part 7

157 25 1
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Bang Yongguk menutup kafe nya. Semua staf sudah pulang, kecuali Himchan.

Yongguk pov.

"Guk mau makan dulu nggak?" Tanya Himchan saat aku mengunci pintu terakhir.
"Mau kemana?" Tanyaku.
"Kedai di sungai han aja. Rasanya pingin makan tteok yang enak."
Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. Rasanya aku juga butuh sedikit minuman.
"Naik apa?"
"Mobil ku." Jawab Himchan cepat. Kami menuju mobil merah miliknya. Himchan memang lain. Dia suka jadi pusat perhatian.

"Ada apa Gukkie?" Tanya Himchan saat mobil sudah melaju.
"Eh? Nggak ada apa-apa." Jawabku bingung.
"Sudah sebulan belakangan ini kayanya lagi ga semangat. Bukannya Papa Bang sudah menepati semua janjinya?"
Aku mengangguk.
"Trus? Nam masih mengganggu?"
Aku menggeleng.
"Trus?"
"Aku nggak papa chan."
Himchan hanya tertawa sinis.
"Nggak apa-apa gimana. Setiap sore melirik handphone. Menjelang tutup lebih sering menghela nafas. Mau buka kafe 24 jam biar ada pengalihan perhatian?"
"Maksudnya?"
"Pasti ada sesuatu."
"Aku nggak ngerti." Jawabku.
"Ya sudah. Nanti juga kamu nyadar."
Himchan mematikan mesin mobil. Kita sudah sampai ternyata.

"Bi aku mau tteokboki satu, lengkap ya bi. Soju dua. Omelete satu ya."
Himchan memesan makanan. Aku hanya mengikuti dia sambil menatap orang yang ada di depanku. Aku masih nggak mengerti maksud dia.

"Dae gimana kabarnya Guk?"
Aku menghela nafas. Gimana? Aku juga jarang dapat kabar dari dia akhir-akhir ini.
"Mulai sibuk kayanya. Sudah jarang kirim pesan."
Himchan manggut-manggut.
"Bukannya kalian sesekali hangout?"
Aku mengangguk.
Terakhir kita makan malem bareng itu bulan lalu. Itu juga Daehyun mengajak teman sekamarnya, Youngjae.
"Ya tapi sudah lama. Terakhir bulan lalu. Kata Youngjae sih jadwal mereka sudah semakin padat. Semoga persiapa debut."
"Youngjae? Oh, teman sekamar Dae?" Tanya Himchan.
"Iya. Anaknya baik. Akrab sama Dae."
Himchan tersenyum aneh.
"Kenapa?"
"Nggak. Bagus kan Dae bisa punya teman dekat. Jadi inget waktu dia baru dateng. Berusaha banget untuk bisa akrab dengan kita semua. Apalagi kamu."
"Aku?"
"Iya, dia berani banget deketin kamu. Anak-anak lain mana ada yang begitu. Liat kamu aja udah takut duluan."
Aku hanya tertawa.
"Dae langsung bisa ngerti kamu kaya gimana, Guk. Hebat juga ya anak itu. Aku aja lama baru bisa ngerti."
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Anak itu memang berbeda dari yang lain. Mungkin karena dia perantauan, dia butuh seseorang yang bisa jadi penyemangatnya.
Tanpa sadar aku mulai mengetik sesuatu di handphone ku.

To : Daedae
Bagaimana kegiatan hari ini? Pasti melelahkan ya? Jangan lupa makan, dan jangan terlalu memaksakan diri. Istirahat yang cukup ya. Daehyun Fighting!

Selesai mengirim pesan ku masukkan kembali handphone ke saku. Aku tidak lagi menunggu balasannya. Akhir-akhir ini dia baru bisa membalas pesan ku 2-3 hari kemudian. Paling cepat 12 jam setelah ku kirim.

"Dia akan debut, lalu jadi terkenal. Kira-kira dia masih ingat Bbang's place nggak ya?" Tanya Himchan.
"Pastinya. Dia bilang dia nggak akan melupakan rumah keduanya."
"Hmmm dia bakal sering ke luar kota kalau sudah terkenal. Jadi semakin jarang ketemu ya Guk."
Membayangkan Daehyun yang sulit ditemui membuat alisku berkerut. Tidak pernah terbayang akan ada saat dimana aku tidak bisa bertemu Daehyun sama sekali. Sebulan sekali batas maksimal. Kalau tidak bertemu dia lebih dari itu...apa yang akan terjadi pada diriku?

"Pasti kamu kangen banget ya sama dia kalo itu terjadi. Sekarang aja udah cukup berat cuma bisa ketemu sebulan sekali."
Himchan mengisi gelas ku, dan mengajak bersulang.
"Kamu harus bisa memastikan bahwa dia dan kamu satu pemikiran, Gukkie."
Sambil menghabiskan isi gelas, aku berpikir.
"Tapi kamu sendiri belum paham posisinya. Huffftt susah nih kalo dua-duanya nggak sadar."
"Apa maksud mu daritadi Chan?"
"Kamu menganggap Daehyun itu spesial kan Guk? Lebih dari sahabat. Lebih dari hubungan kita yang berteman selama bertahun-tahun."
Aku terdiam, menatap Himchan.
"Bang Yongguk. Kamu mulai punya perhatian lebih sama Jung Daehyun. Dan saat ini pilihannya tinggal dua. Pastikan bahwa dia paham dan searah, atau lepaskan dia."
Aku mengisi gelasku dan langsung menghabiskannya. Apa maksudnya Kim Himchan ini? Aku memang perhatian,tapi...
"Ah...Gukkie kamu ini kadang slow banget ya. Loadingnya lama. Kamu suka sama Daehyun. Tunggu coret itu. Kamu sayang sama Daehyun. Titik."

Rasanya suara Himchan tiba-tiba bergema dikepalaku. Kamu sayang sama Daehyun. Sayang. Sama. Daehyun. Tunggu dulu. Ini apa?

"Maksudnya Chan?"
"Ya maksudnya kamu ada rasa sama si Daehyun itu. Ya kan?"
Tidak lagi peduli sama gelas, aku meraih botolnya dan minum langsung dari botol. Kenapa jantungku jadi deg-degan begini?
"Pikirkan baik baik langkah apa yang akan kamu ambil selanjutnya. Pikirkan juga cita-cita dia. Jangan karena cemburu kamu minta yang nggak-nggak nantinya. Ingat pesanku itu."
Dengan tenangnya Kim Himchan makan. Kepalaku terasa penuh. Dadaku sesak. Apa-apaan Kim Himchan ini. Kenapa dia yang membuatku sadar atas apa yang aku rasakan?

Meanwhile...
Daehyun pov.

Latihan dance hari ini rasanya membunuhku. Kaki dan tangan sudah mati rasa. Aku tergeletak di pojok ruang latihan. Tiba-tiba sebotol air isotonik melayang ke arahku disertai teriakan "tangkap!" Dari Youngjae.

"Thanks." Jawabku sambil membuka botol dan langsung menghabiskannya.
"Ayo pulang Dae. Aku mau mandi. Rasanya lengket semua." Youngjae menarik tanganku. Aku hanya bisa meringis kesakitan saat berdiri. Badan ku remuk rasanya.

Sambil jalan kembali ke asrama, Youngjae bercerita dengan penuh semangat. Heran. Batre anak ini nggak habis-habis ya?
"Jae." Sela ku.
"Ya?" Jawabnya dengan wajah polos.
"Kamu nggak cape apa?"
Dia cemberut. "Ya cape lah."
"Ya udah ceritanya besok lagi aja." Kata ku dan dia mengabaikannya. Sepanjang jalan dia masih terus bicara. Aku sudah tidak fokus apa yang dia bicarakan.

"Aku mandi duluan!" Youngjae langsung masuk ke kamar mandi setibanya kami d asrama.
Aku merebahkan badanku di kasur.
"Jae kalo aku ketiduran bangunin ya!"
"Hmm." Jawabnya dari dalam kamar mandi.

Baru saja memejamkan mata tiba-tiba teringat sudah dua hari belum melihat handphone. Memang tidak ada peraturan resmi tapi semua trainee disini sebisa mungkin tidak membawa handphonenya ke ruang pelatihan. Alhasil aku biasanya baru ingat ada handphone setiap mau tidur atau bahkan 2-3 hari kemudian.
Ada pesan masuk. Oh! Yongguk hyung?
Aku membaca pesannya dan tersenyum. Dia masih rajin mengirimi pesan kepadaku, walau akhir-akhir ini lama sekali baru aku balas. Dia nggak pernah marah.
Langsung aku ketik balasannya.

To : Yongguk Hyung
Hyung, aku baru pulang. Hari ini latihan dance nya berat banget. Aku makan teratur. Jangan khawatir. Cuma rasanya badan ini remuk. Aku baru dapat free weekend minggu depan. Hyung juga jaga kesehatan ya. ^ㅇ^

Tersenyum aku memandang foto profil mantan bos ku itu. Rambutnya yang ikal berantakan, tato yang mengintip dari balik kemejanya.

"Pasti lagi ngobrol sama Yongguk hyung." Tiba-tiba Youngjae sudah ada di kasurnya.
"Hoo..cepet banget Jae mandinya?"
"Apa? Kamu yang kelamaan senyum-senyum sendiri. Sana mandi."
Aku menaruh handphone ku dan pergi mandi.

Selesai mandi aku lihat Youngjae sedang main dengan laptopnya.
"Dae. Boleh tanya sesuatu?"
Aku mengangguk.
"Yongguk hyung itu...hubungan kalian apa?"
"Eh? Ya...itu...kami berteman."
Youngjae menyeringai.
"Yakin cuma teman?"
"Ya...kira kira begitu. Kenapa sih?"
"Kayanya Yongguk hyung keren juga."
Alisku berekerut.
"Maksudnya?"
"Ya, style nya itu. Aku suka sama orang yang berpenampilan kaya Yongguk hyung."
"Kenapa?"
Youngjae masih menyeringai.
"Lain kali boleh aku ikut kalian lagi?"
Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.
"Ya tergantung Yongguk hyung."
Tiba-tiba Youngjae tertawa.
"Dae kamu manis banget deh. Tenang aja. Aku nggak tertarik sama Yongguk hyung mu kok. Cuma style nya aja. Aku sudah punya pilihanku sendiri."
Aku masih nggak mengerti maksud Youngjae.
"Sudah cepat tidur. Besok pagi kita masih ada latihan dance lagi. Goodnight Dae."
Youngjae mematikan lapatop dan lampu bacanya.
"Night Jae." Sedangkan aku yang masih bingung cuma bisa naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut. Sudahlah aku mau tidur saja.

-bersambung-

ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang