Mereka semua sudah pulang dari rumah Alvaro kecuali Abi dan Renata, Abi tidak ingin pulang dia masih pengen nemenin Andini.
Bunda membawa masuk Andini ke dalam kamar untuk beristirahat, dan sekarang di ruang keluarga hanya ada Abi dan Renata. Alvaro sedang mandi.
"Bi, sebenarnya Andini itu sakit apa? Tanya Renata yang masih bingung sebenarnya Andini sakit apa, karena Andini kelihatan sangat pucat dan lemah, dia hanya berusaha terlihat kuat di depan banyak orang."
"Hmm gue bakal critain semuanya sama lo tapi jangan disini, soalnya masalah ini bukan masalah yang biasa."
"Yaudah gimana kalo besok sore kita ketemu di cafe deket sekolah, besok lo jemput gue ya nanti gue kasih alamat lengkap rumah gue"
"Oke Ren siap." jawab Abi dengan mengcungkan kedua jempol tangannya kepada Renata
Saat Abi dan Renata ngobrol Alvaro datang dan menghampiri mereka berdua.
"Alvaro lo nganterin gue pulang kan?"Tanya Renata yang ingin pulang karena sekarang sudah malem.
"hm."jawab Alvaro
"oo iya ro gue nginep di rumah lo ya, pengen nemenin Andini gue males pulang juga mager, besok kan juga libur" Abi dan rteman teman Alvaro yang lain memang sering nginep di rumah Alvaro.
"serah."jawab Alvaro acuh
Renata langsung berpamitan pada Bunda dan Andini untuk pulang, tapi
Andini sudah tidur jadi hanya berpamitan sama Bunda."Bunda, Renata pulang dulu ya." Ucap Renata berpamitan kepada Bunda.
"Iya hati hati sayang, Varo naik mobilnya jangan ngebut ngebut lho ya"
"Ya bun." Jawab Alvaro
Alvaro dan Renata bersalaman dengan bunda lalu berangkat.
⬜⬜⬜
Di dalam mobil suasananya hening tidak ada suara apapun, Renata merasa sangat bosen dan dia tertidur di dalam mobil, untung saja Renata sudah memberi tau alamat lengkap rumahnya jadi Alvaro tidak perlu membangunkan Renata yang sekarang sedang tidur pulas dan nyenyak.
Alvaro melirik Renata yang sedang tidur, Alvaro tersenyum tipis melihat Renata, Renata tetap terlihat cantik walaupun sedang tidur. Sampai di rumah Renata, Alvaro membangunkannya.
"Bangun". ucap Alvaro memegang pundak Renata agar dia bangun
"hmmm." Renata menoleh ke arah Alvaro, mata mereka saling bertatapan dan jarak anatar wajah mereke sangat dekat, tapi Alvaro langsung menjauh dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Pipi Renata sekarang sudah sangat merah karena merasa sangat malu bertatapan dengan Alvaro sedekat itu.
Astaga Avaro lo bener bener bikin jantung gue mau copot sekarang batin Renata.
Lalu Mereka berdua turun dari mobil dan Renata mempersilahkan Alvaro untuk masuk kedalam rumahnya.
"Ayo masuk aja"suruh Renata
Tidak ada jawaban dari Alvaro
"Hmm udah dasar cowo es batu"kesal Renata
Renata dan Alvaro duduk di ruang tamu
" lo mau minum apa?"tanya Renata
"Serah." jawab Alvaro jelas singkat dan padat
"Bi buattin teh anget yaa" suruh Renata berteriak seperti toa
"Siap non" jawab bibi dari dapur
"Nggak usah teriak." protes Alvaro
"Hmm iya ya gitu aja marah"jawab Renata
"Nggak"
"Nggak apaan sih ro, lo tuh jangan irit irit dong kalo ngomong."
"Sepi" jawab Alvaro mengalihkan pembicaraan
"Iya rumah gue emang sepi, orang tua gue lagi di luar negri. Nih minumnya dateng lo minun aja dulu." Rumah Renata memang sangat sepi.
Alvaro meminun tehnya lalu dia berpamitan untuk pulang.
Author Pov
Keadaan rumah Renata memang selalu sepi karena kedua orang tuanya bekerja di luar negeri atau di luar kota, Renata di rumah hanya ditemanni bibi dan pak satpam yang bekerja di rumahnya, Renata adalah anak tunggal jadi dia merasa sangat kesepian tidak ada teman di rumahnya.
Saat Renata melihat kehangatan keluarga Alvaro sebenarnya dia sangat iri dan ingin sekali memiliki keluarga seperti keluarga Alvaro.
Tapi Renata hanya bisa pasrah dengan kesibukan kedua orang tuanya. Toh hidup itu realita, tanpa uang kita tidak bisa hidup.
Renata tidak pernah protes kepada kedua orang tuanya karena selalu di tinggal, terkadang malah Renata merasa sangat salut kepada ayah bundanya, walaupun mereka jarang bersama tetapi bisa menajaga keutuhan hubungan keluarga. Ayah dan bunda Renata memang saling percaya satu sama lain.
Hubungan tanpa kepercayaan itu tidak pantas disebut hubungan, walaupun sering bersama jika tidak ada rasa saling percaya pasti akan selalu ada masalah yang datang.
Kalau pondasi berdirinya bangsa Indonesia itu Pancasila, sedangkan pondasi berdirinya suatu hubungan itu adalah kepercayaan.
Dan kepercayaan itu bagaikan kaca, kalo sudah pecah dan rusak tidak akan bisa kembali seperti semula lagi.
⬜⬜⬜
Haiii gaess makasih yang udah mau baca ceritanya.
jangan lupa vote dan komen
Gracias, Te amo Raaders
see you next part❤
