“ Jangan menyakiti Tanganmu lagi aku tidak suka melihat mu seperti itu.”
###
Kata- kata itu terngiang-ngiang di kepala ku.
Aku hanya diam tak menanggapi ucapan kak Stevan sampai akhirnya dia bersuara lagi
“ aku tau kau mendengarku. Aku tau semalam kau bertengkar dengan Papa. Mia.” Katanya dengan suara sendu.
“ aku gak ngerti maksud kaka apaan. Iya kemarin aku bertengkar dengan Papa tapi tanganku luka akibat tergores ujung meja.” Ucapku dengan sedikit berbohong.
Aku mendengar dia menghela nafas panjang, sampai kemudian dia menepikan mobilnya di pinggir jalan dan kembali menatapku, aku membalas tatapannya dengan wajah bingung dan takut lantaran dia menatapku dengan sorot mata yang tidak bisa kuartikan. Aku kembali mengalihkan tatapanku ke arah lain.
“ Mia liat kakak” katanya dengan nada perintah. Aku kembali melihat kearahnya.
“ kakak tau apa yang kamu lakuin, kamu melakukan self injury sebagai pengalihan dari rasa sakit hati mu bukan?.” Katanya lagi dan jujur aku mulai merasa sangat takut sekarang bukan karena takut bahwa dia akan marah padaku namun aku takut kalau dia membenciku.
Dia menghela nafas kasar sebelum melanjutkan ucapannya. “ Kakak tau apa yang kamu alami dan apa yang kamu rasain sekarang. Bertahanlah.” Lanjutnya dengan menunjukan rawut muka sedih.
“ Kak apa yang kakak bicarakan?. Apa Kaka tau kenapa semua orang membenciku termasuk kakak?” kataku dengan sedikit menyelidik.
“ kakak gak pernah sanggup untuk membenci adik kakak sendiri. Ya, kakak tau kenapa. Tapi kamu akan tau pada saatnya nanti.” Ucapnya dengan mengalihkan tatapannya dari ku. Aku melihat bahwa matanya sedikit berkaca-kaca sekarang.
“ Bisa kah kau memberi tau ku sekarang, Kak kumohon aku sudah sangat lelah dengan semua drama kalian.” Ucapku memelas.
“ tidak, maaf kakak gak bisa kasih tau kamu sekarang atau pun nanti atau kapanpun itu. Tapi satu hal yang harus kamu tau kakak sangat sayang padamu. Berhenti menyakiti diri sendiri, dan maaf kakak gak bisa seperti dulu lagi yang selalu ada buatmu dan bersikap hangat lagi. maaff” ucapnya dengan nada menyesal dan sedih.
Aku hanya menghela nafas frustasi. “ Baiklah, maaf aku tidak bisa berjanji akan hal itu.” Ucapku dengan nada dingin aku bisa merasakan mataku mulai memanas langsung saja aku alihkan tatapanku ke luar jendela sambil menahan tangisku setidaknya aku tidak mau terlihat lemah didepannya.
Kak Stev tidak membalas kata-kata ku namun dia langsung melajukan mobilnya sampai pintu gerbang sekolahku, saat aku turun aku hanya berpamitan sebentar olehnya dan langsung bergegas menuju kelas.
***
Sepertinya kabar aku diantar oleh kakaku telah mnyebar ke seantero sekolah. Buktinya geng Chili chilian sudang nangkring cantik ralat nangkring Bitch di atas mejaku saat bel istirahat.
“ eh Culun, lu emang bener Bitch sejati yaa tampang polos tapi kelakuan gak bener.” Kayak situ bener aja. “ yang nganter lu tadi itu kak Stevano kan Alumni sekolah ini kok bisa bareng sama lu sih. Lu abis ngegoda dia ya?” tukasnya.
“ Kami hanya bertemu di jalan.” Ucapku malas, percuma saja mengatakan yang sebenarnya toh dia tetap tak akan percaya.
“ alaahh bilang aja lu abis ngerayu dia, lagian gak mungkin kalo dia mau nganterin cewek kampung kayak lu ini ke sekolah.” Rasanya aku benar-benar ingin mengatakan bahwa cowo yang dia maksud itu adalah kakaku aku ulangi lagi sekali lagi ya KAKAKU.
Aku hanya memutarkan bola mataku saja, aku sedang malas berdebat dengannya, Mood ku sudah hancur dari semlam ditambah lagi kelakuan nih orang. Lengkap sudah..
“ dasar cewek kurang ajar berani-beraninya lu ngacuhin gua.” Ucapnya dengan tangan yang melayang dan...
...
Kok gak terjadi apa-apa ya.. sedari tadi aku hanya menutup mataku saja jadi sekarang aku segera membuka mataku dan jeng jeng. Kalian tau? My Guardian angel is back..... dia menahan tangan si Bos Chili aliass Noviliaa dan menatapp datarr ke arahnya. Hahaaa rasakan itu, but wait, harusnya gua syok yaa ini kenapa gua jadi mesem-mesem gini.
“ lu gak berhak ngatur urusan orang lain, urus diri lu sendiri aja dulu.” Ucapnya tegas.
Tampaknya ucapan Jullian membuat bos Chili itu menjadi kesal, dia langsung meninggalkan kelasku sambil menggeram kesal ke arah kami berdua dengan muka merah.
“ lo gak papa?”. Tanyanya dan tentu saja aku masih diem dan jangan lupakan muka tabloku yang menatapnya. Untung saja aku langsung tersadar dari lamunanku.
“ I..iiyaa haha gua gk papa kok.” Ucapku sambil terkekeh. Sumpah ini awkward banget.
“bagus deh”
“ Makasih ya.” Ucapku
“ hmm..” dia hanya berdehem sebentar lalu kembali melanjutkan ucapannya. “ kenapa lu gak bisa ngelawan sih? Sesusah apa nentang kelakuan mereka? Kalo mereka macem-macem ya tinggal lapor pihak sekolah kan beres.” Katanya sedikit membentak.
“ Iyaa benar tapi tidak semudah yang lu ucapkan.” Ucapku dingin
“ Ya gua tau tapi belajarlah buat jaga diri, karena kita gak selalu ada buat lu, dan suatu saat kita semua harus berjuang sendiri.” Katanya sambil menatapku dengan sorot mata tajam dan sulit kuartikan.
Kenapa dia semarah ini hanya karena Novillia harusnya kan aku yang marah disini kenapa dia seenaknya bicara seperti itu, percuma deh dibantuin lepas dari Bitch itu kalo ujung-ujungnya dia juga marah-marah. Mimpi apa aku semlam sampe hari ini semuanya sangat menyebalkan.
“ Maksud Lo apa?” kataku dengan nada tak kalah kesal.
Dia hanyam diam tak membalas ucapanku. Sekarang aku benar-benar tak berniat berbicara dengan orang lain lagi, mereka sukses membuatku menahan emosi.
“ Maaf kalo gak ada lagi yang mau lo omongin gua permisi.” Ucapku ketus dan langsung pergi dari hadapnnya. Dan tentu saja dia masih diam tapi sepertinya dia sedikit terkejut dengan ucapanku.
Jujur ini pertama kalinya aku bersikap seperti itu. I meant. Aku bisa mengutarakan emosiku pada orang lain. Mungkin karena aku benar-benar sangat stress sekarang.
Disini lah aku berada di atas rooftop sekolah yang jarang orang tau tempat ini. Aku duduk disalah satu kursi taman yang tersedia di tempat ini. Ya aku bolos mata pelajaran pertama hari ini, entahlah rasanya percuma aku masuk kelas kalau pikiranku tidak fokus sama sekali, paling wali kelasku akan menelpon Papa lagi tapi biarlah aku benar-benar tidak peduli lagi.
Pikiranku melayang jauh mengingat-ingat banyak hal yang terjadi dalam hidupku. Aku berusaha untuk tidak menangis dan menahan self injury ku, aku tidak mau mengecewakan Kak Stev tapi ini sakit sekali rasanya dadaku sangat sesak. Dan tak terasa cairan bening mengalir deras dari mataku.
Kenapa ini tidak pernah berhenti.. tak cukupkah penderitaan ku
Enough..
I can’t do it anymore.
***
Need your Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Mine
Teen FictionYang lalu biarlah berlalu kan sekarang lo tinggalnya dimasa sekarang bukan di masa lalu. - Alvino Tapi bagi gua masa lalu itu adalah kunci hidup gua buat bertahan hidup sampai detik berikutnya. - Camellia Dulu dan sekarang apa bedanya? Sama-sama gak...