Part Fourteen

16 1 1
                                    

Menyesal..

Satu kata, satu arti, satu tujuan..

Yaa aku menyesal mengikuti kata-kata temanku Leon entahlah aku juga malas menganggapnya Teman, lihat saja sekarang ekspetasi ku dengannya benar-benar hancur. Memang benar ekspetasi tidak sesuai dengan Realita. Mengenaskan.

Disini lah aku di ruang tamu dimana terdapat seluruh anggota rumah, jangan tanyakan Leon dimana karena dia langsung pergi saat mengantar ku.

“ Ngapain Kamu pulang? Masih inget rumah?” itu pertanyaan Mama.

“ masih butuh orang tua?” itu suara Papa.

Dan masih banyak lagi pertanyaan dan umpatan-umpatan kasar keluar dari mulut mereka. Aku hanya diam sambil mendengarkan walaupun tidak sepenuhnya ku dengarkan dengan baik.

Setelah puas berceramah dan sidang telah berakhir aku segera menuju kamarku, jujur saja kepala ku masih sangat sakit ditambah lagi kata-kata orang tuaku yang benar-benar membuat geram. Yaa akhirnya aku memutuskan untuk sedikit melakukan perubahan. Perubahan yang mungkin akan membuka luka lama dan perubahan yang mungkin akan memakan korban lagi.

Ada dua jalan di hidupku pertama melangkah dan melupakan masa lalu, kedua berjalan dengan bayang-bayang masa lalu dan percayalah aku sudah melewati keduanya dan sekarang aku harus kembali lagi pada diriku yang dahulu yaitu melangkah dengan bayang-bayang masa lalu, walaupun aku tau semuanya tidak akan sama lagi.

###

“ siapa yang bisa menjawab soal ini? Silahkan maju kedepan yang bisa mengerjakannya ibu akan memberi nlai tambahan.” Kata Bu Ajeng selaku guru matematika.

“ saya..”

Itu suara ku

Aku melangkahkan kaki ku ke depan kelas, aku masih bisa mendengar suara anak-anak yang mencemoohku sebagian dari mereka tampak terkejut dengan sikapku termasuk Bu Ajeng, dan sebagian lagi ada yang mengejekku terang-terangan. Aku tidak peduli setidaknya aku belajar untuk tidak peduli.

Aku mengerjakan soal matemarika itu dengan cepat mungkin sebagian anak menganggap ini adalah soal yang sulit. Setelah selesai aku kembali ke mejaku dengan tatapan datar.

“ Jawabannya Benar, kalian boleh mencatatnya.” Kata Bu Ajeng sambil menatapku dengan tatapan tak percaya pasalnya materi ini belum pernah dia sampaikan. Bukan hanya bu ajeng saja yang menatapku aneh tapi bahkan seluruh anggota kelas. Aku hanya menghendikan bahuku acuh melihat mereka semua.

Begitulah seterusnya nampaknya hari ini aku telah membuat seluruh murid sekolah ini tercengang lantaran aku berubah menjadi lebih berani dan saat ulangan kimia dadakan tadi aku lah yang mendapat nilai paling tinggi.

“ Gua dengar Lo mendapat nilai yang cukup bagus di kelas?” sergah Novilia dan jangan lupakan dua anggotanya.

Aku hanya memutar bola mataku jenggah. Aku tidak boleh kalah lagi dengannya.

“ Lo berani memutar bola mata lo ke Gua Hah? Memangnya Lo pikir Lo ini siapa seenaknya berlaku seperti itu?” ucapnya kasar.

“ Lo sendiri siapa campurin urusan gua dari dulu?” jawabku telak

Nampaknya aku telah membuatnya kesal sekaligus terkejut dan perdebatan kami telah menjadi tontonan gratis,  orang-orang yang mendengar ucapanku tampak terkejut.

Dia mengeram dan melayangkan tanganya sampai..

Cekalan itu ditahan seseorang dan orang itu adalah Vino

“ dia benar atas urusan apa lo campur tangan buat kehidupnnya? Emangnya lo siapa?” kata Vino

“ eh..vin.. bu..bukan gitu maksud aku dia duluan yang cari masalah.” Ucapnya gugup. Dia gugup karena Alvino merupakan cowok Most Wanted di sekolah ini, pantas saja bicaranya menjijikan seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang