Dulu ketika pertama kali memakai seragam sekolah "Taiwan International Senior High School", perasaan Alona rasanya seperti ingin mati saja. Seakan menggunakan seragam sekolah itu merupakan sesuatu yang sangat berat. Tapi sekarang seakan semuanya berbanding terbalik, Alona begitu senang bahkan begitu bangga begitu seragam itu melekat di tubuh mungilnya.
"Aku bahagia bisa masuk ke sekolah ini." Ucap Alona sambil bercermin.
Setelah yakin kalau dirinya sudah siap memulai hari, Alona pun pergi meninggalkan kamarnya. Bersiap menyapa kedua orang tuanya yang mungkin sudah menunggunya di ruang makan.
"Selamat pagi ma, pa." Sapa Alona sambil menebar senyum pada mama dan papa yang sedang asyik menyantap roti bakar.
"Selamat pagi sayang." Saut papa.
"Semangat sekali kamu, tumben?" Tanya mama heran. Tidak ada jawaban dari lawan bicara, Alona hanya sibuk menyantap sarapannya.
"Tinn...tin...tinn..."
"Siapa tuh? Masa pagi-pagi sudah ada tamu?" Tanya papa bingung.
"Biar aku yang lihat pa." jawab Alona. Alona pun segera pergi ke pintu utama untuk melihat tamu seperti apa yang berani datang ke rumahnya di waktu sepagi ini.
"AKSEL...????" roti dimulut Alona hampir saja keluar karena melihat yang ternyata datang adalah seorang Aksel.
"Mau ngapain dia pagi-pagi sudah kesini? Gak tahu apa rumah gue gak terima tamu rusuh macam dia pagi-pagi gini." Gerutu Alona meskipun menggerutu, entah kenapa ada perasaan senang juga yang Alona rasakan. Perasaan aneh tapi lucu rasanya.
Alona pun membuka pintu, bahkan sebelum Aksel turun dari mobil dan mengetuk pintu.
"Pagi Al..." sapa Aksel sambil menebar senyum yang selalu membuat Alona tersihir.
"Pagi-pagi sudah ke rumah gue, mau ngapain?" tanya Alona sambil menutupi senyum di bibirnya.
"Ya mau ngajak loe jalan ke sekolah bareng lah. Mau ngapain lagi kalau ga?" balas Aksel dengan nada yang terdengar jengkel di kuping Alona.
"Jawabnya biasa aja dong. Loe ngajak ribut ya pagi-pagi." Ketus Alona.
"Siapa sih Al..? kok pagi-pagi sudah ribut saja." Papa tiba-tiba muncul tanpa diundang.
"Biang rusuh pa." jawab Alona asal.
"Eh.. om, selamat pagi." Aksel bersalaman dengan lelaki paruh baya yang Alona panggil dengan papa itu.
"Teman sekolah kamu Al?" tanya papa lagi.
"Biang kerok hidup Alona pa, namanya Aksel."
"Hehh Al.. gue ini pembawa berkah buat hidup loe." Kali ini Aksel membalas ucapan Alona dengan pedenya.
"Udah ahh... ayo berangkat, daripada loe disin terus, berisik tahu gak? Ganggu ketenangan." Paksa Alona.
"Gue tinggal jalan Al, tapi loe? Tas sekolah loe mana?" tanya Aksel sembari mengingatkan.
"Ohh iya.... Loe tunggu sini, gue ambil dulu ke dalam." Alona pun bergegas kembali ke dalam rumah.
"Kamu berteman dengan Alona sudah lama?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan dengan nada serius keluar dari mulut papa, dan jelas pertanyaan itu ditujukan untuk Aksel.
"Lumayan om, sudah hampir setahun. Sejak pertama kali Alona masuk sekolah sampai sekarang." Jawab Aksel yang terdengar masih santai.
"Kamu sadar kalau Alona sangat senang dan bahagia saat bersama kamu?"
"Maksud om?"
"Wajah Alona tadi, ekspresi yang Alona tunjukkan barusan, sudah lama saya tidak melihat wajahnya yang begitu ceria." Jelas papa sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
YIN & YANG
RomanceBasket, olahraga yang paling Aksel tidak suka. tapi karena ini menyangkut masalah nilai, mau tidak mau Aksel harus ikut. "Gue jadian sama Amora." ucap Aksel saat berhadapan dengan Daren di latihan basket siang itu. "Gue tahu itu." jawab Daren ketus...