4 - Bestfriend?

68 24 4
                                    

[Lena P.O.V]

Bel pulang sudah dibunyikan. Aku langsung pergi keluar kelas sendirian, tidak memerdulikan kawan-kawan baruku. Namun tiba-tiba, sahabatku datang entah darimana, dan itulah yang membuatku terkejut setengah mati sampai hampir menabraknya.

"TAMI!!!" teriakku seketika.

Naasnya, Nabila Utami alias Tami malah tertawa jahat. Evil laugh. Jahatnya.

"Kau kenapa tertawa? Lucu?" tanyaku heran.

"Tidak kok, hehe... kau ngapain sampai terkejut begitu?" balas Tami.

"Ya iyalah aku terkejut. Masa tidak sih..." ujarku kemudian, "Ngapain kau disini?"

"Kita pulang sama-sama yuk, ada proyek yang harus kita selesaikan bersama-sama."

"Lah? Kita kan tidak sekelas lagi, bagaimana sih kau ini."

"Kau lupa? Kita akan menyelesaikan karya tulis kita yang mau dilombakan! Berdua!" seru Tami.

"Oh iya, subhanallah... aku lupa! Ayolah, kau bonceng aku ke rumahmu!" perintahku kemudian.

"Dasar pelupa."

Maka aku dan Tami bergegas pergi ke rumahnya Tami, dan disitulah kami akan menyelesaikan karya tulis ilmiah kami untuk diperlombakan di tingkat provinsi.

***

Di rumahnya Tami...

"Nah, kita sudah sampai di rumahku. Welcome, my bestfriend!" seru cewek bermata empat itu.

"Thank you, my bestfriend. Ayo mulai!"

"Yuk!"

Setelah itu, kami pun bekerja bersama-sama.

————————————————————

[Ferdi P.O.V]

Maafkan aku. Aku selalu kepikiran tentangmu. Siapa namamu? Darimana asalmu? Apa kau anak IPA atau IPS? Yang aku ingat hanyalah ciri khasmu, bros di tengah-tengah jilbab yang kamu pakai.

"Woi, Ferdi!" sapa seorang teman yang belum kukenal sebelumnya.

Aku terkejut. Ketika aku toleh mukaku ke orang yang memanggilku itu, ternyata mukanya asing bagiku. Belum aku kenal sama sekali.

"Ah, kau siapa?"

"Panggil saja aku Ikrar. Aku wakil ketua kelas X IPS 2. Senang bertemu denganmu."

"Aku Ferdi, anggota X IPS 2. Senang bertemu denganmu juga."

"Oh, Ferdi. Kau belum pulang juga? Malah berdiam diri di depan kelas saja kau. Dari tampangmu itu, kau layaknya seorang badboy tahu!"

Astaga! Dia tahu bahwa aku seorang badboy! "Aku memang badboy. Salah?"

"Oh baguslah kalau kau sadar, hahaha. Oh iya, kau lagi mikirkan apa sekarang?" tanyanya penasaran.

Sekarang malah dia penasaran sama aku. Mau sok kenal sok dekat alias SKSD ya? Ah, aku berbohong saja. Anggap saja aku lagi tidak mikirkan apapun.

"Ah, ti-ti-tidak. Aku tidak memikirkan apapun," jawabku gugup.

"Nah... apa kau berbohong padaku? Dari mukamu itu jelas juga bahwa kau lagi memikirkan sesuatu. Jangan tegang dong, santai saja. Aku ingin sekali berteman dan mengenal lebih dekat tentang dirimu..." jelasnya panjang lebar.

Dari mukaku saja sudah langsung ketahuan olehnya bahwa aku berbohong. Aduh, kenapa aku pasang muka kayak begitu sih? Kan jadi ketahuan jadinya, ah.

"Aku memikirkan seorang gadis."

"Wah, a-apa?! Gadis?! Ah, baru jadi siswa di sini saja sudah menaksir gadis ya?"

"Apaan sih kau ini," ujarku malu.

"Tidak apa-apa sih. Kau punya teman seperti aku. Aku juga sudah penasaran sama seorang gadis."

"Apa? Kau juga?"

"Iya, dia anak IPA. Yah, aku tidak memikirkan tampangnya sih, tapi dia baik. Sayang kalau kami sudah berbeda jurusan. Aku saja sudah mengenalnya sejak kami masih duduk di bangku SMP," ceritanya.

"Oh begitu..." jawabku singkat setelah mendengar ceritanya Ikrar.

"Ah, singkat sekali jawabanmu. Coba kau juga cerita. Dia anak IPA atau anak IPS? Bagaimana ciri-cirinya? Apa kau mengenalnya sebelumnya? Dan bagaimana sikapnya selama ini padamu?" tanyanya panjang lebar.

Ah, dasar kepo tingkat tinggi. Semua saja kau tanyakan. Padahal aku baru saja menganggap kalau kau itu temanku, Ikrar. Dan kau sekarang menanyakan beberapa pertanyaan yang belum bisa aku jawab.

Segera kutepis segala pikiranku setiap setelah Ikrar berbicara.

"Jadi, aku akan menceritakan sesuatu tentang gadis itu padamu."

"Apa itu, Fer?" tanya Ikrar kemudian.

"Gadis itu aku tidak temukan di kelas-kelas IPS, dia anak IPA. Ciri-ciri yang aku ingat hanyalah dia itu memakai bros di tengah kerudungnya. Aku belum pernah mengenalnya sebelumnya. Sama sekali belum pernah," jelasku.

"Wah, kita sama-sama suka sama anak IPA dong," kata Ikrar heboh. Untung tidak ada yang mendengar pembicaraan kami. Ada-ada saja ah.

"Hehe, okelah. Aku harus pulang, ini sudah jam 2 siang. Aku tidak ngapa-ngapain lagi di sekolah ini," pamitku kemudian.

"Oke, bye! See you soon, my friend!" serunya padaku, seraya aku berlari meninggalkan tempat itu dan kemudian menuruni tangga dari lantai tiga sampai ke lantai satu. Jauh sekali.

***

Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan di sekolah ini. Makanya aku pulang ke rumahku. Namun ketika aku mau pulang, aku bertemu dengan Fatah kembali.

"Hai, Ferdi," sapanya.

"Too," balasku, "Kau ngapain di sini?"

"Aku mendaftar jadi anggota drumband."

"Wah, kau memang temanku yang multitalent!" seruku untuk memujinya.

"Ah, makasih. Biasa saja kali," katanya merendah.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Semoga berhasil, teman," kataku penuh harap.

"Makasih ya, Ferdi. Hati-hati di jalan," balasnya.

Dengan ucapan dari Ferdi tadi, setelah kami saling bersalaman, aku pun pulang ke rumah.

————————————————————

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Fer-naTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang