part 2

223 37 4
                                    

Sudah satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Yongguk terlihat baik-baik saja di mata Daehyun, yang sebenarnya dalam hati khawatir.
Pagi ini seperti biasa mereka membuka kafe lebih awal.
"Dae, aku keluar dulu sebentar. Ada yang harus aku lakukan. Sebentar lagi yang lain akan datang. Kalau kamu belum siap sendirian, tutup saja dulu sampai mereka datang."
Daehyun mengangguk.
"Hyung jam berapa kembali? Aku harus punya jawaban bila mereka bertanya."
"Paling lama 1 jam. Aku usahakan lebih cepat."
"Baiklah. Hati-hati di jalan hyung."
Yongguk tersenyum dan keluar dari kafe.

Setengah jam kemudian. Satu per satu pegawai lain datang.
"Pagi Dae. Mana Yongguk?" Tanya Himchan.
"Ada urusan katanya. Sebentar juga kembali."
Himchan hanya mengangguk.
Kafe cukup ramai pagi ini. Sepertinya tren baru adalah sarapan di kafe sebelum berangkat kerja.

Daehyun sedang merapikan meja saat seseorang melangkah masuk. Sesaat Daehyun mengerutkan alisnya.
Orang ini mirip sekali dengan bos nya, Bang Yongguk. Tetapi sekali melihat Daehyun langsung bisa membedakan orang ini dengan Yongguk. Orang ini berpakaian sangat rapi. Rambutnya pun tertata rapi. Berbeda dengan style Yongguk yang santai dan bebas. Tapi wajahnya mirip sekali Yongguk.

"Selamat pagi, selamat datang. Ada yang bisa dibantu?" Daehyun menyapa pelanggan tersebut dan orang itu terlihat agak kaget.
"Satu kopi hitam dan sandwich, makan disini."
Daehyun tersenyum. Suaranya pun mirip Yongguk.
"Baik, silakan duduk, saya akan membawakan pesanan anda."
Orang itu mengambil kursi di dekat counter dan Daehyun masuk ke dalam counter.
Setelah semuanya siap, Daehyun sendiri yang mengantarkan pesanannya.

"Kamu orang baru disini?" Tanya pelanggan itu. Daehyun mengangguk, masih sambil tersenyum.
"Memasuki bulan ke tiga."
"Wah cukup lama juga aku tidak mengunjungi tempat ini."
"Ada lagi yang bisa dibantu?"
"Sudah cukup. Terimakasih."
"Baik kalau begitu saya permisi. Bila ada yang dibutuhkan anda bisa memanggil saya, Jung Daehyun."
Daehyun meninggalkan meja pelanggan itu dan kembali ke counter.

Sepuluh menit kemudian suara Yongguk sudah terdegar di dapur. Daehyun menghampiri sumber suara dan tersenyum saat melihat Yongguk.
"Sudah kuduga." Kata Daehyun.
"Kenapa Dae?" Tanya Yongguk bingung.
"Tadi ada pelanggan yang mirip sekali dengan hyung. Bedanya adalah gaya hyung lebih santai, dan tattoo hyung banyak."
Yongguk mengerutkan alisnya.
"Mirip?"
"Iya. Bahkan suaranya pun mirip."
"Dimana dia?"
"Di meja 8."
Yongguk langsung keluar dari dapur, meninggalkan Daehyun yang bingung. Setelah sadar Daehyun langsung mengikuti Yongguk sampai di counter. Terlihat bos nya sedang bicara dengan pelanggan yang mirip itu.
Saat mereka berhadapan, Daehyun merasa sedang melihat Yongguk dan bayangannya di cermin.

"Sedang apa disini?" Tanya Yongguk dengan suara yang dalam.
"Mengunjungi mu. Masa nggak boleh?"
"Apa kata Mama kalau tahu kamu ke sini?"
"Papa sendiri juga sudah pernah kesini kan?"
"Nam..."
"Gukkie. Sampai kapan kamu mau begini? Menyusahkan aku saja."
"Aku disini supaya kamu tidak perlu melihat wajahku. Lagipula aku menjalankan usaha ini dengan modalku sendiri. Tak perlu repot-repot khawatir." Jawab Yongguk ketus.
"Kalau bukan karena papa..."
"Habiskan pesananmu dan segera pulang." Jawab Yongguk dan ia meninggalkan orang itu sendiri.
"Oh ya. Pegawai baru mu itu...hebat juga dia."
Yongguk berhenti dan putar balik menghadap saudara kembar nya.
"Dia bisa membedakan aku dengan kamu dalam sekali lihat."
"Pulang dan jangan ganggu staff ku."
"Tsk. Kamu lebih care sama staff dibanding sama saudaramu sendiri, Yongguk."
"Yongnam, aku minta kamu cepat kembali."
"Tak perlu diminta aku juga sudah akan pergi. Pikirkan tawaran papa. Walau aku enggan. Tapi demi papa."
"Tak usah pikirkan aku." Jawab Yongguk.
"Siapa yang bilang aku memikirkan kamu? Aku cuma tidak mau papa terus berpikir negatif tentang aku. Dan aku tidak mau Mama selalu disalahkan, gara-gara kamu."
Yongguk mengepalkan tangannya.
"Yakin gara-gara aku? Siapa yang dulu memohon-mohon sama papa supaya hak saham bisa diberikan lebih awal dan akhirnya hampir menghancurkan perusahaan? Tapi namanya anak kesayangan, begitu pun masih dimaafkan.  Bukannya lebih baik kalau aku tidak ada? Kamu anak kesayangan Mama, dan tanpa aku, otomatis kamu adalah kebanggaan Papa."

Yongnam menahan amarahnya untuk tidak memukul pemilik kafe. Tanpa berkata-kata lagi Yongnam meninggalkan kafe.
Daehyun yang sedari tadi menonton dari balik etalase kue langsung merangkak ke dapur. Dia baru saja menyaksikan situasi yang sangat tidak nyaman.

"Dae ikut aku."
Suara Yongguk tiba-tiba terdengar di belakangnya. Daehyun terlonjak kaget.
"Ke-kemana hyung?" Tanya Daehyun setelah berputar menghadap bos nya.
Tapi Yongguk tidak berkata-kata. Ia hanya berjalan ke pintu samping. Daehyun hanya memandang bingung.

"Kamu lihat Yongnam ya barusan?" Tanya Himchan. Daehyun mengangguk. Himchan hanya menarik nafas panjang. "Sana cepat susul Yongguk sebelum ia berteriak." Himchan mendorong Daehyun ke pintu samping.
"Jangan kembali sebelum dia tenang." Pesan Himchan sebelum menutup pintu.
Daehyun melangkah ragu mendekati motor vespa Yongguk.
"Hyung...?"
Bukannya jawaban, malah sebuah helm disodorkan ke tangan Daehyun. Tanpa bertanya Daehyun memakai helmnya dan naik ke atas vespa. Mereka pun berangkat.

Mereka berkendara cukup jauh, hampir ke pinggiran kota. Sampai di daerah yang cukup tinggi, Yongguk berhenti. Setelah yakin mesin motornya berhenti, Daehyun turun dan berdiri di samping motor Yongguk.
Pikirannya teralihkan saat melihat pemandangan di depannya. Seluruh kota terlihat jelas, dan walaupun ini masih pagi menjelang siang, pemandangannya sangat indah. Daehyun jadi berpikir seperti apa bila malam hari.

"Banyak lampu dan sangat indah kalau malam hari." Tiba-tiba Yongguk berkata, seakan ia bisa membaca pikiram Daehyun.
"Ini tempat favoritku untuk menenangkan diri. Baru kali ini aku membawa orang lain kesini."
Yongguk duduk di kursi kayu yang tersedia.
"Himchan pernah kesini, tapi karena kebetulan dia sedang lewat disini bersama temannya."
"Maaf aku tadi tidak bermaksud mencuri dengar, hyung." Daehyun menunduk malu.
"Sini Dae." Yongguk menepuk sampingnya, memanggil Daehyun untuk duduk. Dengan ragu Daehyun menuruti bosnya.

"Nggak apa-apa. Itu salah ku. Suara ku terlalu keras. Jadi nggak enak juga sama pelanggan lain." Yongguk tersenyum hampa.
"Orang itu...saudara hyung?" Tanya Daehyun hati-hati.
Yongguk tersenyum kecut.
"Bukan hanya saudara. Dia kembaran ku."
Alis Daehyun bertautan. "Kembar?"
Yongguk mengangguk.
"Bang Yongnam namanya. Entah siapa yang lahir lebih dulu. Tapi menurut Mama, aku lah yang lahir duluan, jadi aku Hyung nya."
"Pantesan mirip banget...tapi beda."
Yongguk tertawa kecil.
"Kamu orang pertama yang langsung bisa membedakan kami loh. Himchan aja butuh waktu beberapa menit sambil melongo melihat kami."

"Tapi jelas sekali kok perbedaannya. Aura kalian berbeda, hyung."
Yongguk menoleh ke arah Daehyun, tidak cukup paham.

"Rasanya saat melihat Yongnam hyung, auranya berat. Sepertinya ia tidak menjalani hari-harinya dengan bahagia. Beda banget sama hyung. Yongguk hyung itu terlihat lepas, santai dan paling penting bahagia dengan apa yang hyung lakukan."
Daehyun menjelaskan dengan wajah serius, membuat Yongguk tersenyum.

"Ummm....kalau hyung mau cerita, aku siap mendengarkan, walau mungkin aku nggak bisa kasih solusi. Setidaknya dengan berbagi maka perasaan hyung akan menjadi lebih ringan." Daehyun menawarkan kepada Yongguk yang masih tersenyum.

*-*
Bersambung

*-*
Yak! Chapter 2 singkat dulu aja. Terimakasih yang udah mau baca <3

ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang