(Nama kamu) pun memasuki kelasnya untuk menyimpan tas dan segera keluar lagi meninggalkan tasnya yang hanya membawa satu buku tulis, satu pulpen, satu pensil, tanpa penghapus, tanpa penggaris, dan tanpa tipe-X.
"(Nam..) lo mau kemana?" teriak Iqbaal yang melihat (nama kamu) keluar kelas.
"Gue izin" ucap (nama kamu) sambil tetap berjalan.
Iqbaal pun segera mengejar (nama kamu). (Nama kamu) mengetahui bahwa Iqbaal mengejarnya, ia pun mempercepat langkahnya. Dan Iqbaal berusaha menyamai langkahnya dengan (nama kamu).
"Bentar (nam..)!" ucap Iqbaal.
Tetapi, (nama kamu) tidak menggubrisnya. Ia terus berjalan tanpa menoleh ke arah Iqbaal yang lelah mengejarnya.
"(Nam..) bentar dulu!" ucap Iqbaal.
Dan akhirnya, Iqbaal berhasil menarik tangan (nama kamu) dan itu membuat (nama kamu) berhenti meskipun ia memberontak untuk berjalan kembali. Tetap saja (nama kamu) tidak akan bisa menang melawan Iqbaal.
"(Nam..) lo mau bolos lagi?" tanya Iqbaal dengan menatap tajam (nama kamu).
"Kalau iya emang kenapa?" tanya (nama kamu) yang tak kalah menatap tajam Iqbaal.
"Lo kapan berubah sihh (nam..)?" tanya Iqbaal dengan nada memohon(nama kamu) untuk segera berubah.
"Sampai bokap gue bisa pulang dan perhatiin keluarga" ucap (nama kamu).
Mata (nama kamu) menerawang mengingat ayahnya yang kini berada jauh di sebrang sana. Dengan pulau dan negara yang berbeda. BEKERJA.. Itulah kata yang selalu terucap jikalau (nama kamu) menghubungi ayahnya.
"Tapi, dengan cara lo kaya gini terus itu gak akan mengubah yang telah lalu (nam..)" ucap Iqbaal.
(Nama kamu) terdiam, mencoba mencerna setiap perkataan Iqbaal yang mungkin ada benarnya.
"Tapi, setidaknya kan gue bisa daftar nama gue tiap hari di BK. Terus nanti sekolah menyerahkan surat yang menurut gue berharga. Dan nyokap gue akan membujuk bokap pulang untuk datang ke sekolah karna kesalahan yang gue buat setiap hari" ucap (nama kamu) matanya benar - benar menerawang membayangkan jika ia bisa melihat ayahnya pulang.
"Udah berapa kali lo diberi surat dari BK?" tanya Iqbaal.
"Sering" ucap (nama kamu) seraya tertunduk.
"Tapi hasilnya apa? Adakah ayahmu pulang untuk menemui dan mengurus perlakuanmu ini? Apa itu pernah terjadi? Sudah berapa kali itu terjadi?" beberapa pertanyaan Iqbaal sambil mengangkat wajah (nama kamu) yang tadinya tertunduk lemah.
Ternyata, ada yang menyamai kehidupan Aldi. (Nama kamu) tepatnya. Gadis ini selalu haus akan kasih sayang dari seorang ayah. Ia tak pernah sekalipun dikabulkan permintaan untuk bertemu ayahnya. Apa ayahnya benar - benar sudah lupa dengannya? Entahlah, ia pun tak bisa menjawab pertanyaan ini.
"Memang ayahku tak pernah datang untuk menemuiku dan menyelesaikan masalahku. Tetapi, dengan suara bentakan nya yang ku dengar, aku merasa bahagia Baal. Artinya ayah memperhatikan aku, meskipun dari jauh. Buktinya kemarin pas aku sengaja menjatuhkan pot tetangga, ayah marah besar sampai ia berkata kalau aku bukan anknya lagi. Lucu bukan. Hihi.. Bagiku itu sangatlah lucu" ucap (nama kamu) dan akhirnya air mata nya merembas keluar bersama kekehannya.
Iqbaal menatap (nama kamu) nanar. Entah kenapa ia bisa merasakan apa yang sahabatnya ini rasakan. Hatinya seakan nyeri ketika (nama kamu) berkata bahwa ayahnya pernah berbicara bahwa ia tak menganggap (nama kamu) sebagai anaknya lagi. Miris. Iqbaal bersyukur karena kedua orang tuanya tidak seperti itu.
Iqbaal pun menarik (nama kamu) ke dalam pelukannya. Ia memberikan sandaran pada gadis yang diam - diam ia sukai itu. Iqbaal bisa merasakan kalau ternyata (nama kamu) lebih rapuh dari daun kering sekali pun.
"Udah deh jangan nangis terus" ucap Iqbaal melepaskan pelukannya.
"Ayo kita bolos. Nanti kalau keburu ada guru kan bisa lebih berabe urusannya" lanjutnya.
(Nama kamu) pun mengangguk pasrah. Iqbaal menuntunnya untuk berdiam di rooftop sekolah. Kini Iqbaal dan (nama kamu) sedang merasakan kebebasan dari masalah pelajaran. Ya.. Meskipun pada akhirnya mereka harus menanggung akibatnya, tetapi mereka tak peduli seolah - olah itu hanyalah angin lewat semata.
Dari kejauhan, terlihat seseorang yang duduk bersantai seakan sangat menikmati indahnya alam pada pagi hari ini. (Nama kamu) mendekati laki - laki itu.
"Aldi?" kaget (nama kamu) setelah melihat jelas siapa pria itu.
Laki - laki itu mendongak dan gelagapan saat melihat (nama kamu).
"Lo ngapain disini?" tanya (nama kamu).
Aldi mengangkat kedua alisnya seakan berkata 'menurut lo?'.
"Apa lo bolos juga?" tanya (nama kamu).
"Hm" itulah jawaban sang empunya Frozen.
"Gue gak nyangka sumpah. Gue kira lo itu murid baik - baik"
"Hm"
(Nama kamu) mendengus kesal karena Aldi hanya berdehem untuk menjawab semua pertanyaan (nama kamu).
Iqbaal yang dari tadi hanya diam akhirnya bersuara.
"Nanti lo cerita sama gue ya Al" ucap Iqbaal menepuk pelan bahu Aldi.
"Hm"
(Nama kamu) mengernyit heran. Apa yang dimaksud Iqbaal? Dan ia pun baru mengerti, kan Si Iqbaal sobatnya. Pasti dia cerita kehidupannya lah meskipun (nama kamu) yakin itu tidak semua.
***
Bel pulang telah berlalu tetapi (nama kamu) dan Aldi tetap berada di rooftop. Iqbaal sudah berlalu karena dipanggil langsung oleh Bu Rani, guru bahasa Indonesia. Sedari tadi, tak ada yang membuka percakapan. Aldi terlalu gengsi untuk berkata terlebih dulu. Sedangkan, (nama kamu) bingung membuka percakapan karena takut kalau Aldi hanya menanggapinya dengan deheman. Daripada, (nama kamu) kesal sendiri, lebih baik dia diam bukan?
***
(Nama kamu) sedari tadi telah tertidur pulas. Mamanya mengira bahwa (nama kamu) mungkin kecapean belajar. Tapi ternyata, (nama kamu) tidak berada di kelas sampai jam pelajaran terakhir.
Di sisi lain, Iqbaal sedang berada di rumah Aldi.
"Jadi kenapa lo tadi sampai bolos jam pelajaran?" tanya Iqbaal seraya memasukan ciki ke dalam mulutnya.
"Gue sama bokap nyokap gue lagi marahan" ucap Aldi.
"Marahan lagi? Because..?" tanya Iqbaal penasaran.
"Biasa, masalah gue yang selalu hubungin mereka mulu" ucap Aldi.
"Tapi, apa itu salah ya baal? Gue gak boleh bicara bentar disela - sela kesibukan mereka? Gue tau mereka itu sibuk banget. Tapi gue harap, mereka bisa ngerti perasaan gue sebagai anak mereka. Gue emang rapuh baal. Lebih rapuh dari cewe bad itu" ucap Aldi.
Iqbaal yang tadinya terdiam, kini terlonjak kaget. Apa maksudnya Aldi berkata bahwa dirinya lebih rapuh dari (nama kamu)?
"Sorry,, gue tadi gak sengaja denger kalian ngomong" lanjut Aldi.
Iqbaal menghela nafasnya gusar. Ia harus memikirkan satu masalah yang dimiliki kedua sahabatnya tersebut.
"Gue pikir. Lo harus tetep berusaha dapet pehatian mereka" ucap Iqbaal.
"Tapi gimana baal?" tanya Aldi.
"Dengan cara, lo harus berubah" ucap Iqbaal.
"Apa yang harus diubah dari gue baal?" lagi - lagi Aldi bertanya.
Iqbaal mengangkat bahu.
"Itu ya,, lo harus bisa menemukan letak dimana yang lo harus rubah sendiri. Gue yakin lo bisa bahagia dengan keluarga lo lagi"
Aldi segera memeluk sahabatnya itu. Ia tak tau bagaimana nasibnya kalau tidak mengenal Iqbaal. Aldi menangis.
"Bro,, lo jangan lebay dong. Lepasin dong gue bukan mukhrim lo" ucap Iqbaal dengan candaannya.
Aldi terkekeh sekejap. Iqbaal pun merasa senang, karena ia bisa melihat sahabatnya itu tertawa meskipun hanya sedikit.
Bersambung....
Hayy!! Neng Desi balik lagi.. Maaf lama ngenext sibuk sama PR apalagi full day.. Maaf juga ceritanya gak panjang.. Next or no?? Please tanggapi dong..

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Vs Mr.Cold
RomanceBagaimana jika seorang Bad Girl jatuh cinta sama si cowok dingin? Dan bagaimana jika akhirnya (nama kamu) menjadi rebutan antara Aldi dan Iqbaal. Akhir yang tak dapat diduga oleh semua orang menjadi kisah mereka disini. "Gue harap bersama lo itu buk...