Chapter 14"Brukk..." gw meletakkan beberapa kantong yang penuh dengan belanjaan, di atas meja yang terletak di ruang keluarga.
Oh GOD, inilah hidup yang paling membahagiakan bagiku. Akhirnya segala kesulitan yang dialami anakmu ini, dapat dilalui dengan begitu indah. Gyaa... senangnya, kini wajah gw kembali bersinar dan gak kusut lagi. Gw harus berterima kasih kepada Allen yang dengan 'berat hati' memenuhi permintaan gw. Memang seharusnya seperti itu kan, oh senangnya melihat wajah Allen... wajah yang sangat tampan, mempesona dan menawan itu, kini berubah suram menatap kantong belanjaan gw.
"Apaan tuh Live?" tanya kak Molly membuyarkan kebahagiaan gw. Ternyata kak Molly sudah tiba lebih dulu di rumah.
Dengan hati yang berbunga-bunga dan mata yang berbinar gw menjelaskan dari mana asalnya seluruh belanjaan itu. "... Allen baik kan kak" gw menatap Allen yang bertampang suram. Huwahahaha... I really like your face, Allen. Very funny...
Kak Molly heran melihat gw dan Allen "Kalian habis kencan?" lanjutnya kemudian.
"Bu..." kata-kata gw terputus ketika Allen merangkul gw dan berkata "Iya kak" ucapnya dengan senyum menggembang.
Allen menghampiri kak Molly dan menjabat tangannya seraya memperkenalkan dirinya sebagai pacar gw. Sementara kak Molly, menatap kami berdua dengan curiga. Oh ya ampun, gw lupa soal taruhan itu. Hufft... hampir aja gw keceplosan, hari ini Allen memang menjadi kesatria—bermotor sport gw. Maklum di zaman modern ini kuda putih udah langka, jadi motor sport juga boleh deh.
Gw sedikit curiga sama sikap Allen yang bisa dengan santai dan tenangnya menjawab berbagai macam pertanyaan—interogasi tepatnya—dari kak Molly. Well, sekarang disinilah ruang persidangan dimulai.
"Siapa nama lengkap loe?" Kak Molly mulai dengan daftar pertanyaan yang selalu dia ajukan pada semua cowok—yang lagi deket sama gw.
Untuk sejenak gw lihat Allen sedikit bingung "Allen Johnathan"
"Sekolah dimana?"
"Satu sekolah dan satu kelas sama Olive kak"
Kak Molly terdiam sesaat mengamati Allen dengan seksama. "Sudah berapa lama kalian berpacaran?" Kak Molly memulai kembali
Allen tersenyum sebelum menjawab "Beberapa hari yang lalu"
Kak Molly memicingkan matanya, gw rasa dia mulai curiga "Terus kenapa loe baru bawa dia kesini sekarang?" ucap kak Molly yang diarahkan ke gw.
"Itu karena kakak terlalu sibuk sama kuliah, pacaran dan ngurus café. Jadi ya baru sekarang gw sempet bawa Allen ke sini" Damn, gw bakat banget jadi tukang ngibul. God, please forgive me.
Tak ada lagi pertanyaan—Interogasi—dari kak Molly, karena dia hanya terdiam menatap gw dan Allen bergantian. Lalu pandangannya jatuh pada kantong belanjaan di atas meja.
"Sebenernya apa aja sih yang loe beli?"
Untuk sesaat gw merasa sangat lega, karena kak Molly tidak menanyakan hal yang gak bisa gw jawab tanpa harus berbohong lebih banyak lagi. "Buka aja kak!"
Tanpa gw bilangpun, kak Molly udah lebih dahulu membuka kantong belanjaan dan mengeluarkan isinya satu persatu. "Apa-apaan nih, loe ngeborong Novel?!"
"YUP!!" Senangnya bikin Allen bangkrut.
Kak Molly kemudian mengeluarkan berbagai macam novel yang gw beli, dan... "Loe beli buku masakan buat apaan Live?"
Gw melemparkan pandangan pada Allen—yang berusaha menyembunyikan seringai diwajahnya— "Tanya aja sama Allen" lalu gw memasang muka cemberut pada Allen—yang menatap gw dengan seriangai lebar diwajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/1462084-288-k931146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Couple
RomanceGw... Olivia Stephanie harus bertunangan dengan seorang cowok, yang katanya cinta pertama gw waktu kecil. What, gak salah? Hello... ini udah bukan jamannya siti nurbaya, jadi buat apa sih gw harus ditunangin segala. Pokoknya ini gak bisa dibiarin, g...