Isu (Part 2)

48 5 0
                                    

Embun keluar dari ruangan Rio denga perasaaan heran, namun ia tak dapat menangkap apa sebenarnya maksud dan tujuan Rio tadi. Menyuruhnya membuka satu persatu halaman laporan untuk ditandatangi tanpa memandang yang lain. Bahkan setelah selesai melakukannya Rio sepertinya masih mencari-cari sesuatu di tangan Embun. Embun tidak tahu bahwa saat ini Rio sedang terlonjak kegirangan karena tidak menemukan apa yang dicarinya.

Cincin, cincin di jari Embun sama sekali tidak ada. Bagi Rio ini sudah membuktikan bahwa Embun merupakan gadis yang tidak terikat dengan pria manapun. Dan laki-laki itu akan melancarkan serangan aksi untuk menaklukkan gadis pujaannya, eh yang tiba-tiba menjadi pujaannya. Karena dia pun masih bingung kenapa bisa seriang ini hanya karena tidak ada cincin di jari manis sang gadis.

Bunyi telepon membuyarkan lamunan Rio.

"Hari ini mau makan apa Pak?" suara dari seberang sana yang sangat ditunggu dan dikenalnya.

"Tidak usah pesan, hari ini kita makan di luar!"

Embun heran ketika tiba-tiba bosnya ini mengajaknya makan siang di luar. Ada apa gerangan? Rasanya hari ini bukan hari ulang tahun bosnya. Jangan-jangan .... Ah Embun menepis perasaannya.

"Kamu mau makan apa Mbun?" suara nyaring di telinga Embun seketika membuyarkan lamunannya.

"Errrr ... terserah Bapak saja," sahut Embun gugup.

Kesempatan bagi Erlan untuk memacu kendarannya menuju luar kota, hari special harus dirayakan secara spesial.

"Lho kemana kita Pak?" Embun tiba-tiba cemas, Rio mengarahkan mobilnya ke luar kota.

"Ke Balikpapan, kita akan makan kepiting soka yang enak itu."

Embun mengernyitkan dahi, "Itu kan jauh?"

"Kamu masih tahan lapar kan?"

Tak ada piliha lain selain mengangguk, walaupun sebenarnya perutnya sudah melilit sejak jam sebelas tadi. Pagi tadi Embun tidak sarapan sama sekali karena dia bangun kesiangan. Dandy membuatnya kesal dan ia tak bisa tidur semalaman, dan saking kesalnya cincin pertunangan mereka Embun lempar begitu saja dan kini entah berada dimana.

"Kamu suka kepiting soka?"

"Suka ...."

"Takutnya kamu nggak suka, aku kan belum nawarin tadi, tahu-tahu sudah mengajak kesini."

Embun hanya tersenyum, senyum bahagia karena tiba-tiba saja laki-laki yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali datang kini malah memikirkan makanan untuknya.

"Bapak kenapa tiba-tiba mengajak saya kesana?" Tiba-tiba Embun merasa konyol menanyakan hal ini kepada atasannya.

"Nggak papa cuma lagi hepi aja, kamu nggak keberatan kan? Oya kalau lagi nggak di kantor jangan panggil aku bapak ya. Panggil mas saja. OK."

Mendadak Embun ingin tertawa namun ditahannya, memanggil Rio dengan sebutan mas, aduh rasanya aneh.

"Iya Pak, eh Mas." Embun tersipu sendiri mendengar kata-katanya. Sedangkan Rio sangat senang mendengar panggilan itu. Rasanya ia ingin segera memeluk dan menghujani ciuman untuk gadis di sampingnya ini. Ups ....

Sebening EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang