi kamu dan kehilangan fokus.Kamu sendiri bagaimana selama setahun ini?"

"Aku...sibuk. Seharusnya hyung tahu jadwalku, kan hyung salah satu fansku."

"Iya aku tahu, kamu sangat sibuk kesana kesini."

"Tapi aku masih terus memikirkan hyung. Setiap kali aku berdiri di panggung, aku selalu mengatakan kepada diriku untuk tetap percaya pada mimpiku. Aku juga berharap hyung ada di salah satu tempat duduk penonton. Hanya hal sekecil itu saja bisa membuatku bertahan melewati hari-hari yang sepi.

Aku selalu mengetik pesan untuk hyung, tapi tidak pernah ku kirim. Takut mengganggu hyung. Takut hyung sudah lupa sama aku.

Aku kesepian. Walaupun banyak orang disekitarku, tapi rasanya kurang."

Daehyun kembali menangis.

"Bahkan aku sampai melakukan hal yang seharusnya tidak aku lakukan...karena aku sangat kesepian."

"Kamu melakukan apa sayang?" Tanya Yongguk perlahan, dia tidak siap mendengar kelanjutannya tapi harus tahu apa yang sudah terjadi.

"Maafkan aku...aku mencium Youngjae...di bibir...tapi aku membayangkan hyung...aku...sudah mengecewakan hyung dan diriku sendiri..."

Tangisan Daehyun makin menjadi. Dada Yongguk terasa sakit. Bukan karena kenyataan bahwa Daehyun mencium orang lain, tapi karena dialah yang membuat Daehyun menangis dan kesepian dan melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan.

Yongguk meraih Daehyun ke dalam pelukannya.

"Maaf kan aku sayang. Ini bukan salah kamu. Ini salahku. Maafkan aku. Please stop crying. Maafkan aku Dae...maaf."

Mendengar Yongguk minta maaf, tangisan Daehyun makin keras.

Mereka berdua terus berpelukan sampai tangisan Daehyun reda. Yongguk tetap memeluk Daehyun, mengelus rambut dan punggungnya. Terus meminta maaf.

"Hyung...stop minta maaf. Hyung nggak salah." Pinta Daehyun.

"Aku yang salah Dae. Seharusnya aku tidak melepaskan kontak begitu saja. Aku seharusnya tetap mengabari kamu, jadi kamu nggak kesepian. Aku minta maaf."

Yongguk menatap Daehyun, dan perlahan mengurangi jarak antara wajah mereka. Bibirnya menyentuh bibir Daehyun, dan mengecupnya pelan, penuh perasaan dan kerinduan.

"Biarkan aku menghapus apa yang sudah terjadi, dan menggantinya dengan yang baru, jadi kamu harus berhenti merasa bersalah."

Yongguk mencium Daehyun penuh dengan kasih sayang. Daehyun menyambut kecupan kekasihnya dengan penuh kerinduan.

Malam itu mereka berdua menghabiskan waktu dengan saling berpelukan dan berbagi kecupan. Menggantikan waktu selama 1 tahun yang telah terlalui dalam kesepian. Menyatakan perasaan masing-masing dan meyakinkan kedua pihak bahwa perasaan mereka masih sama dan tidak akan berubah.

-tbc-

ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang