River: Senior Year

3.1K 220 2
                                    

CHAPTER ONE

"RIVER!!!!" Teriakkan Victoria, ibunda River dari ruang makan terdengar hingga kamar River yang berada diatas. "CEPAT TURUN!"

River yang sudah selesai bersiap-siap, melihat cermin besar yang ada dikamarnya sekali lagi dan mengangguk terhadap dirinya sendiri. Ia mengambil tasnya yang berada dilantai dan langsung turun untuk sarapan.

"Ini, aku buatkan pancake dengan sirup cokelat kesukaanmu." Victoria mencium kening anak semata wayangnya itu. "Bagaimana, sudah ada rencana kuliah?"

River menghela nafas. "Belum. Aku sama sekali tidak minat mom."

Victoria menatap anaknya dengan sedih. "River, kau tidak bisa seperti itu. Kau harus tahu apa yang ingin kau lakukan setelah lulus dari SMA. Aku tidak masalah jika kau ingin pergi berlibur bersama sahabat-sahabat mu, tapi kau harus punya rencana sayang."

River hanya mengangguk dan melanjutkan menyantap pancakenya. Setelah ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, semua harapan dan ambisi River menghilang. Dari kecil, River ingin sekali menjadi seorang model dan tinggal di New York. Ia selalu ingin pergi dari kampung halamannya. Bukannya ia tidak menyukai Raleigh, Raleigh adalah salah satu tempat yang sangat indah di North Carolina. Hanya saja, ia tidak ingin tinggal di Raleigh seumur hidupnya.

Ayah River adalah seorang pengacara yang cukup terkenal di Raleigh. Tiga tahun yang lalu, ayahnya mendapat kasus tentang tuduhan korupsi yang melibatkan gubernur setempat. Setelah menjalani kasus tersebut selama enam bulan, ayahnya ditemukan tewas di toilet kantornya. Ada lima tusukan di perut dan dadanya. Sampai sekarang belum ditemukan pembunuhnya dan polisi juga belum mendapatkan motif pembunuhan ayahnya.

Semenjak saat itu, River membuang semua impian dan harapannya. Ia tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. Ayahnya pergi meninggalkan hutang yang cukup banyak sehingga uang peninggalannya untuk membayarkan hutangnya. Ibunya hanyalah seorang pekerja disalah satu rumah sakit di Raleigh. Gajinya pun tidak seberapa. Tidak sanggup untuk membayar biaya kuliah. River juga bukan seorang jenius dan gampang mendapatkan beasiswa di universitas lokal.

Lamunan River buyar ketika mendengar klakson mobil. Wajahnya yang muram langsung berubah. Senyum manis terukir diwajah cantiknya.

"Mom, aku berangkat ya." Ia memeluk ibunya.

"Hati-hati ya dan salam untuk Summer." Victoria melepaskan pelukannya dan menemani anaknya berjalan kepintu.

"Hey yo Riv!" Suara Summer terdengar saat ia membuka jendela mobilnya.

River tersenyum begitu melihat sahabatnya. Mereka sudah bersahabat sejak usia 4 tahun. Dulu rumah Summer berada persis disebelah rumah River. Saat malam hari, Summer selalu datang secara diam-diam kekamar River menggunakan tangga yang mereka sembunyikan disemak-semak.

Saat duduk dikelas 7, orangtua Summer membeli rumah baru diperumahan mewah di Raleigh. Ayah tiri Summer adalah seorang pengusaha ternama di Raleigh sedangkan ibunya seorang pemilik butik.

River dan Summer sangatlah berbeda. River sangatlah pendiam sedangkan Summer tipe seorang periang yang banyak bicara, River suka baca buku sedangkan Summer suka menyanyi, River tidak peduli dengan penampilannya sedangkan Summer sangat memprioritaskan penampilannya, River seorang homoseksual sedang Summer seorang heteroseksual.

Tapi River sangat bahagia karena Summer menerima River apa adanya. Terutama soal seksualitas. Summer tidak pernah mempermasalahkan atau menyinggung tentang seksualitas River. Dan River sangat bersyukur.

"Tahun ini tahun terakhir. Kau sudah punya rencana kedepannya Riv?" Summer memecahkan keheningan didalam mobil.

River melihat Summer. Menurut River, Summer sangatlah cantik. Matanya yang berwarna cokelat hazel, bibirnya yang berwarna merah muda dan selalu basah oleh lipgloss, kulitnya yang berwarna sawo matang dan belum lagi tubuh Summer sangatlah indah. "Entahlah. Aku belum ada rencana."

Love Is A Losing Game (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang