Part 8B : Satu Kalimat dari Bibirnya

6K 227 8
                                    

Setelah pagi tadi diadakan ijab qabul dan serangkaian upacara adat jawa yang cukup menguras tenaga, tinggalah sekarang Ardila berada dalam perjalanan menuju hotel bintang lima untuk melangsungkan acara resepsi pernikahan malam nanti.

Dalam diam Ardila memerhatikan cincin platinum bermata satu yang melingkar manis di jari manis tangan kanannya. Tentu saja ada gravur nama suami dan tanggal pernikahannya. Ini menandakan bahwa ia sudah diikat oleh seseorang secara resmi. Beberapa jam yang lalu ia sudah sah dimata agama dan negara menjadi seorang istri dari Arsakha Dirmaga Abimanyu, laki – laki yang dijodohkan padanya.

Ardila masih teringat saat Sakha mengecup keningnya lama. Betapa bahagia serta terharu dirinya, kali pertama ia dicium oleh lawan jenisnya dan hari ini dengan hormat ia mempersembahkannya pada suaminya, Sakha. Ia bangga sekali karena tidak sia – sia sudah 25 tahun ia hidup lamanya ia menjaga kehormatannya serta tubuhnya dari lawan jenis. Saat berpacaran dengan Roy pun tak pernah sekedar mencium kening. Paling mentok saja mengacak rambutnya atau menggenggam erat tangannya. Bahkan Roy memujinya dengan "Beruntung sekali laki – laki yang akan mendapatkanmu, sudah jarang ada wanita yang mau menjaga kehormatannya dan tubuhnya dari sentuhan laki – laki sebelum dihalalkan." Begitu ujarnya.

Namun sayangnya bukan Roy yang memilikinya justru Tuhan mengirimkan sosok lain dikehidupannya.

Dia, Arsakha.

Laki – laki yang sebulan lalu datang dalam acara makan malam dua keluarga. Bukannya jaga image malah berantem seperti anak kecil dengannya karena teringat insiden beberapa tahun yang lalu. Ya, insiden tabrak menabrak di mall.

Mengingat itu semua membuat Ardila terkikik geli. Lucu sekali mereka, sekalinya bertemu saja saat kejadian yang tidak enak. Iya kalau bertemunya saat apa gitu misalnya telepon nyasar kan masih bisa dikatakan enak, ini? Sudahlah.

Ternyata begitulah cara Tuhan mempertemukan jodohnya. Tuhan mempunyai banyak cara agar dua insan yang berlainan bisa bertemu dalam sebuah ikatan. Seperti dirinya dan Sakha, umur saja selisih 5 tahun, bertemu saat di mall dan kembali bertemu saat acara makan malam dua keluarga. Ardila tersenyum sendiri mengingatnya.

Saat mobil Sakha sudah berada di depan lobi hotel, Ardila masih saja senyum – senyum sendiri. Sejak tadi sebenanya Sakha memperhatikan tingkah wanita disampingnya yang konon katanya sudah menjadi istrinya. Tunggu, istri? Wah, sekarang dia sudah menjadi suami. Ia melirik sekilas kearah cincin platinum yang didalamnya bergravur nama istri dan tanggal pernikahannya. Beberapa jam yang lalu ia sah meminang seorang wanita yaitu yang sedang duduk disampingnya, Ardila.

"Mau sampai kapan lo senyum – senyum nggak jelas?" ucap Sakha sinis berhasil membuyarkan segalanya.

"Eh?"

"Udah di jalan tadi ketawa – ketawa sendiri, ini malah senyum – senyum nggak jelas. Lo gila?"

Sejak tadi Sakha memang memperhatikan gerak – gerik Ardila walau ia sedang menyetir. Wajah Ardila yang bersinar, Ardila yang terkikik sendiri, dan yang tadi Ardila tersenyum sendiri tanpa sebab.

"Heh? Gila? Enak aja,"

"Turun sana! Nanti lo dicariin emak lo gue lagi yang disalahin," ketus Sakha.

"Kenapa bisa disalahin? Kan kan kamu suamiku,"

Eh, suamiku? Wow!

Aku suaminya dia? Memangnya iya?

"Berisik banget sih lo. Udah turun turun." Ujar Sakha dengan terselip nada mengusir.

Tanpa menunggu persetujuan, Sakha sudah turun terlebih dahulu meninggalkan Ardila yang masih asik di tempat duduknya. Keningnya berkerut, alisnya menyatu. Ardila merasa ada yang aneh disini.

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang