Aku Memilihmu (Part 3)

51 1 0
                                    

Embun menghembuskan nafas kesal, bagaimana mungkin Rio akan memperjuangkannya jika dia saja tidak bisa bergerak cepat. Embun resah sendiri, timbul keraguan dalam hatinya apakah benar Rio mencintainya.

Rio baru saja mengirimkan pesan bahwa besok Bu Emma izin tidak masuk kerja ada urusan keluarga katanya. Padahal masih ada yang harus Rio pastikan mengenai wanita yang ada dalam foto bersamanya dan juga yang menghalanginya di bandara. Ia mirip sekali dengan anak Bu Emma, Friski.

Ah tunggu, Embun merasa taka sing dengan sosok Friski. Bukankah saat kuliah dulu ada geng Dandy yang selalu bersama-sama kemana mereka pergi. Sepertinya salah satunya adalah Friski.

Embun segera bangkit dari kamarnya. Ia pergi ke kamar Mentari mencari buku wisuda Mentari, berharap menemukan sesuatu di sana. Harusnya Dandy, Mentari dan Friski lulus di tahun yang sama.

Embun mengecek satu persatu dengan teliti. Ia tak mau terburu-buru dan terlewat, tak peduli rasa penat yang ia rasakan setelah menemepuh perjalanan jauh. Rasa kantuk juga ditahannya demi mendapatkan kepastian dari prasangkanya.

Dan setengah jam kemudian Embun menemukan yang ia cari. Ia segera memfoto buku wisuda yang menampilkan identitas Friski dan mengirimkannya ke Rio. Ia juga akan menelpon Mentari untuk memastikannya.

"Kakak sudah tidur?" Embun tahu hampir jam Cinderella adalah waktu yang tidak tepat untuk menghubungi seseorang. Tapi ia sudah tak sabar menemukan fakta baru.

"Kakak sedang tidur Mbun, besok saja Kakak kesana."

Klik.

Sambungan terputus, dan Embun hanya kecewa. Tapi bukan Embun namanya kalau cepat menyerah. Ia segera browsing di mesin pencari, ia ketikkan nama Friski Adinta.

Ternyata Friski adalah seorang public figure. Ia pernah menjadi model bahkan memiliki situs resmi tentang dirinya. Juga beberapa gossip yang muncul mengenai dirinya dengan Dandy dan terakhir Rio. Namun Friski membantah semua gosip itu.

Friski juga dikabarkan memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tuanya terutama ayahnya. Namun sepertinya Friski dengan jelas mengatakan bahwa dia hanya ingin menjadi anak yang mandiri.

"Profil yang menaggumkan, namun kenapa dia mau terlibat dengan urusan Dandy?" Embun masih bertanya-tanya sendiri dalam hati. Tak terasa waktu membawanya kea lam mimpi.

***

Friski bahagia hari itu, penerbangannya sempurna, lancar tanpa ada kendala. Bahkan ketika baru sampai di bandara ibunya telah menyambutnya.

"Sayang, maafkan Ibu yang tidak mendampingimu hingga kamu secantik ini," ujar Emma dengan haru. Ia menangis dan memeluk anak semata wayangnya. Ia bahkan berjanji akan menebus semuanya meski terlambat.

"Makasih Bu, aku bahagia bisa bertemu Ibu. Tapi mungkin setelah ini aku akan merepotkan karena aku tidak ada pekerjaan lagi Bu," ada sedikit rasa canggung yang muncul di diri Friski, apalagi selama puluhan tahun mereka tidak bersama.

"Tidak masalah, dekat denganmu adalah kebahagiaan Ibu," sahut Bu Emma. Mereka kemudian melaju menuju rumah, rumah baru bagi Friski.

"Lupakan dia, tak usah kamu pikirkan lagi," Emma kembali membujuk anaknya, karena ia melihat pikiran Friski belum terfokus padanya. Sesekali ia nampak termenung.

"Ibu tahu kan bagaimana rasanya mencintai seseorang?"

Emma hanya terdiam. Bahkan hingga saat ini ia masih mencintai mantan suaminya.

"Begitulah yang kurasakan padanya Bu."

"Ibu takut kamu akan tersiksa seperti Ibu. Ibu masih beruntung memiliki kamu, tapi kamu ...."

Friski hanya diam. Ah andai saja hidupnya seperti gadis yang dicintai Dandy mungkin ia tak akan seperti ini.

Tiba-tiba ponsel Emma berdering.

"Bu Emma maaf menganggu, tapi aku perlu cepat untuk pengganti Embun, apakah Ibu punya saran?" suara Rio dari seberang terdengar nyaring saat ini.

"Saya akan usahakan segera Pak," sahut Emma.

"Baiklah terima kasih." Sambung Rio kemudian. Sekretaris yang kosong membuatnya sibuk seharian ini mengecek jadwalnya sendiri. Ia ingat perkataan Embun semalam untuk meminta saran Bu Emma. Meskipun hari ini Bu Emma izin namun Rio tak mau menunda karena ia repot hari ini.

Bu Emma tersenyum penuh arti pada Friski. Friski yang melihat senyum ibunya berbeda merasa sedikit aneh.

"Ada apa Bu?"

"Kamu mau kerja bersama di kantor Ibu?"

"Apa? Tapi aku tidak pernah kerja kantoran Bu."

"Pekerjaannya mudah, nanti sebentar ibu arahkan kamu akan mengerti. Sekarang Ibu akan siapkan lamaran pekerjaan untukmu dan besok kita ke kantor bersama."

Friski hanya tersenyum. Pilihannya untuk menyusul ibunya adalah tepat. Dan ia bertekad akan melupakan semuanya. Masa lalunya.

***

Rio masih tergeleng-geleng melihat apa yang diberikan Embun padanya melalui pesan pribadi. Wanita yang telah menganggunya ternyata memiliki profil yang tidak sembarangan.

"Aneh, kenapa ia melakukan hal bodoh seperti ini? Apa mungkin Dandy berfikir kalau aku akan tertarik pada gadis seperti dia?"

Rio segera memencet sebuah nomor. Nomor orangnya yang ia mintai bantuan untuk menyelidiki gadis model itu. Ia tak bisa tinggal diam dan hanya mengandalkan informasi dari Bu Emma.

Ah Rio jadi terkenang masa lalunya sendiri. Masa mudanya ia habiskan untuk gonta ganti perempuan. Perempuan cantik, tinggi semampai adalah pilihannya. Meski cinta tak ia rasakan Rio menjalin hubungan bersama mereka.

Hingga akhirnya ia berhenti di usianya saat ini yang hampir empat puluh tahun. Usia yang harusnya dia sudah memiliki anak.

Di antara ketiga saudaranya memang Rio yang paling santai dalam menjemput jodoh. Usaha keluarganya untuk menjodohkan dia dengan seseorang selalu ditolaknya. Bukan selera, itu adalah alasannya. Namun entah kenapa semenjak bertemu dengan Embun dia berubah.

Embun tidaklah seperti wanita yang ia taklukkan sebelumnya. Embun berbeda. Ia memiliki kharismanya sendiri hingga mampu membuatnya terpesona hanya pada pandangan pertama.

Sayang Embun sudah memiliki tunangan. Andai saja Embun masih sendiri tentu tidak akan seulit ini menggapai jodohnya.

Rio mengusap mukanya dengan kedua tangan.

"Inilah tantangannya, aku harus bisa menaklukkan tantangan ini untuk mendapatkan jodohku atau tidak sama sekali." Begitu tekad Rio.

Meski sampai saat ini ia belum menemukan cara untuk melawan Dandy, tapi mencari keberadaan orang suruhan Dandy mungkin akan membukakan jalan keluar. Maka dari itu ia akan berusaha keras.

Bahkan Erlanpun sangat menyetujui jika betul ia bisa berjodoh dengan Embun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang