Kejadian yang Merepotkan

23 1 6
                                    

Pada akhirnya aku sudah memberikannya dan aku sudah tidak ada beban lagi, untuk kedepannya sepertinya aku sudah biasa berbicara dengannya. Dia baik dan juga perhatian.

Sepi dan tidak ada orang dirumahku ini, tidak seperti biasanya pada jam segini Ibu dan Tyara tidak di rumah, padahal malam sudah hampir larut.

"Kok sepi ya? Kemana semua orang?" Ucapku.

Apa mungkin mereka bertamasya tanpa memberitahuku. Tidak, itu tidak mungkin kan, aku melihat tadi pagi Tyara pergi kesekolah dan Ibu sepertinya tadi pergi bekerja.

Sialan aku mulai kelaparan.

Kakiku melangkah menuju Dapur untuk mencari makanan yang bisa dimakan, ku harap Ibu menyiapkannya untukku.

Aku kemudian membuka tutup  makanan yang ada di meja makan, dan aku tidak menemukan makanan apapun di situ, di kulkas dan di lemari makananpun tidak ada yang bisa kumakan.

"Tega sekali mereka tidak menyiapkan makanan untuku"

Sebelum perutku yang keroncongan ini semakin bergerum aku memutuskan untuk mencari makanan keluar rumah, kalau jam segini kemungkinan penjual nasi goreng masih buka. Sekarang waktu memnunjukan pukul 19:20 sebelum aku pulang kerumah tadi aku mampir dulu ke Warnet bersama Rudy jadi aku pulang telat, mungkin mereka marah ketika aku belum kunjung pulang. (Jangan ditiru)

Untunglah aku masih punya simpanan, uang yang di butuhkan ketika keadaan darurat. Sebagai seorang pelajar SMA yang belum memiliki izin untuk bekerja, memang sulit untuk mencari kerja sambilan di negara ini tidak seperti di sono. Kalian tau kan apa yang ku maksud.

Aku menyusuri jalanan Komplek ini dengan berjalan kaki menggunakan kaos pendek dan juga celana kolor training. Janlanan ini cukup sepi dilalui orang-orang tapi untunglah biasanya warga masih ada di luar rumah pada jam segini, ada juga yang sekedar nongrong di pos kamling maupun itu hanya untuk sekedar main catur atau gaple.

Akupun tiba di tempat penjual nasi goreng dan langsung memesannya.

"Bang nasi goreng satu pedes di bungkus"

"Sip"

~~~

Sementara itu di tempat Ibu dan Tyara.

"Bu, bolehkah aku mencoba baju ini?"

"Boleh, pilih-pilih aja dulu, nanti kalau sekiranya ada yang cocok panggil ibu"

"Ibu mau Arisan dulu di lantai dua ya"

Sepertinya mereka pergi ke pusat perbelanjaan atau biasa dibilang mall.

"Jangan keluyuran ya"

"Ya"

Mereka belanja dan bersenang-senang malam ini tanpa mengajakku.

Kembali padaku, aku duduk di bangku untuk menunggu nasi goreng itu siap sambil memegang ponsel di tanganku untuk sekedar bermain game.

Tak lama kemudian nasi goreng yang ku pesanpun sudah siap dan sudah sibungkus olah abang tersebut.

Sesudah dari situ aku beranjak pulang kerumah untuk menikmati nasi goreng ini selagi hangat.

Di perjalanan pulang aku tak sengaja bertemu dengan Kania, dilihat dari yang ia bawa sepertinya ia sehabis dari mini market terlihat dari label kantong plastiknya.

"Ka ... kania" ucapku.

"Oh hai Fandy" sapa dia.

Oh tuhan ini Kania, aku pertama kali melihatnya tanpa memakai seragam sekolah, dan hanya memakai pakaian kesehariannya dia memakai baju biru toska panjang sampai lutut menyerupai rok di bagian bawahnya dan sebuah pita merah kecil dibagian kerahnya terlihat sangat imut. dan ini pertama kalinya aku bertemu dengannya di luar sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar With SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang