"Rumi" tanyaku, masih ku benamkan kepalaku didadanya.
"Iya?" Rumi mengecup puncak kepalaku.
"Kamu pengen cewek apa cowok?"
"Hah?"
"Ya jelas cewek lah, kan aku masih normal" timpal Rumi."Ih, maksudku anak ini" sambil menunjukan pada perut yang mulai membuncit.
"Oh" Rumi menarik nafas panjang, lalu melihat keatas.
"Aku pengen cowok" jawabnya."Alasannya?"
"Supaya, kalau nanti aku menua ada yang jagain kamu"
"Tapi, aku pengen cewek" selaku.
"Alasannya?" tanya Rumi meniruku.
"Supaya, aku bisa dandanin anaknya kayak boneka hehehe"
"Ah, kamu ini" Rumi mempererat pelukan antara aku dan dia.
"Uhuk uhuk" "Rumi, aku sesek. Jangan erat-erat peluknya" pintaku.
Secara refleks Rumi melonggarkan pelukannya.
"Hehehe, maafkan aku sayang"
"Kalau hari ini kita kedokter kandungan mau?"Aku mengangguk perlahan. Aku juga menginginkan itu. Aku ingin mengetahui jenis kelamin calon anakku kelak.
***
"Dokter apa sudah bisa diprediksi?" tanya Rumi penasaran.
"Tentu, selamat Tuan"
"Terimakasih dokter"
"Bagaimana keadaan anak kami?" tanyaku. Dokter tersenyum seraya membenarkan posisi duduknya.
"Selamat, nyonya sedang mengandung 3 janin sekaligus"
"Apa?" tanya ku.
"Apa?" tanya Rumi.Kami berdua sangatlah shock mendengarkan penjelasan dari dokter.
"3 sayang" ucapku. Rumi masih terdiam berkaca-kaca.
"Apa jenis kelaminnya?""Maaf nyonya, karena kondisinya masihlah 3 bulan. Jadi saya belum bisa memprediksi. Mungkin bulan depan baru bisa diprediksi" jelasnya.
"Terimakasih banyak dok, kami permisi dulu" ucap Rumi. Ia membantuku berdiri. Berjalan bersamaku. Merangkulku. Aku sayang Rumi.
"Hati-hati" ucapnya ketika kami melewati pintu ruangan dokter.
Setelah membayar administrasi. Rumi langsung membawaku ke mobil. Membukakan pintu untukku terlebih dahulu, dan memastikan bahwa aku duduk dalam posisi yang aman. Lalu dengan segera ia memasuki mobil, dan duduk disampingku.
Tangannya menyentuh milikku. Menggenggam erat milikku.
"Sayang, aku sungguh sangat bahagia"
"Aku juga" jawabku."Kamu mau langsung pulang atau.." "kekedai ice cream!" ku potong dengan segera pembicaraan Rumi. Ia tersenyum manis, sambil menciumku sekilas.
"Let's Go!" teriaknya.
Selama diperjalanan. Rumi berulang-ulang memutar lagu dari Ed Sheeran yang berjudul Perfect. Dan sesekali bernyanyi.
Dengan sengajanya, ia memberikan penekanan terhadap beberapa lirik yang mungkin itu untukku hehehe
Well, I found a girl, beautiful and sweet
lagi
I found a love, to carry more than just my secrets
To carry love, to carry children of our ownDan lagi
I don't deserve this, darling, you look perfect tonight
Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect, no I don't deserve this
You look perfect tonight"Udah, selesai. Hehehe" tiba-tiba Rumi tersipu malu. Begitupula dengan aku.
"Ih kenapa malah aku yang malu ya" ucapnya lagi.
"HAHAHAHAHA!!!" teriak kami secara bersamaan. Rumi memang terkadang berubah menjadi sangat lucu.
"Ayo turun" ajakku.
"Eitssss"
"Hah?" aku kebingungan. Aku tidak mengerti apa maksud Rumi. Rumi masih saja menggerak-gerakan telunjuk kanannya sementara tangan kirinya masih memegang kemudi. Dengan bibir yang ia tutup rapat-rapat.
"Aku dulu yang turun, baru kamu, ok?"
"Astaga Rumi. Aku kira apaan" jawabku sambil mengerlingkan mata.
"Ih kamu yaaaah, mulai bandel, mulai mainin matanya sini-sini cium dulu"
"App.." baru saja aku hendak berbicara Rumi sudah nyosor.
"Kiss me slowly sayang" perintahnya.
"Ppfftttt" aku menahan tawa. Aku tahu apa maksudnya. Maksud dia lakukan seperti apa yang Ed Sheeran katakan dalam lagunya tadi. Akhirnya Rumi melepaskan tautan antara bibirnya dan bibirku.
"Kamu maaah" ucap Rumi manja.
"Udah ah ayo turun" ajakku. Rumi pun mengangguk terpaksa. Ia segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku.
"Hati-hati tuan putri"
"Terimakasih kadal goreng" ucapku mengejeknya.
"Tega amat sih punya istri satu ini, huh"
Aku mengernyitkan dahiku.
"Satu ini? Oh jadi maksudnya kamu punya banyak istri? Iya?"
"E-eh tidak, maksudku bukan seperti itu sayang"
"Au ah"
"Sayaaaaang jangan maraaah, aku ga maksud" aku membalikkan badan ku, memunggunginya, dan menahan tawa sekuat tenaga. Aku tahu Rumi tidak mungkin tega berbuat seperti itu kepadaku.
"Ayolah sayang" rengeknya.
"Iya ayo" jawabku sambil meraih tangannya lalu menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai tujuan. Rumi kembali ceria. Ia menggenggam tanganku erat dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya merangkulku, seakan ia tidak ingin jauh dariku.
"Jangan cepet-cepet, hati-hati" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Just...
Storie d'amoreKetika kita memilih untuk hidup bersama seseorang, berarti kita harus menerima semua hal tentangnya. Betul bukan? Mencintai tidak terhenti pada dirinya saja, melainkan pada kehidupannya juga, risiko bersamanya dan juga masa lalunya. Mencintai itu l...