The End

63 50 0
                                    

Pagi-pagi sekali Aksel sudah datang ke sekolah, karena ada hal penting yang harus dirinya bicarakan dengan kepala sekolah. Tiba di depan ruang kepala sekolah, Aksel menarik nafas kemudian membuangnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Tak lama setelah mengetuk, terdengar balasan suara pertanda kalau Aksel sudah diijinkan untuk masuk.

"Ada apa Aksel pagi-pagi sekali kamu sudah datang ke hadapan saya?" tanya kepala sekolah dengan raut wajah penasaran.

"Saya yakin anda pasti tahu masalah hilangnya dompet Amora kemarin." Jawab Aksel.

"Ya benar saya tahu, Alona juga sudah saya berikan hukuman atas kelakuannya kemarin. Lalu apa hubungannya kejadian itu dengan kedatangan kamu sekarang?" tanya kepala sekolah semakin tidak mengerti.

"Kepala sekolah, hilangnya dompet Amora itu sudah direncanakan." Jelas Aksel.

"Direncanakan? Apa maksud kamu Aksel? Saya tidak mengerti."

"Amora menjebak Alona." Jelas Aksel.

"Kamu jangan asal bicara Aksel, kamu tidak ada bukti. Saya tahu akhir-akhir ini memang kamu dekat dengan Alona, tapi bukan berarti kamu harus membela Alona disaat dia salah seperti ini."

"Saya tidak pernah membela yang salah. Justru karena saya tahu dia benar, makanya saya akan membela dia mati-matian. Karena saya juga tahu dia gak mungkin ngelakuin hal itu." bela Aksel.

"Apa kamu punya saksi atau bukti untuk memperkuat ucapan kamu?" tanya kepala sekolah.

"Saya saksinya." Tiba-tiba pintu ruang kepala sekolah kembali terbuka dan nampak jelas ada Daren disana.

"Ngapain loe disini?" Aksel mempertanyakan kehadiran Daren saat ini.

"Maaf sebelumnya, karena sebenarnya saya tadi menguping pembicaraan kepala sekolah dengan Aksel." Jelas Daren.

"Tapi karena tadi saya dengar kalau Aksel harus punya bukti atau saksi untuk memperkuat ucapannya, makanya saya disini sekarang. Saya punya bukti untuk memperkuat ucapan Aksel barusan." Lanjut Daren sambil mengeluarkan HP dari saku celananya.

"Tunjukkan pada saya buktinya." Jelas kepala sekolah.

Tanpa basa-basi Daren langsung menunjukkan barang bukti berupa video yang terekam di HP Daren. Di dalam video itu terlihat jelas kalau Amora sendirilah yang memasukkan dompetnya ke dalam tas sekolah Alona.

"Apakah rekaman video itu cukup untuk menjadi bukti?" tanya Daren.

"Sebenarnya sudah cukup. Tapi tampaknya dari ucapan kamu, kamu sepertinya masih punya bukti lain Daren."

Tiba-tiba terdengar ketukkan pintu lagi untuk yang ketiga kalinya. Ketika dipersilahkan untuk masuk, kepala sekolah begitu kaget karena ternyata yang datang adalah seluruh murid anak kelas dua belas IPA satu.

"Ada apa kalian datang semua ke ruangan saya?" tanya kepala sekolah.

"Mereka adalah semua saksi dari apa yang Amora lakukan kemarin. Amora memberikan kepada masing-masing dari mereka uang tutup mulut. Tapi sekarang, mereka berniat mengembalikan uang itu dan akan menceritakan yang sebenarnya terjadi bila perlu." Jelas Daren.

Aksel benar-benar tertegun dengan apa yang Daren lakukan. Meskipun hubungan persahabatannya sudah merenggang cukup lama, tapi dirinya tidak menyangka kalau Daren akan membantunya saat ini.

"Tidak, tidak perlu. Video tadi sudah cukup menjadi bukti kuat kalau Alona tidak bersalah." Ucap kepala sekolah.

"Satu lagi." Ucap Aksel cepat.

"Ada apa lagi Aksel?'

"Setelah kejadian kemarin, Amora juga sempat membully Alona di dalam kamar mandi. Kalau anda mau bukti, maka sayalah buktinya. Karena saat kejadian itu, saya melihat langsung kalau Amora ada disana." Jelas Aksel.

"Baik, saya akan menelepon orang tua Amora untuk meminta mereka datang ke sekolah. Sekarang kalian semua sudah bisa kembali ke kelas, karena sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai." Kepala sekolah mempersilahkan semua muridnya untuk meninggalkan ruangannya.

"Kepala sekolah." Panggil Aksel.

"Ada apa lagi Aksel?"

"Kapan anda akan mencabut masa hukuman Alona?"

"Saat ini juga, jadi besok Alona sudah bisa masuk sekolah seperti biasa." Jawab kepala sekolah sambil tersenyum.

"Terima kasih kepala sekolah." Balas Aksel kemudian keluar dari ruang kepala sekolah.

Saat sedang berjalan di lorong koridor sekolah untuk kembali ke kelas, Askel berpapasan dengan Amora yang tampaknya baru datang ke sekolah. Terlihat raut wajah Amora berubah menjadi takut begitu dirinya berpapasan dengan Aksel. Amora berusaha untuk menghiraukan Aksel. Sayang, Aksel mencegat pergelangan tangan Amora.

"Ikut gue." Ucap Aksel sambil menarik paksa Amora.

Amora berusaha untuk melepas genggaman Aksel tapi tidak bisa, genggaman tangan Aksel begitu kuat. Perasaan Amora jadi semakin tidak enak sekarang, Amora yakin Aksel akan membuat perhitungan dengannya sekarang. Ternyata tujuan Aksel adalah lingkaran tengah lapangan basket.

"WOY SEMUANYA DENGERIN GUE." Aksel tiba-tiba berteriak, membuat seluruh mata yang berada di lapangan itu menjadi hanya tertuju padanya dan Amora.

"KALIAN SEMUA PASTI KENAL SIAPA GUE, DAN SIAPA PEREMPUAN DI SAMPING GUE INI." Lanjut Aksel.

"KALIAN PASTI MENGENAL GUE DAN DIA SEBAGAI COUPLE HITS SEKOLAH." Kali ini mata yang tertuju pada Aksel dan Amora bukan hanya di lapangan, tapi anak-anak yang berada di koridor sekolah, maupun yang berada di balkon lantai dua dan tiga pun ikut fokus memandang Aksel dan Amora sekarang. Seakan mereka penasaran dan tak sabar untuk mendengar langsung berita apa yang akan Aksel berikan pada seluruh penghuni sekolah. Dan yang paling mereka yakini adalah berita ini akan menjadi trending topik sekolah saat ini juga.

"MULAI SEKARANG, GAK ADA LAGI COUPLE HITS SEKOLAH!" Aksel melanjutkan.

"Aksel apa maksud kamu?" Kali ini Amora angkat bicara.

"MULAI SEKARANG, GUE DAN PEREMPUAN LICIK INI PUTUS!"

Jelas seluruh penghuni sekolah geger dengan berita yang baru saja Aksel sampaikan. Berita ini pasti akan menjadi trending topik paling hot sepanjang masa. Bayangkan saat Aksel menembak Amora kurang lebih dua tahun yang lalu, berita mereka jadian langsung menjadi trending topik paling hits sepanjang waktu. Dan sekarang, berita mereka putus pun pasti akan menjadi trending topik lagi untuk kedepannya. Couple hits sekolah itu dulu memulai hubungannya di lingkaran tengah lapangan basket. Dan sekarang pun, mereka mengakhiri hubungan mereka di lingkarang tengah lapangan basket itu juga.

Selesai memberi pengumuman yang membuat heboh seluruh sekolah, Aksel langsung pergi dari lapangan basket, sementara Amora hanya bisa berdiri kaku. Tak percaya kalau Aksel baru saja memutuskan hubungan mereka.

"Amora, loe dipanggil sama kepala sekolah." Tiba-tiba seorang siswa memanggil Amora yang masih berdiri di tengah lapangan. Amora sadar kalau masalah selanjutnya pasti akan muncul. Dan inilah sekarang, Amora harus menerima kenyataan kalau masalah akan menemaninya seharian ini di sekolah.

YIN & YANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang