BAB 22

716 41 9
                                    

"Udah mau hujan, masih mau disini?" Tanya Genta hati-hati.

Perempuan yang sedang memakan kentang goreng keluaran restoran cepat saji terkenal itu menoleh, "masih, kecuali kalo hujannya bener-bener turun."

Genta berdecak. "Harus banget gitu? Nanti kalo tiba-tiba deres, kehujanan dong?"

"Ya terus kenapa?" Adena balik bertanya. Namun karena melihat wajah Genta yang sedikit kesal membuat anak perempuan itu tersenyum kemudian bangun dari kursinya.

"Ayo, pulang, ayo," ajak Adena sambil menarik tangan Genta hingga masuk ke dalam mobil yang terparkir di samping taman ini.

Tepat tiga puluh detik setelah Adena dan Genta masuk ke dalam mobil, hujan deras mengguyur--seperti apa yang di katakan oleh Genta tadi. "Tuh liat, percaya sama gue soalnya gue itu cenayang."

Adena tidak menjawab, perempuan itu masih saja tersenyum. Ada beribu-ribu bunga yang bermekaran di dalam hatinya sekarang, ia tidak bisa mendeskripsikan seperti apa rasanya. Intinya, ia hanya ingin tersenyum setiap saat.

"Lo segila ini sampe senyum-senyum ga jelas karena gue tinggalin ya?" Suara polos Genta membuat tawa Adena pecah seketika, dan Genta sukses mengerutkan alis dibuatnya.

Lagi-lagi, Adena hanya menatap Genta penuh arti. Ditatap seperti itu, Genta menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan. "Kenapa?"

"Yap, I do."

"What?"

"I was a craziest person in this world when you were gone."

Laki-laki yang mengenakan hoodie hitam bertuliskan "Green Day" itu lantas tersenyum lalu memeluk tubuh Adena dengan erat. "Me too, baybe."

"Baybe?" Adena mengulang, masih dalam pelukan Genta. "Aneh, biasanya lo panggil gue kutu kupret, atau kampret, dan binatang sejenisnya."

Genta berdecak. "Kan ceritanya mau romantis dikit, bego."

Adena tertawa. "Oh gitu? Bilang dong dari awal, Gentut."

-----

Suara gemuruh yang ditimbulkan dari awan yang sepenuhnya sudah berwarna kelabu membuat Reyner memejamkan matanya beberapa saat. Ia tidak pernah suka bila jalanan sedang tersendat, namun untuk pertama kalinya Reyner berharap hal itu tidak berakhir dalam beberapa menit ke depan.

"Gue balikan sama Adena!" Siapapun yang melihat bagaimana cara Genta menyampaikan kata tersebut, pasti tahu kalau ia sangat bahagia.

Kejadian hari ini berputar kembali seperti film rusak di dalam pikiran Reyner. Bagaimana cara Genta menceritakan banyak tentang Adena, dan seberapa besar cintanya untuk perempuan itu. Reyner tidak bisa menampik fakta bahwa ia terluka.

Ini pertama kalinya sejak dua tahun yang lalu ia merasakan kembali jatuh cinta, setelah ia pernah merasakan kesedihan yang mendalam saat pacarnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Namun, Reyner harus menelan pahit yang mendalam lagi. Kisah cintanya tidak berjalan mulus.

Meskipun begitu, ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa disini. Genta datang lebih awal ketimbang dirinya. Ia hanya terbuai beberapa saat, sebelum menyadari kalau pemeran utama dalam kisah Adena ternyata bukanlah dirinya.







END.

***

WHAT. INI. ENDING. GA. JELAS. FIX!

sumpah sumpah ini ga jelas, tapi aku gada ide lagi buat cerita ini jadi begini adanya😭😭

maaf yg udh terlanjur berharap banyak Adena akan sama Reyner karena Reyner cuma punya aku huehehehe

Ya Tuhan, kenapa aku ga punya ide lagi?

Maaf ya semuanya, sebenernya ada alasan si kenapa ini di cepetin karena aku mau fokus ke story yang judulnya Fault. Jadi, kalo mau baca tulisan aku baca aja Fault oke(meskipun ga yakin ada yg mau baca wkwkwk)

Makasih buat yang udah mau baca story ini, love you guys!!💞💞

FernwechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang