Rumi, kamu kenapa?

5 1 0
                                        

"Good Morning" ucapku. Namun, saat ku terbangun Rumi sudah tidak berada disampingku. Tapi ia berada didepan ku. Lengkap dengan nampan yang penuh dengan makanan untuk sarapan.

Flashback On~

Setelah Rumi menciumku. Ia lalu menarikku kedalam pelukkannya, lalu berbaring bersamanya. Rumi mengelus-elus puncak kepalaku dengan sesekali menciuminya. Sementara aku yang masih mendekapnya sangat erat. Seakan-akan tidak ingin melepaskannya.

Malam itu Rumi tertidur dengan posisi masih memelukku. Mungkin dia sangat kelelahan hingga dia lupa untuk menyimpan terlebih dahulu laptopnya dan kembali ketempat tidur kita.

Flashback Off~

"Selamat pagi istriku" sambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi istriku" sambutnya. Rumi masih belum mengenakan baju. Aku lupa kejadian lengkap semalam, sebab aku tertidur sangat pulas.

"Morning kiss" pintaku. Rumi meng-iya-kan mau ku. Iya mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Sengaja menempelkan hidungnya dengan milikku. Lalu cupp~ iya menciumku sekilas.

"Sarapan yu" ajaknya. Aku mengangguk. Rumi memberikan nampan itu kepadaku. Lalu duduk disampingku.

"Sayang, hari ini mau ke cafe?" tanyaku.

"Kayaknya aku mau check pet shop deh" jelasnya.

"Aku ikut" pintaku.

"No!" tiba-tiba saja Rumi membentakku. Aku terkejut. Sepertinya iya marah. Namun, kurasa aku salah. Ia mengelus-elus rambutku yang masih berantakan akibat semalam.

"Kamu dirumah saja, kalau ke cafe kamu boleh ikut. Tapi kalau pet shop nanti dulu deh, sampai jagoan kita lahir semua"

Aku terdiam. Masih menundukkan kepalaku.

"Kamu juga jangan main dulu sama kitty ya, sama twitty juga" pintanya. Aku mengangguk, meng-iya-kan pintanya untuk tidak bermain dengan peliharaan ku. (Kitty:kucing, twitty:burung)

"Apa harus ku simpan dulu dipet shop ya?"

"JANGAN!" berontakku.

"Baiklah, tapi jangan main-main dulu ya. Kamu harus tahan, setidaknya sampai anak kita lahir. Bisa?" aku mengangguk.

***

"Kalau aku ajak Vina kesini boleh?"

"Tentu" jawabnya. Aku tersenyum senang. Rumi tengah bersiap-siap untuk pergi ke petshop. Sementara aku mulai mengetikkan suatu pesan untuk dikirim pada Vina.

"Aku berangkat dulu sayangku. Nanti ku kabari lagi kalau sudah sampai ya" ucapnya, lalu mencium keningku sekilas.

Kira-kira saat Rumi sudah dalam perjalanan selama 10 menit, barulah Vina sampai dirumahku.

"Rumi udah berangkat Sa?" tanyanya.

Aku mengangguk.
"Tentu, kalau dia masih ada disini buat apa gua manggil lu buat kesini hahaa"

"Dasar jahat" Vina cemberut.

"Kamu mau minum apa?" tanyaku.

"Sudahlah Sa, nanti aku ambil sendiri kalau aku mau. Kamu kan sedang hamil. Jangan banyak kesana kemari. Ok?"

"Baiklah, lama-lama kamu mirip sama Rumi" gerutuku pelan-pelan.

"Aku dengar itu loh Raisa"

"Yaudah, aku mau jahit dulu baju Rumi yang semalam deh, kurasa bajunya sedikit sobek karena kutarik" ucapku sambil bergegas mengambil alat jahit.

"Hayoloh, semalam kamu ngapain sama Rumi"

"Eittsss Rahasia dong. Yang belum menikah dilarang tau! Hahaha" jawabku. Tawa kami meledak begitu saja.

Akupun kembali duduk disamping Vina, lalu mulai menjahit baju yang sedari tadi ku pegang. Tiba-tiba "Oucchhhh" tangan ku tertusuk jarum. Kuhisap sesaat jariku. Namun, darah yang keluar semakin banyak.

"Ih kamu, hati-hati dong. Aku bawain dulu kotak P3K ya. Dimana tempatnya?" tanya Vina.

"Dikamar mandi yang ada didalam kamar ku Vin" jawabku sambil masih menghisapnya. Sementara Vina mengambil kotak P3K.

Lalu,

*Kring* *Kring* *Kring*

Ponsel ku berbunyi. Saat ku lihat, ternyata itu adalah panggilan dari Rumi. Cepat sekali sampainya.

"Hallo sayang, udah sampe?"

---

"Apa?" air mataku mulai menetes.

---

"Baik, saya akan segera kesana"
Aku menangis sesenggukan, Vina keluar sambil membawa kotak P3K.

"Lo kenapa Raisa?" tanya Vina.

"Rumi" jawabku sambil menangis.
"Gua harus kerumah sakit sekarang juga" sambil berdiri dan bergegas menuju kamar untuk mengambil tas, dan juga jaket.

"Raisa! Tunggu dulu. Jelasin dulu semuanya. Kamu tenang. Kamu inget kamu lagi hamil!" tiba-tiba Vina membentakku seraya memegang pundakku. Seakan-akan menyuruhku untuk kembali duduk.

Rumi Pov~

"Jalanan yang masih lengang, nyalakan musik ah"

Musik menyala.

Ooooh tadado tadado~

"Ih, musik apaan ini" ucapku sambil terus menekan tombol yang ada disitu. Tiba-tiba tombol yang sedari tadi ku tekan copot dari tempatnya.

"Ah sial!" pekikku. Seketika akupun mencari tombol yang jatuh. Aku mulai meraba-raba kesekitar kaki. Sebab tombol jatuh kearea kaki.

"Nah, kudapati kau!" aku mulai memegang kemudi kembali lalu *BRAKKKKKK*

We Are Just...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang