River: Avoiding

2.2K 197 2
                                    


CHAPTER FIVE

Setelah River mengantarkan Summer pulang pukul 12 malam, ia langsung pulang kerumahnya menolak tawaran Summer untuk menginap. Ia tidak bisa berada didekat Summer untuk saat ini setelah apa yang terjadi ditaman.

River tahu itu salah. River tahu esok pagi ketika Summer bangun dari tidurnya, ia tidak akan mengingat apa-apa. River tahu pada akhirnya ia akan terluka.

Namun River tidak peduli terhadap semua itu. Yang ia pedulikan adalah betapa lembutnya bibir Summer. Rasa alkohol dan mint menyatu. Ia hanya ingin merasakan bibir Summer untuk pertama dan mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Begitu sampai dirumah, ia mencari ibunya. Ia butuh pelukan ibunya untuk menenangkannya. River melihat ibunya sedang merapikan meja makan. "Mom." Ia menghampiri dan memeluknya.

Victoria sedikit terkejut sebelum membalas pelukkan puterinya. "River? Aku pikir kau tidak akan pulang. Baru saja, aku akan menghubungimu." Victoria mengusap rambut anaknya. "Hey, apa kau baik-baik saja?"

"Summer menciumku." Jawabnya lemah.

Victoria tidak begitu terkejut mendengarnya. Begitu River berkata jujur tentang seksualitasnya, ia tahu kalu River mencintai Summer lebih dari sahabat.

"Bukankah itu hal yang baik?"

River menggelengkan kepalanya dalam pelukan ibunya. "Ia mabuk mom. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan. Lagipula, Summer tidak akan pernah mencintaiku lebih dari sahabat."

Victoria dapat merasakan kesedihan puterinya. "Kau tidak akan pernah tahu, Riv. Apa kau sudah makan? Kalau belum, aku akan memanaskan spaghetti yang aku buat."

River melepaskan pelukannya. "Tidak usah mom. Aku tidak lapar. Aku mau tidur saja."

Victoria mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Mimpi indah, sayang." Ia mencium kening River.

Begitu sampai dikamar, ia langsung berbaring dikasurnya tanpa mengganti bajunya atau mencuci wajahnya. Ia sudah kehabisan energi dan hanya ingin tertidur.

River masih dapat merasakan alkohol dan mint di mulutnya. Masih teringat jelas wajah Summer yang begitu dekat dengannya, nafas hangat Summer yang menyapu wajah River, bibir lembut Summer yang melumat bibirnya.

Summer adalah orang yang pertama kali menciumnya. Entah ia harus senang karena Summer yang menciumnya atau sedih karena ia tahu Summer tidak akan mengingat apa-apa dan pada akhirnya ia hanya menyakiti dirinya sendiri.

River sadar kalau ia jatuh lebih dalam ketika Summer menciumnya. Dan jujur, perasaan itu membuatnya takut.

Selama akhir pekan, River hanya berada dirumah. Ia membaca buku atau menonton TV. Ia menghiraukan pesan atau panggilan dari teman-temannya yang mengajaknya hangout. Terutama Summer.

Summer mengirimkan sekitar dua belas pesan dan tujuh pesan suara. Namun tidak ada satupun yang River balas.

River hanya ingin sendiri untuk beberapa saat, menenangkan pikirannya. Karena hari ini, hari Senin, mau tidak mau ia akan bertemu dengan Summer. Ia tidak dapat menghindari Summer hanya karena ciuman malam itu. Sangat tidak adil untuk Summer. Ia harus siap.

Summer tidak menjemput River seperti biasanya. Jujur hal itu membuat River sedih namun juga lega karena ia masih punya waktu sebelum bertemu Summer disekolah.

River memutuskan untuk berjalan kaki sambil mencoba menenangkan pikirannya. Orang bilang, udara pagi adalah udara yang bagus baik untuk fisik maupun mental.

Love Is A Losing Game (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang