BAB 6

921 74 8
                                    

Adena tidak langsung menyuruh Reyner mengantar nya pulang. Ia menyuruh Reyner mengantarkan nya terlebih dahulu ke mal yang paling dekat dari sekolah. Sebenarnya, Adena tidak ada maksud lain tapi Reyner malah mengartikan lebih dalam hati.

Senyuman tidak lepas dari wajah laki-laki itu dari parkiran mal tadi. Sedangkan perempuan di sebelah nya hanya berjalan santai sambil melihat-lihat toko yang berjejer. "Na, lo haus ga?"

Adena menoleh, melirik Reyner sekilas. Merasa aneh ketika ada orang yang memanggil nya dengan penggalan nama terakhir nya tersebut. "Haus si, tapi gue bingung mau minum apa."

"Gue juga, soalnya gue lebih suka teh sisri di banding chatime," ucap Reyner yang di hadiahi senyuman kecil dari Adena.

"Ngomong-ngomong kita mau ngapain kesini?" Tanya Reyner, menyadari kalau ini kali kedua ia melewati lantai paling atas tanpa tujuan yang jelas.

Meskipun Adena tidak melirik nya, ia bisa melihat dari samping kalau perempuan itu nyengir. "Gatau deh, gabut aja."

"Ye si kampret..."

"Beli itu aja gimana?" Tunjuk Adena kepada salah satu gerai minuman yang tidak jauh berbeda dari chatime, tapi kelihatan nya juga mirip dengan rasa yang di bilang oleh Reyner tadi.

Reyner mengangguk sekilas, kedua nya lalu berganti arah ke kanan, langsung masuk antrean sedang paling akhir. Perlahan, antrean mulai berkurang. Adena dan Reyner sudah maju tiga langkah yang mana berarti tiga orang telah keluar dari antrean.

Perempuan yang mengenakan jaket hitam itu menoleh ke sebelah kiri nya, memperhatikan wajah Reyner yang terlihat fokus. Laki-laki itu mungkin masuk dalam kalangan cowok ganteng di sekolah nya, tapi Adena belum mengakui.

"Et deh itu orang di depan beli nya satu ton kali ya," dumelan Reyner lantas membuat Adena mendongak, sedikit berjinjit melihat laki-laki yang berdiri di hadapan kasir yang terhalang tiga orang dari tempat dimana Adena berdiri. "Lama banget anjir, padahal udah ada lima tuh bubble nya."

Adena mulai mem-fokuskan mata nya pada punggung laki-laki itu. Menolak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, tidak, ini pasti hanya kebetulan. Tapi, Adena yakin kalau ia bisa mengenali laki-laki itu hanya dari melihat tubuh belakang saja.

Tidak lama kemudian, laki-laki itu berbalik masih dengan senyuman yang tercetak jelas di wajah nya. Lalu ketika mata mereka tidak sengaja saling bertabrakan banyak pertanyaan yang ingin Adena keluarkan, namun ia tidak bisa. Dari tempat nya berdiri, ia hampir saja tumbang. Ini terlalu cepat, bagaimana bisa laki-laki itu kembali setelah dua tahun menghilang?

Bagaimana laki-laki itu bisa kembali ketika ia sudah mengucapkan selamat tinggal kepada Adena?

Semua nya terasa membeku bagi Adena, kecuali mata laki-laki itu yang masih memancarkan aura yang sama. Aura yang sial nya masih bisa ia rasakan. Entah laki-laki itu menyadari keberadaan Adena sekarang atau tidak, yang jelas kalau memang laki-lak itu sadar, kenapa ia tidak menemui Adena?

Adena benar-benar tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang.

"Na, lo denger ga gue ngomong apa?" Hanya laki-laki tadi yang memanggil nya dengan sebutan itu. Adena menoleh, membuat ekspektasi gila nya hancur ketika mengharapkan kalau laki-laki tadi lah yang memanggil nya, bukan Reyner.

"Hah? Lo ngomong apa?"

"Lo mau rasa apa?"

-----

Sebenarnya Reyner menyadari sikap Adena yang berubah sejak mengantre minuman tadi, tapi karena mereka belum terlalu dekat, Reyner jadi tidak enak untuk menanyakan apa yang terjadi.

Setelah membeli minum, Adena langsung mengajak Reyner pulang. Perempuan itu banyak tidak fokus kepada pembicaraan yang terjadi, dan sering tersandung kaki nya sendiri.

"Enak ga minuman nya?" Tanya Reyner.

"Enak kok! Siapa bilang ga enak?" Jawab Adena sambil mengangkat tinggi-tinggi minuman nya ke udara.

"Tuh kan," gumam Reyner pelan. Tangan laki-laki itu kemudian memencet tombol open lift yang akhirnya terbuka beberapa detik kemudian.

Reyner tidak keberatan mengantar perempuan itu hinga depan pintu apartemen yang Adena tuju.

Sedangkan Adena, perempuan itu masih sibuk dengan pikiran nya masing-masing. Apakah mungkin apa yang di katakan laki-laki itu dua tahun yang lalu memang benar? Kalau tidak benar, kenapa laki-laki itu kembali?

"Reyner."

"Hm?"

Beberapa detik yang lalu Adena berniat ingin menanyakan sesuatu yang ada sangkut paut nya tentang laki-laki yang baru kembali itu. Namun sekarang ia sadar kalau ia tidak boleh menceritakan itu semua, Reyner baru ia kenal beberapa hari yang lalu. Seperti nya tidak bisa.

"Gajadi deh," kata Adena ketika pintu lift berdenting kemudian terbuka. Reyner asik mengangguk-anggukan kepala nya, tidak memaksa Adena untuk melanjutkan apa yang ia ingin bicarakan tadi.

"Udah sampai," ujar Adena, langkah kaki nya kemudian berhenti di pintu dengan nomor 392 disana. "Makasih banget ya!" Ujar Adena sambil tersenyum manis.

Adena tidak menyadari kalau senyuman nya itu mampu membuat Reyner rela mengorbankan semua nya demi melihat senyum itu muncul. Karena yang Reyner tangkap, Adena jarang sekali tersenyum.

Setelah menekan password yang ada, Adena melempar tas nya di sofa yang ada. "Dena pulang!" Ucap Adena saat langkah nya sampai di dapur.

Mata lelah dari seorang wanita berusia tiga puluh tujuh tahun menjadi pemandangan Adena sekarang. Wanita itu tersenyum bahagia, menatap satu-satu nya orang di dunia ini yang bisa membuat nya merasa masih bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Biasanya, Mama nya yang terlebih dahulu memeluk Adena, tapi kali ini berbalik. Adena memeluk Mama nya dengan erat, tanpa memberikan ruang Mama nya untuk menaruh gelas yang ia genggam.

Menurut Adena, orang yang ia peluk ini adalah orang yang mempunyai nasib sama dengan nya. Orang yang selalu menguatkan Adena setiap kali ia jatuh. Orang yang menjadi tempat Adena pulang. Ya, Mama nya memang tinggal di apartemen sejak sebulan yang lalu.

Hampir lima menit tidak ada suara. Adena kemudian terisak keras. Ia bersumpah kalau hanya Mama nya dan Mba Een yang bisa melihat ia menangis, ia tidak ingin di pandang lemah oleh dunia.

"Ma, aku ketemu Genta."

***

Genta siapa hayo????

FernwechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang