01.

1.9K 103 0
                                    

Liburan sudah berakhir, itu juga artinya keluarga ku sudah kembali ke jakarta.
Kembali kepada aktivitas seperti biasa, tetapi aku membuka lembaran baru.
Berubah dalam menjalani hidup.
Aku jadi ingat kata kata umi sebelum pergi ke jakarta.

"Dina, jaga dirimu baik baik ya nak. Jaga pergaulanmu jangan sampai terjerumus dalam pergaulan dengan kata hitz, buat kamu hitz tapi jauh dari Allah. Kata abi Kamu InsyaAllah mau hijrah ya, umi sudah belikan pakaian yang sesuai syariat, kerudung juga sudah umi rapihkan di lemari kamu. Ingat, kamu jangan pernah bergaul dengan laku laki secara berlebihan, bila perlu tundukan pandanganmu. Tinggalkan masa lalumu ganti dengan masa depanmu."

Kata kata itu, selalu teringat di dalam benak pikiranku.
Jauhin laki-laki itulah yang umi ingatkan kepada ku, bingung. Bingung karena saat ini aku sedang dekat dengan laki-laki, dia teman dekatnya temanku.

Sungguh aku suka dengannya, kita suka bertukar pikiran bahkan sering jalan bersama. Astagfirullah aku tidak tau kalau itu sangat dilarang oleh Allah.
Mulai sekarang, saat ini juga aku harus meninggalkan masa laluku.
Bismillah.

Hari senin, saatnya mulai sekolah.
Seragam putih-putih yang kukenakan lengkap dengan kerudung syar'i, Ku ambil tas berwarna hijau tosca dan tidak lupa aku menoleskan bedak tabur ke wajahku agar tidak terlihat pucat.

Ceu edah dan nenek sudah di meja makan, ku hampiri dan ku cium pipi nenek tercinta.

"Makan heula atuh din." ucap ceu edah.

"Iya ceu, dikit lagi udah mau bel masuk aku makan sedikit aja ya."

Nenek sedang asik menikmati makannya, alhamdulillah nenek masih sehat jika mengenai selera makan hehe.

"Makan yang banyak, nanti di sekolah kelaperan din." ucap nenk sambil mengupaa buah jeruk kesukaannya.

"Iya nenekku tercinta, aku berangkat sekolah dulu ya. Ceu, dina berangkat yaa doain dina ya nek, ceu. assalamu'alaikum." pamit ku sambil berjalan keluar rumah dan tak lupa memakai masker hitam

Setiba di halaman depan, aku memakai sepatu hitam ku. Tiba-tiba bunyi klakson motor terdengar di telingaku.

Ya dia, sering mengajakku berangkat sekolah bareng. Tapi sungguh, aku tidak pernah menerima ajakannya, memang sebelum Aku memutuskan untuk berhijrah aku selalu risih dengannya.

"Ya kenapa zaid?" tanyaku dengan sopan.

"Ayolah bareng." ucapnya dengan lancar.

Zaid fahmi putra.
Dia satu sekolah denganku, yang notabenya juga sebagai tetangga ku.
Dia selalu berusaha mengajaku berangkat sekolah bareng, bukan karena aku sombong. Tetapi karena Aku tidak ingin menimbulkan fitnah, zaid bisa dibilang terkenal di sekolahan. Maka dari itu aku hanya tidak ingin orang orang berdosa karena membincangkan aku sebagai topiknya.

"Afwan, saya berangkat sekolah dulu."

Aku langsung bergegas pergi dan menaiki angkutan umum berwarna putih itu.
Aku tidak peduli, dia akan bicara apa dengan perubahanku ini. Yang penting Aku berhasil menghindarinya.

Hanya dengan waktu yang tidak begitu lama, aku sampai di tempat semua orang menimba ilmu.

"Hatur nuhun 'nya kang." ucapkan ku setelah turun dari angkutan umum itu.

Aku berjalan menuju kelasku, sepanjang koridor sekolah banyak mata yang melihat kearahku.

"Ya Allah, kuatkan hamba." ucap ku didalam hati.

Ini yang dimaksud dengan perkataan ayah, tidak semua suka dengan perubahan ku. InsyaAllah aku tetap jalani.
Setibanya dikelas 11.2 aku masuk dengan hati yang begitu resah.
Resah, takut jika ku di perolok-olokan oleh teman sekelasku.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang