Alisa (lagi)

7 1 0
                                        

Aku kembali menghampiri Vina dan juga Thomas yang sedari tadi ku tinggalkan. Sementara Rumi kembali kemeja kasir untuk mengecek karyawannya.

"Sorry ya Vin gue kelamaan"

"Iya gapapa ko. Lo kenapa sih sama Rumi? Ko sembab gitu?"

"Tadi ada perdebatan kecil Vin. Tapi sudah selesai ko"

"Syukurlah" ucap Vina
"Syukurlah" ucap Thomas

"Eh, ko barengan sih" Thomas kegirangan. Sementara Vina tersenyum malu-malu. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua.

Ku lanjutkan lagi perbincangan dengan Vina, sementara Thomas kembali membantu Rumi.

Tiba-tiba saja Vina berbisik.

"Heh"

Aku terdiam. Menatapnya aneh. "Kenapa harus bisik-bisik coba?" batin ku.

"Itu.. Ituuu"

Aku menengok kearah yang Vina tunjuk. Disitu aku melihat ada seorang wanita yang sedang berbicara dengan Rumi. Saat ku perhatikan rupanya aku mengenali sosok wanita tersebut. Alisa.

Aku diam saja memperhatikannya dari kejauhan.

"Cih dasar wanita kegatelan, suami orang masih digodain" Vina geram.

"Sudahlah Vin, itu risiko punya suami ganteng macam Rumi"

"Bagus Rumi, jangan merespon dia. Biarkan saja dia" bisik ku.

"Samperin sana, jangan cuma bisik-bisik" celetuk Vina yang mendengarkan apa yang ku katakan.

"Ih apaan sih, gausahlah. Selagi itu wajar-wajar saja"

Namun, tiba-tiba saja Alisa memegang tangan Rumi. Lalu aku dan Vina bangkit dari kursi secara bersamaan. Sudah seperti nonton bola saja. Ku lihat Rumi melepaskan tangannya dari cengkraman Alisa, namun Alisa berusaha kembali meraih tangan Rumi.

"Ini ga bisa dibiarkan" aku berjalan cepat meninggalkan Vina menuju Rumi dan Alisa.

"Apa-apaan ini!" bentak ku.

"Lu gatau gua siapa hah?"

"Gua tau! Lu Alisa si Artis itu kan?" Rumi berdiri disampingku, memegang tangan ku, karena aku mulai berbicara dengan nada yang sedikit naik.

"Baguslah kalau Lu tau. Jadi gua ga perlu repot-repot lagi jelasin ke Lu!"

"Ya terus hubungannya apa hah?" "Oh, gua tau. Lu mau goda suami gua mentang-mentang Lu artis? Iya? Sorry suami gua gaakan kegoda. Ya kan Rumi?" Emosiku mulai tersulut, begitu pula dengan Alisa.

"Apa benar itu? Hahaha gua ga percaya!!!"

"ALISA SUDAH HENTIKAN!" tiba-tiba saja Rumi berteriak. Thomas yang sedari tadi menyaksikan dibelakang meja kasir juga mulai mendekati kami. Vina juga. Untungnya pelanggan yang ada disini hanyalah beberapa. Sebab seperti yang sudah ku jelaskan tadi, disini masih sepi karena masih pagi.

"Rumi" panggil Alisa. Rumi mengatur nafasnya, lalu kembali berbicara dengan nada yang mulai melemah.

"Mau kamu itu apa sih? Kamu sudah tau kan kalau aku sudah menikah? Iya, dulu aku mencintai kamu tapi kamu EGOIS sehingga aku tidak bisa bertahan dengan kamu! Sekarang aku telah bersama Raisa. Kumohon hargai kami!" Rumi sengaja memberikan penekanan terhadap kata Egois supaya Alisa sadar.

"Tapi Rumi, aku mohon." pinta Alisa. Alisa mulai menitikan air matanya.

"Air mata buaya" tiba-tiba saja Vina bersuara.

"Maksud lo apa hah?" emosi Alisa kembali meluap. Ia menghampiri Vina, lalu dengan seketika menjambak rambutnya. Vina yang tidak mau kalah juga ikut-ikutan menjambak rambut Alisa. Sementara Thomas yang terkejut melihat kelakuan Alisa dan juga Vina, langsung melerainya. Rumi memelukku. Ia membawaku ke belakang, menghindari pertikaian ini.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" bisik Rumi. Ia membopongku pelan, muka ku memucat, juga berkeringat dingin.

Rumi melangkahkan kakinya pelan-pelan, tapi ia tidak tahan melihatku yang semakin pucat. Ia langsung mengangkatku. Lalu membawaku kedalam mobil.

***


Author Pov~

"

Dokter, bagaimana keadaan Raisa?" Rumi bertanya kepada Dokter pribadinya yang ia panggil kerumah.

"Dia mengalami stress berat Tuan"

"Lantas, apa yang harus saya lakukan?"

"Ya, sebisa mungkin Anda membantu untuk meringankan beban pikirannya. Misalnya, untuk tidak pergi bekerja selama beberapa hari dan menemaninya dirumah. Lakukanlah pendekatan, karena ini sangat berbahaya bagi janin jika si ibu terus-terusan dilanda stress"

"Baiklah dokter, terimakasih" jawab Rumi seraya menjabat tangan dokter, lalu ia pun meninggalkan Raisa yang tengah berbaring untuk mengantarkan dokter kedepan.

Raisa Pov~

Pandanganku semakin kabur ketika Rumi mengajakku untuk kebelakang cafe.

Gelap..

Gelap..

Gelap..

Dan saat aku tersadar, aku tengah berbaring disebuah tempat tidur. Dan, ternyata Rumi membawaku kesini. Aku terdiam saja, mencoba untuk mengingat kejadian yang telah terjadi tadi.

"Sayang" panggil Rumi. Aku menoleh padanya. Rumi kini disampingku, mengelus-elus kepalaku.

"Kamu banyak-banyak istirahat yah, jangan kecapean, jangan pikir yang macam-macam" aku hanya terdiam menatapnya. Kenapa Rumi tiba-tiba membicarakan hal ini.

"Kamu minum vitamin dulu yah" ucapnya lagi. Ia beranjak dari tempat tidur untuk mengambil vitamin. Aku pun beranjak.

"Kamu mau kemana sayang?"

"Aku mau cari udara segar Rumi" aku melangkahkan kakiku menuju balkon.

"Kamu perlu bantuan ku?"

"Tidak usah, aku masih kuat sayang"

Semilir angin membelai rambutku, mengayunkannya kedepan dan kebelakang. Aku duduk disebuah kursi yang lumayan nyaman untuk membuatku tidur disini. Ku coba untuk memejamkan mata. Dan menghirup udara segar.

Rumi datang dengan membawa segelas air putih dan vitamin.

"Minum dulu sayang" perintahnya, sambil membuka kotak vitamin, lalu menyerahkannya kepadaku.

Akupun mengambilnya lalu meminumnya.

"Segar ya"

"Apanya?" tanya Rumi

"Udaranya lah sayang, apalagi"

"Haha iya sayang. Aku kira setelah kamu minum vitamin efeknya langsung kerasa"

Aku pun tersenyum, Rumi juga. Rumi duduk disampingku. Memelukku, dan membiarkan aku untuk bersandar ditubuhnya.

 Memelukku, dan membiarkan aku untuk bersandar ditubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We Are Just...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang