River: Drink The Pain Away

2K 203 7
                                    

CHAPTER THREE

Sudah seminggu sejak kejadian putusnya Summer dan Jake. Summer masih belum bisa melupakan semua yang sudah ia lakukan bersama Jake.

Hari ini Summer masih berpenampilan seperti orang yang kehilangan akalnya. Ia juga tidak banyak bicara. Orang tuanya, guru-gurunya, sahabatnya bahkan murid di Raleigh Charter High School sangat khawatir terhadap kondisi Summer.

Hampir semua murid di Raleigh Charter High School menyalahkan ini kepada Jake dan Lucy. Setiap harinya, baik Jake maupun Lucy mendapat kata-kata sindirian yang pedas dari banyak siswa Raleigh Charter High School.

Namun dari semua itu, River lah yang paling mengkhawatirkan kondisi Summer. Setiap pulang sekolah, Summer selalu mengirim pesan kepada River untuk menemaninya ke taman atau Jubala Coffee. Ketika sudah sampai ditempat tersebut, Summer tidak berkata apa-apa. Ia hanya duduk diam melihat ponselnya.

Hari ini adalah hari Jum'at. River, Lauren, Samantha dan Miyata sedang berada di Jubala Coffee membicarakan keadaan Summer yang semakin memburuk.

"Aku tidak tahan lagi jika harus melihatnya seperti ini terus-menerus." River mengacak-acak rambutnya.

Lauren mengusap bahu River. "Kita semua tidak tahan melihat Summer seperti itu, Riv."

"Kita harus cepat mengambil tindakan. Summer tidak bisa larut dalam kesedihannya lama lagi. Kalian ingatkan beberapa bulan lagi Summer harus mengirim videonya bernyanyi untuk Hollywood Records?"

Wajah River seketika pucat mendengar perkataan Samantha. Ia ingat Summer menceritakan kepada mereka berempat tahun lalu kalau tahun ini adalah tahun dimana Summer akan mengikuti seleksi untuk mendapatkan tempat di Hollywood Records. Siapa yang menang kompetisi tersebut, akan di terbitkan oleh Hollywood Records sebagai penyanyi baru. Dan itu adalah impian terbesar Summer.

"A...Aku harus segera pergi." River merapihkan rambutnya dan mengambil tasnya.

Lauren mengangkat alisnya. "Kau mau kemana?"

River melihat Lauren, Samantha dan Miyata yang menatapnya bingung. "Aku harus kerumah Summer. Aku tahu apa yang akan membuatnya kembali seperti Summer yang dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari ketiga sahabatnya, River langsung bergegas dari Jubala Coffee menuju rumah Summer. Dalam waktu tujuh menit, Uber pesanannya pun tiba.

Begitu sampai dirumah Summer, ia disapa oleh pembantu Summer yang sedang menyapu teras rumah milik Summer. Ia mengatakan kalau Summer masih berada didalam kamar dan mempersilahkan River masuk.

River mengetuk pintu Summer beberapa kali namun tidak ada jawaban dari dalam kamar. Akhirnya ia pun segera masuk kedalam kamar.

Ia melihat Summer yang duduk dikasurnya sambil membaca buku dan mendengarkan musik menggunakan earphone. Itu mengapa ia tidak mendengar ketukan pintu oleh River.

River tersenyum dan berjalan mendekati Summer yang masih belum menyadari kehadirannya. Ia duduk disebelah Summer yang seketika melihat kesebelah kanannya.

Summer melepaskan earphone yang ia kenakan dan meletakkan buku yang sedang ia baca dipangkuannya. Ia langsung memeluk River.

"Hey." Bisik River yang membalas pelukkan Summer.

Summer membenamkan wajahnya dilekukkan leher River dan menciumnya beberapa kali. "Hey." Balasnya.

River membeku begitu merasakan bibir lembut Summer yang menyentuh kulitnya dan juga hembusan hangat nafasnya yang menyapu bulu-bulu dibelakang lehernya.

River menarik nafas dalam-dalam sebelum kembali berbicara. "Bagaimana kabarmu?"

"Peachy." Jawab Summer dengan nada mengejek.

River tahu itu hanya sarcasm. Maka dari itu ia mengusap rambut Summer. "Sampai kapan kau akan seperti ini? Apa kau pikir Hollywood Records menyukai calon bintangnya seorang yang tidak dapat dijadikan inspirasi?"

River dapat merasakan tubuh Summer menegang mendengar perkataannya. "Apa kau lupa kalau kau harus mempersiapkan diri untuk seleksi Hollywood Records? Kau sudah selangkah lagi untuk mewujudkan impianmu, Summer. Apa kau tidak ingat?"

Dengan perlahan Summer melepaskan pelukkannya dan melihat River. "Kau benar. Jika aku ingin menjadi penyanyi hebat yang menginspirasi seperti Miss Whitney Houston dan Aretha Franklin, aku harus terus maju kedepan dan melupakan semua ini."

"Sekarang kau harus kembali seperti Summer yang aku kenal. Summer yang periang, bahagia dan yang terpenting, Summer yang selalu menginspirasi orang-orang disekitarnya." River menggenggam kedua tangan Summer sebelum melanjutkan. "Aku akan selalu siap untuk membantumu, Summer. Katakan apa yang kau butuhkan."

Senyuman Summer mengembang. "Kau tidak akan suka ide ini, tapi kau harus menemani ku. Karena ini adalah hal yang aku butuhkan untuk melupakan semuanya dan kembali ke diriku yang dulu."

River mengangguk. "Untuk saat ini, aku rasa semua ide adalah ide terbaik jika itu dapat membantumu."

River sangat senang dapat membantu Summer untuk menyudahi kesedihannya dan kembali seperti Summer yang dulu. Ia rela melakukan apapun untuk membantu Summer. Termasuk menemaninya ke Noir Bar.

River bukanlah penggemar berat bar. Ia bahkan hanya pernah sekali meminum whisky dalam hidupnya. Itupun waktu ulang tahun pernikahan ayah dan ibunya. Orangtua River tidak mempermasalahkan jika anaknya meminum whisky, hanya saja River tidak suka rasanya. Dan Summer tahu betul tentang hal itu.

River juga tidak suka dengan suasana bar yang ramai, berisik dan penuh orang-orang mabuk. Ia takut sekali jika ada orang mabuk yang melakukan hal-hal yang ia inginkan terhadap dirinya.

"Aku akan memesan tequila beberapa gelas. Aku benar-benar membutuhkan ini. Kau mau pesan apa?" Summer duduk dan memanggil bartender yang sedang berbicara dengan pria tua.

River menghela nafas. "Aku ingin sesuatu yang tidak berakohol dan rasanya tidak aneh."

Summer terkekeh mendengar perkataan River. Ia memesan lima gelas tequila dan satu gelas besar sprite untuk River.

Begitu pesanan mereka datang, Summer langsung meminum segelas tequila nya. Rasa hangat langsung melanda tenggorokannya. Ia tahu, mabuk bukanlah hal yang baik, namun saat ini, memukul seseorang pun adalah hal yang baik baginya untuk dapat melupakan Jake.

River menatap cemas Summer yang sudah menghabisi lima gelas tequila dan kini ia memesan lima gelas lagi. "Apa kau yakin?" Ia menyentuh pundah Summer.

Summer hanya mengangguk dan kembali meminum tequila yang baru saja ditaruh didepannya oleh sang bartender. "Aku tidak tahu apa yang aku lakukan sehingga ia tega melakukan itu padaku, Riv. Apa aku jahat?"

River menggeleng dengan cepat. "Kau adalah orang yang paling baik yang pernah aku temui. Kau selalu peduli dengan perasaan dan keadaan orang lain. Ia bodoh karena lebih memilih orang lain daripada mu. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik darinya, Summer."

Summer mendadak tertawa. "Kau benar, Riv. Jake adalah pria bajingan yang tidak tahu diri. Aku memberikan segalanya untuknya Riv. Uang, barang bahkan keperawananku. Ia menyakitiku."

River tahu kalau alkohol sudah bekerja ditubuh Summer. Ia tidak tahu harus berkata apa. Summer memang sangat mencintai Jake, namun apa yang Jake lakukan kepadanya sangatlah buruk.

"Aku tidak akan pernah menyakitimu."

Love Is A Losing Game (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang