13.

910 41 6
                                    

Ketika matahari terbit dan tenggelam kembali, percayalah hati ini akan selalu menyebut namamu di penghujung sujudku.
-dina.

Rasa bosan memenuhi hari dina ini, dikamar berselimut, memakai kaos kaki dan mamakai jaket putih.
Entah, jaket itu terasa nyaman dipakai dina.

Dina, tidak bosan untuk memandang secarik kertas itu. Dia masih menerka siapa yang memberikan kata-kata ini, sempat terlintas di pikiran dina kalau yang memberikan kertas ini mahes. Tapi dia mencoba berpikir positif.

"Ceu, dina ga punya penyakit serius kan ya?" tanya ku ragu

"Tidak, tapi hanya ada masalah dengan kepalamu din. InsyaAllah minggu besok kamu EEG ke rumah sakit ya, dapat rujukan dari dokter."

"EEG??"

"Aih ceceu teh oge teu ngartos din hehe."

"Aih si ceceu mah, kirain dina teh ceceu tau ." lirih dina

"Hehe yaudah atuh cari atuh di google, ga kekinian maneh teh."

"Ceceu ngerti-ngertian ya sama google haha."

Jari-jari dina mengetik EEG
Dan dina menyimpulkan bahwa EEG adalah rekam otak?

"Rekam otak ceu?emang otak dina kunoan?Ilang sebelah kitu?"

"Besok minggu sugan dokter kasih tau ka kamu.sabar wae ya, semoga teu ilang 'nya otak kamu."

"Ihh ceceu masa otak dina ilang sebelahhh." rengek dina dengan muka yang tidak terkontrol.

"Aih yaudah din teu usah dijelek-jelekin muka kamu teh. Geus jelek."

Ketika dina dan ceu edah sedang asik-asik bercanda, terdengar seperti ada yang mengetuk pintu.

"Ceu aya tamu 'nya?"

"Sakedap biar ceceu wae nu buka pintu."

Dina langsung memakai kerudungan langsung yang simple saat di rumah.
Dan bercermin melihat muka pucatnya sudah berkurang, tidak seperti kemarin.

"Wa'alaikumusalam."

"Maaf tan, ada dina nya?"

Didalam sana, dina yang mendengar suara cowo pun jatungnya seperti mau lepas dari tubuhnya.

"Aya, tapi lagi ga enak badan dinanya. Kalebet atuh, ceceu panggilin heula dinanya."

Ketika ceu edah ingin berjalan ke kamar dina, terhenti karena dina berada di belakang ceu edah.

"Ari geus datang, atuh bilang. Nganggetin ceceu wae nih."

Dina hanya diam, tetapi jantungnya tidak dapat di kendalikan.
Hendra datang dengan pakaian sunnah. Celana yang cingkrang, baju koko putih dan memakai peci putih.
Apakah ini hendra atau mahes?

"Assalamu'alaikum lugu."

Lugu.
Panggilan itu, hanya satu orang yang memanggil dina dengan sebutan itu.
Mahendra Adiputra.
Iya dia, hanya dia.
Tetapi kenapa pakaian dia begitu beberbeda?
Dina tidak mempunyai nyali untuk menanyakan itu.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang