Part Ten

4 1 0
                                    

 Im sorry, i’m always love you.

###


Hari ini orang tuaku beserta saudara-saudarku pulang. Mereka tiba  tepat setelah Carra pergi. Awalnya aku merasa sedikit senang karena mereka pulang namun mengingat tidak adanya kehangatan mereka padaku aku merasa sedikit tidak sedih. Segera aku membukakan pagar rumahku. Yang pertama turun dari mobil ialah kak Stevano.

Setelah mereka semua turun dari dalam mobil papa melihat ke arahku dengan tatapan datarnya sambil berkata.

“ Dari mana kamu? Jam segini udah pulang?” tanyanya dingin.

“ Hari ini guru-guru sedang rapat jadi anak-anak dipulangkan lebh awal.” Jawabku

“ yaudah nih bantuin angkatain barang-barangnya ke dalam rumah.” Kata kak Stevan

“ iyaa. Kak” balasku

Dan akhirnya kami semua sibuk dengan barang-barang yang harus diturunkan dari dalalm mobil. Setelah semua sudah masuk ke dalam rumah. Mama dan Papa pergi ke kamar mereka untuk beristirahat termasuk adiku Karen, terkecuali Stevan nampaknya dia memilih untuk duduk sambil menonton tv di ruang Tamu.

Karena di rasa tugasku sudah selesai aku pun memutuskan pergi ke kamarku. Sesampainya di kamar aku bergegas mengganti seragam  sekolah dan memutuskan untuk berbaring sebentar yang lama kelamaan jadi tidur siang haahaa..

Tapi itu tidak berlangsung lama karena seseorang telah mengetuk pintu kamarku. Aku segera membuka pintu kamar dan ternyata itu adalah kak Stevan. Dia menyuruhku untuk membeli makanan untuk makan malam mengingat Bi sari belum kembali ke rumah dan Mama tentu saja belum sanggup untuk memasak.

Mereka memutuskan untuk membeli beberapa macam lauk di Warteg depan komplek. Setelah itu aku langsung bergegas pulang.

Kami makan malam dengan suasana hening hanya terdengar suara dentingan piring dengan sendok, mungkin mereka lelah. Setelah selesai suara Papa memecah kehingan.

“ eekhhmm Mia kalau kau sudah selesai makan temui Papa di ruang kerja.” Kata papa dengan nada dingin dan tatapan yang sulit diartikan. Apakah aku baru saja melakukan kesalahan?

“ mampus kau.” Kata adiku dengan nada mengejek dan senyum smirknya. Aku hanya mendengus kesal melihatnya.

Setelah selesai makan dan merapihkan piring-piring aku bergegas ke ruang kerja Papa.

Tokk.. tokk.tokk

Setelah mengetuk pintu aku dipersilahkan masuk olehnya.

“ Ada apa pa?” tanyaku langsung.

“ Apa kau hanya bisa menyusahkan orang tua saja Mia?” ucap Papa dengan nada marah. Jujur aku sangat takut.

“ Memangnya apa yang aku perbuat pa?” jawabku dengan nada rendah

“ Papa dapat telepon dari wali kelas mu bahwa kau mendapat niai rendah di ujian tengah semestermu. Apa itu benar?”

“  Iyaa... pa maaf aku akan berusaha lagi.” jawabku dengan sambil menunduk.

“ selalu saja seperti itu kau akan minta maaf dan kau melakukannya lagi, kau benar-benar membuat kami semua malu. Andai saja waktu itu aku tidak melakukan kesalahan dan andai saja aku tidak mau mengurusmu dan mengirim mu ke rumah..”

“ Papa” kata-kata Papa terpotong dengan suara Mama.

Aku mulai terisak dengan kata-kata papa yang sungguh menyakitkan dan aku sama sekali tidak tau menahu tentang maksud dari kata- katanya tersebut.

“ Apa maksud dari perkataan Papa?”  aku memberanikan diri untuk bertanya.

“ Buu.. bukann apa-apa.” Jawabnya dengan gugup

“ Katakanlah Kumohon katakan yang sebenarnya apa kalian tidak tau bagaimana perasaanku selama ini.” Kataku dengan sedikit berteriak sungguh aku tidak bermaksud seperti itu namun aku sunggguh tidak sanggup lagi. mereka seakan menutupi semuanya.

Plakk

Aku mersakan pipiku sedikit memanas, ya Papa baru saja menamparku.

“ Apa kau tidak tau sopan santun jaga bicara mu!” bentaknya

“ Aku Lelah Pa, aku sangat lelah kalian selalu bersikap seperti ini, bersikap seakan-akan aku melakukan suatu kesalahan besar. Tapi percaya lah aku sama sekali tidak mengetahui apa kesalahanku, Jadi tolong beri tahu aku kenapa kalian sangat membenciku?” kataku dengan lemas dan terduduk dilantai sambil menatap kosong ke arah lain.

“ Apa pun yang kau lakukan kau tidak perlu mengingatnya! Dan jangan tanyakan hal itu lagi! besikap baiklah karena kami masih mau merawatmu!.” Ucap Papa dengan Tegas.

“ Mia kembali ke kamarmu sekarang.”  Ucap Mama, sambil menenangkan amarah Papa.

Aku tidak membalas ucapan mama namun aku langsung bangkit berdiri dan meninggalkan ruang kerja papa.

Sesampainya di kamar aku langsung membanting pintu kamarku dan merosotkan tubuhku serta memeluk lututku sambil menangis. Setelah puas menangis aku pergi ke kamar mandi.

Aku melihat ada sebuah gunting di dekat alat-alat mandi, aku mengambilnya dan...

Srett

Darah segar mengalir dari telapak tanganku, aku tersenyum melihat darah yang semakin banyak keluar dari telapak tanganku setidaknya rasa sakit hatiku teralihkan oleh rasa sakit akibat goresan itu. Ya inilah aku yang sebenarnya tanpa orang lain tau.

Aku sudah lama tidak mengidap penyakit ini. Aku berusaha menyembuhkan dan menyembunyikan hal ini dari semua orang dan berhasil namun untuk kali ini sepertinya itu sudah tidak berlaku lagi. mengingat hal itu aku hanya tersenyum miris.

***

Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya karena semalaman aku tidak bisa tidur dan seperti yang kalian bayangkan penampilanku amat sangat buruk saat ini. Mata sembab dan kantung mata hitam, rambut acak-acakan, tangan yang masih tersisa darah kering. Jangan khawatir aku sudah mengobati lukaku semalam mungkin hari ini aku akan membalutnya.

Saat menuruni tangga rumah aku bisa mendengar bahwa seluruh anggota keluargaku sedang sarapan. Aku malas untuk bertatap muka dengan mereka jadi tanpa pamit aku langsung melenggang pergi, namun sepetinya usahan gagal lantaran aku melihat Papa di depan pintu rumah mungkin sedang memanasi mobil.

“ ekhmm.. Pa aku pergi dulu.” Kataku kepalang tanggung.

“ hmm.” Hanya di balas dehaman saja olehnya. Sepertinya dia masih marah soal semalam. Ahh masa bodo lahh..

Aku mempercepat langkahku agar segera sampai di halte bus mengingat hari semakin siang aku tidak mau sampai terlambat lagi.

Saat sedang asik berjalan aku merasakan ada sebuah mobil yang mendekat ke arah ku dari arah belakang dan menglakson

Tinn..tinn..

Aku melihat ke arah mobil itu dan ternyata itu kak Stevan.

“ heeii Miaa masuk lah aku akan mengantarmu kebetulan aku harus mampir ke suatu tempat. Cepat naiklah kalau tidak mau terlambat.” Katanya

Sebenarnya aku merasa aneh dengan sikapnya. Tunebenan dia mau mengajakku. Ya sudahlahh lebih baik aku bergegas sebelum dia berubah pikiran.

Di dalam Mobil suasana kembali hening tidak ada satu dari kami membuka percakapan. Hingga akhirnya kak Stevan yang memulai.

“ Jangan menyakiti Tanganmu lagi aku tidak suka melihat mu seperti itu.”

Degg

Apakah dia mengetahui bahwa aku sengaja melakukan ini?.

•¿•

See you

Unexpected MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang