7 - Ferdi's Old Friend

61 19 1
                                    

[Lena P.O.V]

Aku disalahkan atas penyebab Vania tidak mau melanjutkan sekolahnya ke SMA Tunas Bangsa. Menurut teman sekelasnya dulu, Rinda, gara-gara aku, Vania tidak mau bersekolah di sini, dia mau bersekolah di Sampoerna.

Aku ingin mengalah, dan tidak bertekak atau adu mulut dengan Rinda, tetapi Rinda sudah benar-benar keterlaluan. Dia sampai ingin melakukan kekerasan fisik padaku. Aku sudah meminta maaf, walaupun sebenarnya aku tidak bersalah atas Vania, tapi Rinda tidak mengerti. Hatinya sudah tertutup atas permintaan maaf yang kuucapkan ini. Ya, aku harus mengalah.

Tetapi ketika aku ingin mundur dan pergi berbalik ke kelas, gadis itu malah mencegahku pergi. Saat itulah aku mulai geram. Tanpa ampun, aku dipukuli dan didorong keluar ruangan dengan kasarnya, sampai aku hampir saja terjatuh.

Namun untungnya, aku tidak jatuh terjungkal ke bawah, karena, ada tangan yang menahanku.

What happened?

Tangan itu benar-benar menahanku. Aku tidak jadi jatuh terjungkal, benar, aku selamat. Tapi siapa yang menyelamatkanku? Aku ingin menolehkan kepalaku ke orang yang menyelamatkanku, tapi kepalaku sudah mulai berat. Aku mulai merasakan pusing di kepalaku. Kepalaku seakan-akan ingin melayang dan putus. Dan akhirnya ....

--------------------

[Ferdi P.O.V]

"LENA!" teriakku. Aku tidak tahu mengapa bisa tiba-tiba gadis itu pingsan di pelukanku. Sebenarnya aku tidak memeluk gadis itu, aku hanya menahannya supaya tidak terjatuh. Setelah aku melihat lagi penyebab dia pingsan, ternyata dia terluka. Darahnya mengucur keluar dari dahinya.

Aku kemudian mengepalkan kedua tanganku, tandanya aku mulai geram dan kesal. Ingin rasanya aku membalas dendam dan menghajar cewek kurang ajar itu. Dia itu siapanya Lena sehingga dia bisa membuat Lena pingsan?! Baiklah, jiwa badboy-ku sudah keluar. Saatnya bagiku untuk menghajarnya.

Segera aku memindahkan gadis itu ke lantai dalam keadaan terbaring lemas. Kemudian aku menghajar cewek yang telah menghajar Lena. Aku menggulungkan kedua lengan bajuku ke atas di dekat bahu serta mengeluarkan bajuku layaknya seorang preman.

Cewek itu pun terkejut atas sikapku dan berkata, "Siapa kau?!"

Dia lupa padaku. Tapi kuingat cewek itu. Dia adalah Rinda, teman sekelasku dulu, yang merupakan sahabatnya Vania. Naas sekali, kami baru saja lulus dari sekolah yang sama dan sekarang kami pisah kelas, namun dia melupakan aku dengan mudahnya.

Kini, aku hanya senyumin dia dengan sinisnya, kemudian membalas, "Kau tidak perlu tahu siapa aku."

"Dingin banget kau jadi cowok. Nih ya, aku saja berani mengungkapkan namaku. Dengar ya, namaku, Rinda Alamanda. Ingat! Rinda Alamanda! Tidak ada yang lupa namaku ini," ucap cewek itu yang baru aku ketahui dia adalah Rinda. Aku hampir melupakannya, tapi dia sudah melupakan aku, begitu ya?

"Oh, kita baru saja pisah, tapi kau melupakanku?" ujarku.

"Maaf ya, aku fokus ke cewek itu. Aku tidak ingin banyak omong kosong padamu. Minggir!" serunya. Dia ingin aku menyingkir dari sini, tapi aku menolaknya dengan tanganku. Jika aku tidak menyingkir, Lena akan berada dalam bahaya yang besar.

"Ferdi! Kau kurang ajar ya! Kau tidak ingin menyingkir dariku?" katanya kesal. Ia sudah mulai geram padaku. Sama, aku juga. Aku yang lebih kesal padanya.

Terjadi perkelahian sengit diantara aku dan Rinda.

Aku tidak mau Lena berada dalam bahaya gara-gara dia. Apa jangan-jangan, Lena akan menderita, karena... Lena adalah teman sekelasnya Rinda?Mengapa takdir harus mempertemukan mereka? Aku tahu tentang Rinda, meskipun kami hanya berada di kelas yang sama selama satu tahun. Itu memang waktu yang singkat, tapi aku tahu betul soal Rinda. Maka, ketika Rinda dan Lena bertemu dalam satu kelas, aku yakin, aku akan mengkhawatirkan Lena setiap saat, karena bisa saja gadis baik itu akan menderita di tangan Rinda.

Fer-naTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang