Isu (Part 4)

50 3 0
                                    

"Pantes ya sekarang sudah jarang makan sama kita-kita," Embun tersentak mendengar suara yang sangat dikenalnya. Bu Emma.

"Eh Bu Emma .... "

"Ternyata pilih Pak Rio jatuh pada si menawan Embun."

"Haah!!! Apa maksudnya ni Bu?"

"Ya ampun Embun, jangan mengelak lagi orang sekantor sudah tahu bahwa antara kamu dengan Pak Rio terjadi sesuatu. Apalagi setelah kalian pergi kemarin dan baru pulang pagi ini. Tidak ada sangkalan lagi Mbun," Bu Emma sudah seperti detektif yang baru saja menemukan tersangka.

"Tapi semua tidak seperti yang Ibu dan teman-teman bayangkan ... itu hanya isu."

"Mbun semua karyawan di sini sudah tahu kamu dan Pak Rio setiap hari makan malam, terus kemarin kalian kemana sampai malam nggak pulang dan pagi ini berangkat ke kantor bersama?"

"Bu saya cuma membantu Pak Rio memilih makan malam. Katanya dia ingin makan makanan yang enak tapi tidak tahu dimana, terus kemarin kami pergi ke luar kota, karena kemalaman kami urung pulang. Tapi percayalah tidak terjadi apa-apa diantara kami Bu." Embun memberikan pembelaan dan meluruskan isu yang telah berhembus selama ini.

"Astaga Embun, kamu terlalu polos. Pak Rio itu sudah pernah bekerja disini selama dua tahun, tidak mungkin dia tidak tahu mana makanan enak dan tidak. Ah isu ini tidak akan lama Embun, akan segera menjadi kenyataan ..." Bu Emma segera berlalu dengan menyisakan tanya di hati Embun.

Embun sebenarnya sedikit kesal dengan Rio ketika tahu bahwa makan malam yang tiap hari dijalaninya itu adalah manipulasi dari Rio. Betul-betul ingin ditamparnya Rio saat ini. Namun jika mengingat perkataan Bu Emma bahwa isu ini tidak akan lama lagi menjadi kenyataan membuat muka Embun panas. Masih pantaskah dia mendapatkan cinta sejatinya?

Jantung Embun berdegub kencang saat Rio memanggilnya ke ruangan. Ada beberapa berkas yang perlu dipersiapkan dan Embun segera mencatatnya dalam notes nya. Kemudian Embun mengingat seuatu.

"Maaf Pak ... ada isu tentang kita yang ...."

"Tidak masalah, aku tidak merasa terganggu. Apa kamu merasa terganggu Mbun?" Pertanyaan yang dilontarkan Rio sambil memandang langsung Embun yang nampak gugup.

"Eh ... tidak Pak," Embun seperti terhipnotis untuk berkata tidak.

"Bagus ... jangan pikirkan hal itu ya, fokuslah pada pekerjaan."

"Iya Pak."

Embun lega dengan jawaban Pak Rio. Dia sudah takut jika tiba-tiba Pak Rio menembaknya. Ah mungkin dirinya terlalu berharap dan Bu Emma terlalu berlebihan.

Sementara itu, Dandi yang berada di luar negeri marah besar mengetahui kemarin malam Embun tidak pulang tanpa memberi kabar padanya. Kali ini Dandi tidak bisa tinggal diam, dia harus melakukan sesuatu agar Embun tidak berpaling darinya.

"Lakukan rencana yang sudah kita susun," perintah Dandi pada seseorang di ujung telepon , "aku tidak sabar melihat apa yang terjadi dengan investor mereka dan juga calon istriku," gumamnya setelah menutup telepon.

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang