Pertemuan (Part 2)

64 7 0
                                    

"Maaf Mbun, kamu nggak saya kasih tahu soal kepindahan ini. Sebenarnya saya masih betah disini, tapi apa daya, investor dan direksi perlu diyakinkan bahwa perusahaan ini tidaklah gulung tikar seperti yang mereka khawatirkan. Lagipula kami sudah punya plan B untuk keberlangsungan perusahaan ini." Erlan seperti tahu apa yang dipikirkan Embun.

Embun hanya mengangguk tak tahu mesti berkata apa. Entahlah kenapa dia galau menyadari bahwa sebentar lagi ia tidak akan bisa menatap bosnya itu. Perasaan kehilangan tiba-tiba menyusup dalam dirinya.

***

"Mbun.... Kok melamun sih..." Sebuah suara menyadarkannya.

"Eh... enggak kok."

"Ada masalah?"

Embun menggeleng. Ah dia jadi tidak enak, pasti Dandi sedang bicara panjang lebar saat dirinya melamun tadi.

"Mbun...sebulan ini mungkin aku nggak akan disini, kamu bakal kangen aku nggak?"

"Hah?! Kemana?"

"Ke Jepang, ngurusin investor disana."

"Oooh..." Entahlah ada sepercik kebahagiaan dalm hati Embun ketika lelaki itu bilang bahwa dia akan pergi selama sebulan. Bayangan dirinya tidak akan dikuntit lagi menari-nari di pelupuk mata gadis manis itu.

Sebenarnya Embun merasa bersalah. Di saat Dandi sedih meninggalkannya dia malah merasa bahagia. Memang sejak awal dia tak pernah menginginkan pertunangan ini. Selama tiga bulan dia mencoba mencintainya namun rasa itu tak pernah muncul. Hanya demi Ayahnya di rela melakukan semua ini.

"Aku harap setelah ini hubungan kita menjadi lebih dekat, dan kamu bisa menerima aku." Ucap Dandi ketika mengantar Embun sampai ke kosnya.

"Ya..."

"Kabari aku jika ada sesuatu."

Embun hanya mengangguk, ia hanya tak sabar menantikan kepergian Dandi.

"Kamu tak bisa mengantarku ke bandara besok?"

"Maaf Dan, besok ada bos baru di kantor kami, tidak mungkin aku bolos... Maaf ya..."

Ada guratan kecewa di muka Dandi, namun ia tak bisa memaksa gadis itu. Ah lagipula ia akan cemas kalau sampai Embun pulang sendiri dari Bandara. Perjalanan empat jam cukup melelahkan dan beresiko.

Tak lama kemudian Dandi pamit pulang, sementara Embun masih dengan pikirannya yang campur aduk. Antara galau dan bahagia, meski ia sedikit merasa kasihan kepada Dandi karena selalu membuatnya kecewa. Meski begitu ia tetap merasa galau karena akan kehilangan bos yang baik. Erlan memperlakukannya seperti seorang anak, ketika semangat kerjanya menurun Erlan selalu memberi nasihat agar Embun lebih semangat, atau ketika ada waktu senggang, bosnya itu tak segan membagi ilmu kepadanya.

Dia tak tahu seperti apa pengganti Erlan nanti. Apakah arogan seperti kebanyakan bos atau ...Ah Embun tak berani berspekulasi.

Riiiiinnnggggg

Alarm dari handphone Embun bordering nyaring. Gadis itu dengan ogah-ogahan bangun dari tidurnya yang rasanya baru semenit lalu ia jalani. Kalau bukan karena hari ini ada bos baru dia pasti malas bangun sepagi ini. Malu dong kalau bos datang dia masih belum standby diruangan.

Pikiran Embun masih saja tertuju kepada siapa bos barunya. Erlan yang biasanya terbuka padanya kali ini bungkam. Selain memberitahu kepindahannya yang mendadak ia juga tak memberi tahu siapa penggantinya.

"Sepertiapa ya orangnya?" gumam Embun sendirian di ruangannya.     

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang