Vina Ayumi

18 1 0
                                        

"Raisaaaa!!!"

Tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil namaku. Sementara aku masih kebingungan, mencoba untuk mengingat-ngingat siapakah orang yang memanggil namaku dengan histeris.

"Kamu sudah lupa?" tanyanya kembali.

"Maaf"

Tiba-tiba Thomas mendekatiku dan juga wanita itu.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Thomas.

"Raisa, ini gue Vina. Dan gue baru saja balik dari Jepang" jelasnya.

"Astaga, Vina. Yaampun, maafkan aku, aku sampai lupa sama kamu"

"Hahaha gapapa, itu sudah biasa kecantikan ku yang semakin tahun semakin meningkat membuat kalian melupakan aku"

"Hm. Vina masih saja konsisten dengan ke pede-an nya" batin ku.

"Raisa, kenapa kamu tidak pernah bilang bahwa kamu memiliki teman secantik Vina?" tanya Thomas.

"Apa? Keterlaluan kamu Raisa" sambung Vina.

"Hai, gua Thomas. Temannya Raisa." ucap Thomas memperkenalkan diri.

"Bedebah kau Thomas, melihat wanita cantik langsung gercep alias gerak cepat" tiba-tiba saja Rumi ikut menimbrung sambil membawa 3 ice lemon tea, dan hot lemon tea. Untuk ku tentunya.

"Ya Tuhan, sungguh kau makhluk ciptaannya yang sangat sempurna" Vina menatap Rumi dengan sangat.

"Terimakasih, sayang punya mu yang hangat ya"

"Tunggu" Vina menundukan kepalanya sehingga membuat kacamata yang sedari tadi menempel dikepalanya melorot hingga menempel ditempat yang seharusnya, mata.

"Kau, si tampan memanggil Raisa dengan kata sayang?"

Aku, Thomas, dan juga Rumi mengangguk dengan pasti.

"Jadi, kalian?"

"Yups, aku sudah menikah" jelasku sambil menunjukan cincin dijari manisku, juga mengangkat tangan Rumi untuk menunjukkannya hal yang sama.

"Astaga, kapan?"

Vina sangat kebingungan, aku pun mulai menceritakan asal muasal perkenalan ku dengan Rumi, bagaimana aku mengenalinya, hingga akhirnya kami menikah dan diberkahi si jabang bayi. Sesekali Thomas terkekeh mendengarkan kisahku bersama Rumi, tapi itu adanya.

"Syukurlah kalau begitu, sekarang kamu sudah terbebas dari 2 setan pengganggu itu"

"Setan pengganggu?" Tanya Thomas
"Setan pengganggu?" Tanya Rumi

Jadi, sebelum aku kenal dengan Rumi, aku sempat menjalin sebuah hubungan dengan Reno dan juga Barry. Maksudku, Reno lebih dulu lalu Barry.

Waktu aku menjalin hubungan dengan Reno, semua berjalan layaknya pasangan muda memadu kasih, namun pada suatu ketika, aku menemukan Reno tengah berselingkuh dengan Vira, teman satu panti ku dulu.

Sementara Barry. Ah, sungguh menyebalkan. Aku tertipu oleh buaya itu. Ku kira dia lelaki baik-baik, ternyata dia lelaki terbejat kedua setelah Reno. Saat ku menjalin hubungan dengannya, ternyata dia masihlah menjadi suami dari orang lain, ya suami. Sudah jangan diperjelas lagi. Muak rasanya membahas hal-hal seperti itu.

"Oh jadi begitu" komentar Thomas.

Aku mengangguk. Rumi pergi meninggalkan kami.

"Sayang, kamu kenapa?" tanyaku.

Rumi tidak menjawab, dia terus berjalan menghiraukan aku. Ini tidak beres, Rumi pastilah marah. Aku menyusulnya, ku tinggalkan Thomas dan Vina begitu saja.

"Rumi"

Rumi menengok, tanpa berkata.

"Kamu marah?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Lalu apa?" dia kembali memalingkan mukanya.

"Aku tau kamu marah"

"Tidak"

"Kamu bohong"

"Sungguh. Aku tidak marah, hanya sedikit kecewa saja"

"Kecewa? Karena apa? Karena aku tidak memberitahumu mengenai Reno dan juga Barry? Iya?"

Rumi terdiam.

"Sayang, bukannya aku tidak ingin memberitahumu, tapi kamu ingatkan?"

"Iya, ingat"

"Apa?" tanyaku.

"Untuk tidak membahas mengenai masa lalu" jelas Rumi.

Aku terdiam. Tertunduk. Aku bingung harus melakukan apalagi supaya Rumi bisa memaafkan aku.

"Maafkan aku" ucapku, ku peluk Rumi dengan air mata yang mulai mengalir.

"Eh, kamu ko nangis. Kamu ga salah ko, aku juga. Aku hanya sedikit kecewa saja mendengar cerita mu. Karena apa? Karena ada laki-laki yang berani menyakitimu, dan karena aku tidak mengenalmu lebih dulu dari pada mereka. Jangan menangis"

*Cuppp~ tiba-tiba saja Rumi mencium bibirku. Sontak saja, akupun berhenti menangis. Dan mulai membuka kedua mataku. Rumi tersenyum.

"Sudah, tidak apa. Tidak ada yang perlu ditangisi, itu masa lalu. Semua sudah terjadi. Jangan nangis lagi ya, jangan bikin malu dihadapan anak kita hehehe" ucapnya. Aku mengangguk saja, sambil mengeringkan air mata yang masih berjatuhan.

We Are Just...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang