11

4.6K 206 37
                                    

Sekarang Alvaro sedang menuju masjid rumah sakit untuk mendoakan adiknya.

Setelah selesai sholat dan berdoa Alvaro duduk di taman rumah sakit.

Dia membayangkan betapa bahagia masa kecilnya dengan Andini.

Alvaro teringat saat dia bermain bersama Andini.

Andini waktu kecil suka bersepeda. Andini dan Alvaro balapan menggunakan sepeda ontel. Andini sangat senang dan ceria.

Tapi apa yang terjadi dengan Andini sekarang.

Saat ini Andini hanya bisa tertidur di atas kasur rumah sakit.

Alvaro selalu berfikir andaikan dia bisa memutar waktu, dia akan mengembalikan waktu, dan tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Andini.

Dalam diam Alvaro selalu membayangkan adiknya  bisa melakukan apapun tanpa harus di batasi, tapi bayangan itu tidak bisa terjadi.

Tiba - tiba Renata datang juga ke taman  dan duduk di sebelah Alvaro dan membuyarkan lamunannya.

"Alvaro". Panggil Renata dan Alvaro menoleh dengan mengangkat satu alisnya tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Gue tau lo sedih, yang sedih ga cuma lo aja. Harusnya lo itu harus bisa ngasih semangat buat Andini biar cepet sembuh bukannya malah putus asa kaya gini. Andini butuh semangat dari kakaknya, tapi malah kakaknya kayak gini. Lo harusnya mikir kalau adik lo butuh semangat bukan kesedihan, Andini itu sakit, dan sakitnya Andini itu ga ringan." ucap Andini.

"Tau dari mana lo sakitnya Andini nggak ringan."Tanya Alvaro curiga.

Eh mampus gue, kan Abi udah bilang jangan sampai Alvaro tau kalau gue tau tentang sakitnya Andini sama masalahnya, aduh gimana ni. Ya Allah semoga Alvaro ga marah sama gue. Batin Andini merasa takut.

"Ehm ehm ya gue nebak aja soalnya kalian semua sedih banget gitu."Jawab Andini gugup.

Ah gue emang ga bisa nyari alasan.

"Jawab jujur pertanyaan gue, gue tau lo bohong."Tanya Alvaro memojokkan Renata.

"Kalau gue jawab jujur lo jangan marah."Jawab Renata

"Hmm."Alvaro menjawab dengan deheman andalannya.

"Jadi gue penasaran Andini itu sakit apa, terus gue tanya Abi dan Abi jelasin semuanya."Jawab Renata dengan menundukkan kepala karena takut.

"Jangan kasih tau ke siapa siapa."Jawab Alvaro sebenarnya dia pengen marah tapi entah mangapa Alvaro tidak tega memarahhi Renata.

Eh ternyata Alavaro nggak marah sama gue, lega benget. gue kirain dia bakalan marah besar sama dan ternyata dugaan gue salah Alvaro nggak marah sama sekali. Batin Renata merasa senang dan lega.

Shit kenapa gue nggak bisa marah sama dia. Lagian kenapa juga si Abi nyeritain masalah itu, padahal gue udah bilang jangan di ceritain ke siapa siapa tapi malah di ceritain dasar kunyuk. Awas aja lo kalau nanti ketemu sama gue. Batin Alvaro merasa kesal.

Suasana di taman sangat canggung dan tiba tiba hujan turun membasahi tubuh mereka berdua,  lalu mereka lari masuk ke dalam rumah sakit.

Alvaro melirik Renata yang menggigil kedinginan, lalu Alvaro tiba tiba memakaikan jaket ke badan Renata.

Renata meresa gugup dan malu, pipinya saat ini sudah seperti kepiting rebus yang baru saja matang.

"Ma ma kasih." ucap Renata dengan terbata bata.

"Hm."Jawab Alvaro, dia tersenyum tipis bahkan sangat tipis jadi Renata tidak menyadarinya.

Ah gila enggak nyangka Alvaro bisa sebaik itu sama gue, Alvaro lo jangan bikin jantung gue mau copot terus gara gara tingkah lo. Sifat sama sikap lo dingin tapi tingkah lo hangat banget. Enggak ngerti lagi kenapa gue bisa seseneng ini kalau lagi berdekatan sama lo ro. Batin Renata









Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang