3 - Who Are You?

83 26 11
                                    

[Lena P.O.V]

Di kantin...

Tiba-tiba aku hampir terkena serangan jantung. Aku bertemu seorang cowok. Bertabrakan. Aku dan dia pun jatuh. Di tengah-tengah beberapa siswa yang berdesak-desakan untuk membeli makanan dan minuman mereka.

Aku waktu itu sudah membeli susu kesukaanku di stand pojok kantin. Aku mau keluar di tengah-tengah para siswa tersebut. Karena aku bertabrakan dengan cowok itu, akhirnya susu aku tumpah mengenai baju seragamku.

"Ah... Sorry ya.... Kamu tidak apa-apa?" tanya cowok itu.

"Apa kau sedang tidak waras? Kau tidak melihatku ya? Mata kau tidak rabun kan?! Aduh kau ini. Pantasan saja. Badanku kecil," omelku.

"Jangan begitu dong, aku kan tidak sengaja. Aku tidak menganggap postur tubuhmu itu kecil kok," balas cowok itu.

"Dasar cowok tiang listrik. Masih ngeles lagi kau. Udah ah. Aku mau keluar dari kantin saja!" seruku.

Aku pun langsung membalikkan badan dan pergi meninggalkan kantin sekolah, tidak memedulikan teman-temanku yang pergi denganku tadi.

"Jangan marah, aku tidak menganggapmu begitu kok."

Aku pun langsung menghentikan langkahku dan berbalik kembali ke hadapannya. Aku masih kesal.

"Dasar kau. Kau tidak lihat apa yang terjadi padaku?!" seruku kesal.

"Tidak."

"Lihat saja sendiri!" Aku pun kemudian menunjukkan bajuku yang kotor, untung tidak terkena sampai ke kerudungku.

Dia pun melihat bajuku yang kotor akibat susu yang tumpah itu. Lalu dia menundukkan kepalanya tanda malu. Dia berkata, "Maafkan aku ya.... Aku akan mengganti apa yang kau beli tadi."

"Ka-ka-kau yakin?" tanyaku terbata-bata. Aku baru menemukan cowok yang langsung bertanggungjawab jika ia salah.

"Iya aku yakin. Bentar aku belikan dulu," ujar cowok itu.

Ternyata ia tidak main-main. Gumamku.

Cowok itu pun pergi membelikan minuman yang aku beli tadi. Sebelum dia kembali dengan gantinya, keempat temanku itu tadi sudah menghampiriku di depan kantin.

"Hei, Lena! Kau ngapin bengong sendirian di depan kantin?" tanya Heni.

"Ah... aku sedang menunggu kalian kok," jawabku.

"Kenapa? Kau nda beli makanan atau minuman gitu?" tanya Mutiara.

"Atau jangan-jangan, Lena lagi berpuasa?" duga Mutia.

"Aduh jangan aneh-aneh gitu pikirannya..." ujarku lirih.

"Kalian mau makan dimana? Di kelas atau di kantin?" tanya Fidza.

"Di kantin saja yuk! Kan belum bel nih...." balas Heni.

"Lena, ayo kita duduk, makan-makan kita...." ujar Mutia, satu diantara gadis kembar bermata empat itu.

"Oke... tapi aku menunggu seseorang dulu ya. Kalian duluan saja," tolakku.

"Ya Allah. Kau menunggu siapa, Len?" tanya Heni saking penasarannya, "Kita kan sudah datang, kau sudah menunggu di sini layaknya orang kebingungan ndak tentu rudu."

Mereka pun tertawa. Sungguh menyebalkan.

"Gitu kau, Heni," kataku kemudian. Aku tambah kesal, sebentar lagi aku bakal badmood.

Barulah mereka berempat pergi ke meja yang sudah kosong karena ditinggal pelanggannya. Sedangkan aku masih menunggu si cowok itu tadi.

"Mana cowok itu, kok lama sekali?" tanyaku pada diriku sendiri.

Fer-naTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang