Part 26 : 11:21 PM

6.2K 229 13
                                    

“Gimana?”

Nanti aku share alamatnya ke lewat chat. Kamu bisa cek disana.”

“Makasih ya udah dikasih tahu.”

“Sama – sama. Semoga nggak salah.”

Irman memutuskan sambungan telepon dengan seseorang yang ia percaya sebagai informan. Dengan cepat ia mendial nomor Sakha dan dengan cepat diangkat oleh lawan bicaranya.

“Kenapa lo malam – malam telpon gue?”

“Ada kabar yang harus lo tahu sekarang juga.”

“Besok aja di kantor. Kepala gue lagi pusing kemarin nggak tidur sama sekali. Gue butuh istirahat. Gue capek nyari istri gue yang ilang.”

“Ardila ketemu.”

Dua kalimat yang Irman lontarkan berhasil membuat Sakha langsung membelalakkan mata. Ia lantas bangun dari tidurnya dan terduduk diatas kasur.

“Yang bener lo?”

“Yaps. Setelah dari rooftop tadi gue langsung ngehubungi temen gue. Dia nemuin Ardila.”

“Dimana, Man? Cepet kasih tahu gue sekarang!”

“Tunggu 2 menit lagi. Gue bakal share ke lo alamatnya.”

Begitu telepon terputus, tak lama kemudian Irman mendapat sebuah pesan masuk dari temannya. Sebuah alamat hotel yang ternyata tak jauh dari kantor Ardila. Degan sigap Irman meneruskan pesan itu kepada Sakha dan langsung dibaca oleh Sakha. Ternyata sahabatnya itu stay pada kolom percakapan mereka.

Sakha ini sebenarnya sudah cinta mati dengan Ardila namun Sakha masih terbayang – bayang dengan masa lalunya dan alasan itu. Sakha menyesal bukan main. Irman sudah menyuruh Sakha untuk melupakan 2 hal itu karena kini Sakha sudah mempunyai Ardila yang mendampingi hidupnya kelak. Irman menyuruh Sakha untuk mencari Ardila dan meminta maaf. Sakha sebenarnya mau saja tapi ia tak menemukan keberadaan istrinya. Tapi sebelah hati Sakha merasa gengsi dan takut. Ia takut menyakiti Ardila lebih dalam. Ia takut kelepasan emosinya seperti dua malam itu. Masa lalunya kini menghantuinya lagi setelah ia melihat Jane beberapa saat itu.

Irman cukup prihatin dengan kisah sahabatnya. Benar, tidak semua orang merasakan hal itu. Tidak semua orang mampu melewati masa – masa berat itu. Tidak semua orang akan terus bertahan hingga sekarang. Tapi semua terbukti dengan Sakha yang masih ada hingga saat ini.

Irman tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Masa lalu Sakha begitu memilukan dan Irman percaya bahwa hal itu masih membekas dalam hati sahabatnya. Sudah 4 tahun terlewatkan tapi masih saja terus teringat. Bahkan hingga membuat temannya sakit.

Lamunan Irman buyar kala ponselnya bergetar. Menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang.

Sakha : Makasih, Man. Gue udah nemuin tempatnya.

Saat membacanya, senyumnya mengembang. Dia selalu berharap dan berdoa pada Tuhan agar sahabatnya itu segera sembuh dan bisa menikmati bahagia bersama Ardila. Dan tentu kembali menjadi Sakha yang dikenalnya selama ini.

**

“Bener nggak, yah?” gumamnya sambil terus memperhatikan nomor yang tertempel pada daun pintu dan pada sebuah chat pada ponselnya. Terus memastikan bahwa kedua nomor itu sama.

“Coba ketuk dulu aja, deh.

Pada tiga ketukan pertama, Sakha tak kunjung dapat respon. Karena penasaran, ia mengetuknya lagi.

Pada tiga ketukan kedua, lagi – lagi Sakha tak dapat sebuah respon dari dalam membuat Sakha hampir ingin menyerah.

Sekali lagi Sakha mencobanya dan tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan seorang wanita yang memakai piyama celana panjang.

Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang