Part 22 : Teristimewa Untukmu

5.3K 206 4
                                    

“Hai, Kha.”

Panggilan itu, dalam sekejap mampu mengubah segalanya. Bagai sebuah rumah yang terkena sambaran petir langsung porak poranda, begitulah jiwa Sakha saat ini. Raganya memang baik – baik saja tapi jiwanya sungguh tak berada, melayang kesana – kemari tak tentu arah.

Pertemuannya dengan Jane lagi – lagi tak pernah terduga. Sakha tak pernah meminta tapi semesta malah mempertemukan mereka. Alam telah bersabada, mempertemukan mereka kembal setelah kejadian beberapa tahun yang lalu. Entah untuk apa, Sakha tidak tahu. Toh hanya bertemu, tidak perlu dipermasalahkan, kan?

Lamunan Sakha buyar kala terdengar getaran ponselnya diatas meja. Dengan cepat ia merogoh saku celana dan membuka pesan itu.

Ardila Kanaya
Jangan pulang telat, ya

Sakha tersenyum kala membaca pesan singkat itu. Walau hanya terdiri dari beberapa kata saja tapi itu berhasil membuat bibir Sakha melengkung bak bulan sabit. Walau sangat sederhana menyuruhnya untuk tidak pulang terlambat tapi cukup menggetarkan hati Sakha.

Pikiran tentang pertemuannya dengan Jane seakan sirna begitu saja kala membaca pesan yang dikirimkan oleh Ardila. Ternyata begitu berpengaruh untuk Sakha. Dalam sekejap saja Sakha sudah kembali tersenyum. Melupakan adegan melamun sepanjang lift ini naik.

Ting! Lift terbuka. Sakha memasukkan ponselnya kedalam saku celana. Lalu kakinya ia langkahkan masuk kedalam lift menuju lantai dimana ruangannya berada.

Sesampai di ruangannya, Sakha tiada hentinya untuk tidak tersenyum. Betapa bersyukurnya ia hari ini. Ardila kembali perhatian setelah kemarin ia sempat berselisih. Hingga dengan tega ia membuat wanitanya menangis seperti itu.

Oh tolong jangan diingat lagi perihal kebrengsekannya menjadi suami selama ini, benar – benar tidak tahu malu dan tidak tahu diuntung.

“Kha, lo kenapa senyum sendiri?” tanya Irman kala ia sudah masuk di dalam ruangan Sakha. Kini Sakha sedang duduk menghadap layar MacBook sambil tersenyum tidak jelas.

Virus kasmaran sepertinya telah menyebar dalam diri Sakha. Cuma karena dapat pesan singkat “Jangan pulang telat” saja Sakha udah mesem – mesem nggak jelas. Kalau bukan kasmaran seperti anak anak baru gedhe atau biasa disebut abege, apa namanya coba?

“Kha?”

Irman melambaikan tangannya tepat diwajah Sakha berulang kali sampai mau patah rasanya.

Irman mengernyit kebingungan dengan tingkah sahabatnya hari ini. Kemarin – kemarin aja mukanya kusut seperti pakaian yang tidak disetrikan selama sebulan. Ini malah mesem – mesem ala endorse lipstick.

Sudah lima belas menit Irman berada di ruangan Sakha. Tadi Irman mengetuk pintu berulang kali, tidak ada sahutan. Waktu Irman masuk ke dalam, yang dilihat malah Sakha asik mantengin MacBook. Irman duduk dan berulang kali memanggil nama Sakha, melambaikan tangan didepan wajah Sakha tapi nahas tak ada respon sama sekali.

Ini orang udah kena jatah? Batin Irman menduga.

“Sakha ada kebakaran!!”

“Mana?”

Seketika Irman langsung tertawa terbahak – bahak. Bagaimana tidak, ia berhasil mengagetkan sahabatnya dan mendapat sambutan muka polos bin cengo Sakha. Spontan membuat Irman tertawa kencang.

“Man, kebakarannya dimana?”

“Hahaha.. Aduh, Kha, lo itu kenapa?” Irman menjawab disela – sela tawanya.

“Apanya yang kenapa? Lo itu yang kenapa. Katanya ada kebakaran, mana? Eh malah ketawa ngakak. Lucu gitu menurut lo?”

“Heh, mana ada kebakaran. Gue tuh bohongin lo.”

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang