Isu (Part 1)

54 5 0
                                    

" Gimana Mas pertemuannya? Lancar?" Rio mencoba menghubungi Erlan pagi itu. Pertemuan dengan investor hari sebelumnya sangat menentukan nasib perusahaan mereka.

"Tenang saja semua lancar, namun rupanya ada pesaing kita yang juga mengincar investor itu," suara Erlan sedikit khawatir.

"Syukurlah, mudah-mudahan hasilnya bagus."

"Bagaimana dengan Embun? Kamu tidak memindahkannya kan?" Erlan tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

"Tadinya aku memang mau memindahkannya tapi ..."

"Dia bisa kamu andalkan jangan sampai kamu pindahkan!" Erlan tiba-tiba menyela.

"Aku tidak memindahkannya Mas, dia memang bisa diandalkan dalam segala hal."

"Itulah kenapa dari dulu aku ingin mengenalkannya padamu, tapi kamu malah terus saja mengelak," gerutu Erlan.

Rio tak banyak menjawab, ia hanya sesekali tertawa mendengar ceramah Erlan. Abangnya yang satu itu memang berbeda, terkadang lebay seperti ... ah mereka bertiga sebenarnya sama saja. Lebay!

"Tapi kemudian aku menyadari, sepertinya Embun sudah punya pacar dan akupun tak menyuruhmu kesana lagi," kalimat terakhir Erlan tiba-tiba membuat nafas Rio menjadi sesak.

"Apa? Tapi sepertinya dia belum punya pacar, selama ini kulihat dia sendiri saja Mas, orang tiap malam kami makan bareng." Sial! Rio keceplosan.

"Hah?!"

"Errr... Mas aku pergi meeting dulu ya, nanti kita lanjut lagi."

Rio terpaksa segera mengakhiri telepon itu. Dia takut Erlan akan menginterogasinya lebih lanjut. Ah bisa mati kutu dia. Dasar mulut sialan! Umpat Rio.

Tak lama ada yang mengetuk pintu. Dan seperti dugaannya, gadis yang baru saja mereka bicarakan muncul di hadapannya. Rio agak kikuk tapi juga penasaran.

"Maaf Pak, ada beberapa laporan yang harus ditandatangani." Embun meletakkan berkas-berkas yang akan ditandatangani dan segera beranjak, namun ...

"Mbun, tolong bukakan lembaran mana yang harus kutandatangani."

Embun heran, biasanya para bos membaca terlebih dahulu laporan yang akan mereka tandatangani. Berabe urusannya kalau ada yang salah namun berkas sudah ditandatangan.

"Mmmm... Bapak tidak mau memeriksa laporan ini dulu?"

"Tidak!"

Akhirnya Embun membuka satu persatu halaman laporan yang perlu tanda tangan Rio dengan perasaan heran. Tanpa ia tahu sebenarnya Rio ingin membuktikan sesuatu di jari Embun. Perkataan Erlan tadi membuat pikirannya entah kemana. Ia pikir Embun adalah wanita yang bebas, jika benar dia sudah memiliki kekasih ... Ah entahlah Rio tidak rela.

Huh!!! Rio merutuk perasaannya sendiri. Baru seminggu yang lalu ia bertemu wanita ini dan kini perasaannya dibuat tak menentu olehnya.

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang