Part Four

26 3 4
                                    

"Ka Mmmiiiiaaaa... cepatlah turun jangan membuat kami menunggu karena mu." Teriak Adikku karenia, sambil mengedor-gedor pintu kamarku

. "i..iiyaa aku segera datang". Jawabku serak khas sepeerti orang baru bangun tidur.

Ya aku baru saja bangun dan kalian tau ini jam berapa ini sudah jam 8 pagi dan aku baru saja tidur sekitar 4 jam yang lalu. Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak karena selalu terbayang kejadian-kejadian aneh yang menimpaku belakangan hari ini, khususnya kata-kata kak jullian ahhh.. mengingata namanya saja sudah membuatku senyam-senyum. Haahha.

Setibanya di bawah aku langsung menemui mereka, sepertinya mereka mau pergi karena melihat pakain-pakaian rapih dan barang-barang yang cukup banyak.

"ada apa ma, pa?". Tanyaku saat dan mereka langsung mengalihkan tatapannya yang semula fokus pada urusan masing-masing

"kami mau pergi ke luar kota kau jaga rumah , dan ini uang saku untukmu dan jangan tunggu kami karena kami akan pergi cukup lama." Jawab papaku

" Memangnya kalian mau kemana?." Tanyaku heran.

" Bali haha rasakan kau harus dirumah sementara kami akan bersenang-senang." Tukas adikku

"Sudah-sudah cepatlah nanti kita bisa ketinggalan Pesawat". Ucap mamaku

" Kenapa mama tidak mengajak ku juga, aku juga pengen ikut ." Tanyaku dengan nada rendah seakan menunjukan rasa sedihku.

" Tiketnya hanya 4 ". Jawab mamaku singkat

" Tapi..." belum sempat aku melanjutkan kata-kataku mereka sudah pergi dan tanpa repot-repot berpamitan padaku. Yahh.. begitu lah kiranya keadaanku sangat jauh untuk dikatakan mempunyai keluarga yang harmonis dan lebih terkesan dengan aku yang tidak dianggap. Sebenarnya mereka bisa saja mengatakan padaku jauh-jauh hari kan.

Sudahlah dari pada aku terus meratapi nasibku dan galau seharian lebih baik jalan-jalan ke taman saja.

Sesampainya di taman aku segera membaca buku yang aku bawa. Taman yang kumaksudkan disini ialah taman depan komplex rumahku. Taman ini cukup sepi hanya ada beberapa lansia yang tampak sedang berolahraga pagi dan sangat tepat buatku untuk mendapat waktu sendiri.

"Rumah lu di deket-deket sini juga?." Suara seseorang yang sepertinya berada di sampingku. Lantas aku langsung menegakan kepalaku dan menoleh kearahnya. Dan ternyata itu Jullian. Bisa anda bayangkan bagaiman air muka ku saat ini?

" Lohh lian kok lu bisa ada disini?." Tanyaku bingung dengan pertanyaan bodoh.

" Belum dijawab udah balik nanya. Bisalah ini kan tempat umum emang cuman lu doang yang boleh kesini?."

" heheh maaf, iya rumahku disekitar sini." Jawabku seadanya

"ohh.. boleh gua duduk disini?" tanyanya sambil menunjuk kearah sebelah bangku ku yang kosong

" hmm boleh, kan ini tempat umum hehe." Balasku seakan mencairkan suasana yang awkward.

" lo lagi baca buku apa."

" Toto chan".

" seru yaa?"

" Bangett.. dan alur ceritanya juga bagus dan jangan lupakan dengan isin pesannya yang spektakuler hahah." Jawabku dengan antusias karena baru pertama kalinya seseorang menanyakan bayak hal padaku jadi aku tak segan untuk menyampaikan banyak pemikiran tentang hal tersebut.

" jawaban lu sama kayak seseorang yang gua kenal." Ucapnya dengan nada sedih dan aku tau pasti dia seddang memikirkan temannya itu.

" Kamidia ya?" tanyaku memastikan

"iyaa."

" kau tau saat semuanya baru di mulai kita langsung memikirkan bagaimana akhirnya, dan saat semuanya berakhir kita menyesalkan semuanya. Padahal bukan pertemuan atau perkenalan yang salah tapi proses dari awal sampai akhir lah yang salah. Karena kita jarang memikirkan proses yang akan kita lalui." Tukas ku

Aku melihatnya diam tanpa mengatakan satu kata pun sambil memperhatikanku dengan intens dan tatap-tatapan matapun terjadi namun tak membutuhkan waktu lama karena dia langsung mengalihkan padangannya dan beranjak berdiri.

" gua pulang dulu." Ucapnya singkat, sambil melenggang pergi.

Aku tak sempat mambalas ucapannya karena dia langsung pergi dengan terburu-buru. Apakah ucapan ku menyinggung perasaannya? Entahlah yang jelas aku sangat bingung dengan perubahan sikapnya yang aneh itu.

Aku tak ambil pusing dengan pemikiranku itu dan langsung melanjutkan kegiatan yang sebelumnya terintrupsi haha. Namun saat aku sedang asik membaca kembali novel kesayanganku, aku merasakan seseorang datang. Astagaa kenapa kalian tidak bisa membiarkan ku menyelesaikan bab ini kesalku dalam hati.

" Woii Melli." Tegur seseorang sambil menepuk bahuku.

Ya aku tau siapa yang baru saja bicara karena hanya dia satu-satunya orang yang memanggilku dengan sebutan seperti itu, dan satu-satunya orang yang perduli dengan keadaanku sedari dulu. Yapss dia musuh, teman, sekaligus sahabatku sejak dulu mungkin sejak aku pindah ke dareah perumahan ini, entahlah aku juga lupa, dan namanya adalah Leovilo, aku biasa memanggilnya Leon.

" astagaa leonn hobimu tidak berubah ya, selalu membuatku terkejut." Tukas ku sedikit kesal.

" hahha itu adalah hobiku nona." Jawabnya sambil terkekeh.

Aku hanya mendengus kesal dan mengabaikannya seperti biasa haha sebut saja aku kurang ajar.

" oh ya tumben lu kesini jam segini biasanya kalo dateng sore-sorean."

" suka-suka gua lah inikan tempat umum."

"yee dasar kecil, ditanya baik-baik jawabnya nyolot." Lontarnya yang sepertinya dia mulai kesal dengan sikap cuek ku. Ya aku hanya bersikap santai dan seperti orang lain hanya kepadanya.

"iyaa..iyaa Bonyok, abang and ade gua pergi ke Bali, dan lo tau lah kisah selanjutnya." Kataku singkat yang aku yakini dia mengerti dengan maksudku.

" iyaa gua paham kok dan gua gak akan bilang sabar karena gua yakin lo udah bosen denger kata-kata itu kan." Katanya dengan gaya yang sok bijak songong.

" ihh.. geli gua denger lu pake gaya begituan. Oh ya ngapain lu kesini." Lanjutku

" aduhhh gua lupa gua kan tadi di suruh belanja ama nyokap tercintahh, tapi karena gak sengaja liat lu duduk menyendiri di sini jadi gua nyamperin lu. Untung lo ingetin gua udah ya gua pergi dulu takut nanti emak gua mencak-mencak trus muka ganteng gua hancurr. Oh no no.. byee." Katanya dengan panjang lebar dan gaya yang lebay.

"idihhh lebay lo si perry demen ama lo aja udah bersyukur karena ada yang mau sama lu." Ucap ku menjawab kata-katanya. Fyi perry adalah nama tetangga kami yang naksir sama leon.

" idihh amit-amit dah perry apaan kayak gitu giginya tonggos." Katanya sambil berlalu pergi.

" hehhh gak boleh ngomong kayak gitu nanti kalo dia udah grow up, cantik kayak perry ex-nya zain nyesel tujuh turunan lo." Ucap ku setengah teriak dan masih didengar olehnya, terbukti karena dia melambaikan tanganya tanda malas menanggapi kata-kata ku.

Tanpa ada yang menyadari, aku tersenyum. ya Dia orang yang mengerti keadaanku dan mungkin dia adalah sedikit alasan kenapa gua masih bertahan hidup disaat semua orang berusaha menjauhkan dan menjatuhkanku.

Leon memiliki wajah yang menurutku tidak terlalu buruk mungkin termasuk dalam kategori cowok manis, tingginya tidak jauh beda denganku dan mempunyai sifat yang periang karena itulah banyak orang yang menyukainya.

Meskipun dia temanku namun kami jarang sekali bertukar cerita hanya kalau sedang ada waktu senggang saja karena kami sama-sama mempunyai urusan masing-masing dan alasan kenapa dia mau berteman denganku aku sama sekali tidak mengetahuinya. Kalau aku tanya kembali jawabnnya selalu saja 'memangnya harus ada alasan kalo seseorang ingin berteman.'

And now my life will be change.

•••
Tbc.

*Bonyok: bokap nyokap gengs

See ya

Unexpected MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang