13 - A Troubled Party

70 14 8
                                    

[Lena P.O.V]

Aku dan Ziah sudah sampai duluan di depan rumahnya Rinda. Kami belum mau memasuki rumahnya kawannya Ferdi itu. Jadi kami menunggu Ferdi dan Ikrar sampai di rumahnya Rinda dulu. Tetapi ketika kami menunggu kedatangan mereka, tiba-tiba....

Seorang cewek keluar dari rumah yang besar itu. Kami pun terkejut, seraya memanggil orang yang keluar tadi itu.

"Kau?" sapaku dan Ziah bersamaan.

Naasnya, orang itu malah tersenyum jahat.

"Iya, ini aku. Rinda Alamanda. Ada apa kau ke sini, huh?"

"Woi, apa maksud kau saat menanyakan hal itu ke Lena? Justru dia menghadiri undanganmu hari ini! Dia diibaratkan sebagai pasangannya Ferdi."

Pertanyaan Rinda yang dilontarkan padaku, malah Ziah yang menjawabnya. Dia sudah tidak kalah untuk emosi dengan teman sekelasku.

"Aku tanya Lena, bukan kau. Lagipula, kau itu siapa? Terlihat asing bagiku," sahut cewek songong itu lagi.

"Dia temanku, Rinda!" sahutku.

Beberapa saat kemudian, Ferdi dan Ikrar pun sampai di depan rumahnya Rinda, yang melihatku dan Ziah sedang bertengkar dengan Rinda. Mereka langsung saja turun dari motor dan menghampiri kami bertiga. Tetapi, aku dan Ziah terkejut. Mengapa? Karena kami tidak menyangka bahwa mereka langsung saja merangkul pasangan mereka masing-masing. Ikrar merangkul Ziah, sedangkan Ferdi merangkulku.

Tetapi responnya aku dan Ziah itu berbeda. Kalau Ziah, dia biarkan saja rangkulan tangan itu berada di tubuh cewek itu, sedangkan aku pasti langsung berteriak, "BUKAN MUHRIM!" dan aku melepaskan diri dari Ferdi.

"Haha, dasar sok alim. Cupu," ejek Rinda padaku. Kelakuannya semakin menjadi-jadi.

Aku dibilang 'sok alim'? Yang benar saja.

"Kau lah yang cupu! Sadarkan diri kau tuh!" seru Ziah membelaku, "Dia memang begitu orangnya. Ketika cowok menyentuhnya, dia pasti ingin lepas, karena dia memang sudah terbiasa begitu."

"Kurang ajar kau!" seru Rinda, kemudian ia mengayunkan tangannya, hendak ingin menghajar Ziah, temanku. Tetapi, pertengkaran dapat dihentikan begitu mereka melihat ada orang tuanya Rinda keluar dari rumah dan menghampiri kami.

"Hentikan, anak-anak!" seru seseorang dari dalam rumah.

Begitu mendengar seruan seperti itu, langsung saja pertengkaran 4 vs 1 itu dihentikan. Rinda langsung mengurungkan niatnya untuk menyakiti kami, takut jika ibunya tahu bahwa dia melakukan kesalahan yang besar pada kami, selaku teman dan juga tamu di rumahnya.

Ternyata ibunya Rinda sudah keluar dari rumah dan menghampiri mereka. "Eh, ada tamu ya, selamat datang di rumah Nak Rinda ya...," sambut ibunya itu.

"Ah, i-i-iya, makasih Bu," kataku terbata-bata, kemudian diikuti anggukan oleh Ziah, Ikrar, dan Ferdi.

"Silakan masuk, kita nikmati pesta dari anak saya di dalam," kata ibunya lagi, sambil membentangkan tangannya untuk mempersilakan mereka masuk ke dalam.

Tanpa jawaban dari kami, akhirnya kami berempat memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah, tanpa Rinda terlebih dahulu. Ketika aku ingin masuk lebih ke dalamnya lagi, sempat-sempatnya aku menolehkan mukaku ke belakang, melihat Rinda sedang berbicara di luar dengan ibunya sendiri. Setelah itu, aku berbalik arah kembali dan menikmati pesta di dalam, bersama semua tamu yang lain.

***

Di pesta, lagi-lagi aku menemui Tio. Cowok itu sedang bersama seorang cewek, Gita. Ya, aku tidak mengenali cewek itu. Jadi sebenarnya, aku ingin mengajak kenalan sama semua pasangan yang teman-temanku bawa ke rumahnya Rinda, tapi, aku fokus sama Ferdi.

Fer-naTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang