Bab 2 Embun (Part 3)

87 8 2
                                    

"Bu Emma! Ngaggetin aja nih." Seru Embun terkejut dan malu.

"Ah nggak papa kok, emang Rio Handoko itu ganteng, single lagi."

Kemudian Embun menjelaskan bahwa dia sebenarnya penasaran dengan Rio Handoko karena Erlan dan Juna mengatakan kalau Rio itu masih single.

"Masak ganteng gini masih single sih Bu, jangan-jangan....."

"Hush....udah ah mau makan siang nggak nih." Emma mengingatkan.

"Eh iya iya ayok ah...udah laper nih." Jawab Embun.

Kemudian mereka berdua pergi bersama. Emma dulu pernah menjadi sekertaris Erlan juga. Dia tahu persis bagaimana sifat dan karakter bosnya itu. Emmalah yang memberitahu bagaimana karakter Erlan kepada  Embun. Itulah kenapa Embun juga lebih mudah beradaptasi. Saat ini Emma menjadi asisten Juna.

Siang itu mereka makan siang agak lama. Berhubung Erlan sedang di luar, Embun juga tak banyak pekerjaan. Sisa hari itu ia habiskan dengan menyelesaikan laporan dan browsing menu masakan.

Tiba-tiba handphonenya berdering.

"Halo."

"Aku sudah di lobby."

"Apa?! Ngapain?."

"Jemput kamu lah."

Embun melihat jamnya. Tak terasa memang  e sudah pukul empat Soren Embun menutup teleponnya, membereskan barang-barangnya dan langsung turun ke lantai satu. Dilihatnya Dandy sudah disitu.

"Ngapain sih pake jemput-jemput?!" Embun sewot.

"Kenapa nggak boleh?" Tanya Dandi sembari mereka keluar.

"Malu tahu kalau kelihatan orang kantor."

"Kamu malu tunangan sama aku?" Tanya Dandy kemudian setelah mereka masuk ke dalam mobil.

"Bukan, tapi mobilmu terlalu menarik perhatian."

"Oke besok aku ganti dengan mobil biasa asal bisa menjemputmu tiap hari."

"Jangan! Jangan!, aku tak perlu dijemput."

"Embun....nggak mungkin aku membiarkan kamu pulang sendiri berpanas-panasan."

"Halah...."

Dandy agak kesal dengan jawaban Embun. Namun dia diam saja. Gadis itu memang sering membuatnya kesal namun entah mengapa seperti ada tali yang tak sanggup ia lepaskan.

Sementara, Embun sendiri masih ingin hidup bebas tak terikat. Hanya demi nama baik orang tuanya dia bersedia bertunangan dengan Dandy.

"Masih banyak pengalaman hidup yang ingin aku rasakan Dan." Kata Embun kemudian ketika mereka sampai di rumah kos Embun.

"Ok."

"Terima kasih."

Embun berlalu, dan Embun selalu begitu. Membuatnya kesal dan kemudian pergi tanpa ada kata maaf. Itulah yang membuat Dandy tertantang untuk menaklukkan hati gadis itu.

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang