Daehyun duduk memandang sungai Han. Mereka sudah makan malam dan memutuskan untuk duduk sambil menikmati sekaleng bir saja.
"Hyung beneran nggak apa-apa begini?" Tanya Daehyun yang masih khawatir.
Yongguk hanya tersenyum.
"Aku nggak mau besok ada berita di koran tentang kontrak Park dan Bang berakhir karena salah satu putranya melarikan diri dari pesta ulang tahun putri Park."
Yongguk tertawa terbahak.
"Kamu sangat mengkhawatirkan reputasi ku?"
"Aku mengkhawatirkan hyung." Jawab Daehyun sambil cemberut.
Yongguk meraih tangan Daehyun dan tersenyum.
"Terimakasih atas perhatian mu, tetapi aku baik-baik saja. Aku lebih memilih menghabiskan waktu denganmu. Siapa yang tahu kapan lagi kamu akan punya waktu luang untuk ku?"
Wajah Daehyun merona.
"Aku kangen banget sama kamu, Dae. Tiap malam sebelum tidur aku selalu mengecek handphone ku, apakah ada balasan dari kamu. Rasanya aku pingin telepon kamu tapi aku tahu kamu lagi sibuk. Kamu pasti cape. Kamu sedang berjuang meraih mimpi kamu, jadi aku menghormati mu dengan cara tidak memaksa. Walaupun kamu balas 2-3 hari kemudian, aku bahagia sekali mendapat balasan dari kamu."
"Hyung..." Daehyun speechless.
"Aku menikmati semuanya Dae. Aku menikmati rasa bahagia ku saat bersama kamu, aku menikmati rasa rindu dan tidak menentu saat kamu disana."
Daehyun menatap wajah Yongguk, terlihat jelas ada kebingungan di tatapannya."Aku tidak baik dalam merangkai kata. Tapi aku rasa kamu bisa mengerti maksudku. Aku selalu bahagia setiap ada kamu disisiku. Dan aku ingin sekali kebahagiaan itu terus ada. Tapi aku tahu aku nggak boleh egois. Aku nggak mau karena aku kamu melepaskan impianmu."
"Hyung..."
"Aku sayang kamu, Jung Daehyun. Tapi aku tahu kalau saat ini kita nggak mungkin bersama. Kamu akan terus sibuk dengan kegiatan mu. Aku cuma mau kamu tahu, bahwa ada aku disini yang akan selalu menanti kamu. Saat kamu lelah, saat kamu sakit, saat kamu terluka. Aku hanya meminta kamu untuk datang kepadaku saat kamu membutuhkan aku."
Daehyun mulai berkaca-kaca.
"Kamu hanya perlu berjanji padaku, bahwa kamu akan jadi penyanyi sesuai mimpi mu. Wujudkan mimpi mu. Itu saja sih permintaanku."Daehyun memeluk Yongguk. Yang dipeluk awalnya terkejut tetapi langsung membalas pelukannya. Mengelus lembut punggung Daehyun, menenangkan dia yang sedang menangis.
"Shhh jangan menangis."
"Aku...hyung...aku..."
"Ayo tenangkan dirimu dulu. Tarik nafas panjang. Minum dulu, baru bicara."
Daehyun menuruti Yongguk.
"Sudah tenang?"
Daehyun mengangguk.
"Bicaralah.""Hyung...aku bahagia banget waktu denger perkataan hyung. Aku nggak percaya bahwa hyung sayang sama aku. Aku...aku juga sayang sama hyung. Tapi...aku juga sedih karena hyung menyuruh ku untuk fokus dan hanya datang saat aku susah. Aku juga mau berbagi bahagia sama hyung."
"Makanya wujudkan dulu mimpi mu." Jawab Yongguk sambil tersenyum."Aku...kita...nggak akan berjalan dengan baik karena masa pelatihan ku. Lagipula mereka melarang semua trainee berkencan. Itu membuat aku sedih."
"Makanya, kita belum bisa berkencan sekarang. Kita cukup saling tahu perasaan masing-masing. Aku berharap itu bisa jadi penyemangat kamu setiap saat. Aku akan menunggu Daehyun ku tampil di televisi."
"Bagaimana aku bisa melaluinya hyung?"
"Fokus. Hanya dengan fokus pada pelatihan maka kamu bisa melaluinya."
"Hyung..."
"Tapi seminggu ini, jadilah kekasihku, hanya seminggu sampai kamu kembali ke asrama."
"Hyung jahat." Jawab Daehyun.
"Aku tahu. Aku juga egois. Tapi aku begini demi kamu, Dae. Setidaknya aku mau membuat kenangan yang bisa kamu jadikan semangat untuk mencapai tujuan."
Daehyun cemberut dan merajuk.
"Hanya seminggu. Mending nggak usah."
"Yah. Seminggu ini kamu harus jadi kekasihku."
"Lebih baik aku pulang ke Busan."
"Oh ya? Yakin? Nggak mau tinggal sama aku?"
"Habisnya....hyung jahat."
"Biarkan aku jadi jahat seminggu ini. Setelah itu aku yang harus menahan diri. Kebayang nggak? Kamu sibuk pelatihan sampe bisa lupa sama aku. Lah aku? Buka kafe inget kamu. Liat counter inget kamu. Naik motor inget kamu. Parahan siapa?"
"Tsk. Cari alasannya pinter banget." Protes Daehyun.
"Biar. Yang penting aku bisa sama kamu seminggu ini."
Yongguk tersenyum lebar. Rasanya Daehyun belum pernah melihat bos nya tersenyum sebahagia ini.Mereka berdua menghabiskan malam di tempat yang sama. Tepi sungai han sambil saling merangkul, menghangatkan diri sekaligus mendekatkan diri.
Tenggelam dalam pikiran masing-masing.Yongguk memikirkan bagaimana cara menghabiskan satu minggu bersama Daehyun dengan efektif, sementara Daehyun masih merasa tidak adil bahwa mereka hanya punya waktu satu minggu.
"Ayo pulang." Ajak Yongguk.
"Hmmm? Pulang?"
"Iya. Seminggu ini kamu tinggal sama aku. Ayo cepat udah mulai dingin." Tindakan Yongguk berkebalikan dengan perkataannya. Dia malah mempererat rangkulannya di bahu Daehyun.
"Hyung..." jawab Daehyun sambil terkekeh.
"Ayo beneran pulang." Akhirnya Yongguk bangun dan mereka berjalan menuju mobil.Keduanya tiba di apartemen Yongguk.
"Selamat datang di tempat tinggal ku, Dae. Anggap rumah sendiri."
Daehyun tersenyum dan masuk ke dalam. Ruangan yang luas, dengan beberapa hiasan yang memberi kesan 'Bang Yongguk' yang sangat kuat.
Daehyun melangkah ke sofa besar di ruang tamu.
Yongguk menghilang ke dapur sementara Daehyun masih mempelajari isi ruangan yang akan ia tinggali selama seminggu.
Yongguk kembali dengan dua gelas berisi coklat hangat.
"Diminum dulu, biar hangat."
Daehyun menerima gelas dari Yongguk dan menggenggamnya, menikmat rasa hangat."Ini ruang tamu, yang hampir nggak pernah ada tamu nya. Aku biasa nontont tv atau bekerja di sini. Laporan kafe dan lainnya.
Lalu di sana dapurnya. Aku buat kecil karena aku jarang masak.
Di sebelah kanan itu kamar tidur ku. di seberangnya kamar tamu, tapi sekarang ku jadikan lemari pakaian dan tempat penyimpanan sementara. Lalu di ujung sana ada ruang kerja. Namanya aja sih ruang kerja. isinya komputer, laptop dan beberapa alat musik. semacam mini studio."
Daehyun mengangguk sambil melihat ruangan yang disebutkan. Dia menatap kamar tidur Yongguk yang hanya berisi satu tempat tidur besar dan lemari pakaian serta cermin besar."Dan kamu akan tidur bersama ku, di kasur ku. tidak ada penolakan." Yongguk seakan bisa membaca pikiran Daehyun.
"Tapi..."
"kan aku bilang tidak ada penolakan." Yongguk menghampiri Daehyun.
"Aku mau hal terakhir yang aku lihat sebelum tidur dan yang pertama aku lihat saat terbangun adalah kamu, Dae."
Daehyun merona, terlebih saat Yongguk menghampiri dan memeluknya dari belakang.
"Biarkan aku bahagia seminggu ini."Mendengar permintaan Yongguk, Daehyun merasa sedih dan memutar badannya menghadap Yongguk.
"Aku ingin membuat Hyung bahagia selamanya, tidak hanya seminggu ini saja."
Yongguk menatap kedua mata Daehyun yang terlihat sangat sedih.
"Aku bahagia dengan mu, kapan pun, walaupun kita jauh..."
Tangan Daehyun mengarah ke pipi Yongguk, lalu membelai lembut pipinya.
"Kita harus bertahan, apapun yang terjadi." Bisik Daehyun.Kata-kata itu membuat dada Yongguk terasa penuh sesak dengan rasa bahagia. Yongguk sangat mengerti bahwa resiko yang mereka ambil sangat besar, tetapi Yongguk tidak menyesal telah memilih Daehyun, dan mencintainya.
Diraihnya tangan Daehyun yang membelai pipinya, kemudian perlahan ia mendekatkan wajahnya.
Dengan lembut Yongguk mengecup bibir tebal Daehyun, membuat Daehyun terkejut, tetapi kemudian membalas kecupan Yongguk dengan sama lembutnya.Mereka saling tatap dan tersenyum, seolah sepakat untuk memilih menikmati waktu yang ada, dibandingkan memikirkan apa yang akan terjadi setelah satu minggu ini berakhir.
-tbc-
I'm sorry for the long wait. sibuk teramat sangat dan males ngetik jadinya nggak update2. semoga masih ada yang mau baca ya. Thank you for you who stay and waiting for this story.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impian
FanficImpian Daehyun saat datang dari Busan ke Seoul cuma satu : menjadi penyanyi. Tapi ternyata Seoul membuat mimpinya jadi bercabang.