19.

762 38 2
                                    

Seminggu sudah dari hari perlombaan itu, tetapi syalwa tetap bersikap dingin kepada Dina.
Sedangkan Dina sudah mencoba untuk memperbaiki hubungan persahabatan mereka.

Di dalam kelas.
Musim hujan sudah tiba, hampir setiap harinya tetesan demi tetesan air membasahi tanah sehingga membuat udara di daerah pedesaan itu semakin dingin.

Dina, mengeratkan jaket putih yang sampai saat ini belum mengetahui yang memberikannya.
Mengusapkan kedua telapak tangan nya secara berulang-ulang.

Saat ini, sedang berlangsungnya jam pelajaran B.indonesia. Dina pun tidak fokus karena udara dingin sangat menusuk seluruh badannya.
Dera yang berada di sampingnya pun, sedang sibuk menulis cerita rakyat indonesia yang nanti di ceritakan di depan teman-teman kelasnya.

"Ardina Mentari," panggil guru mungil Itu.

"Ha, iya bu." jawab dina yang langsung beranjak menghampiri meja guru.

Ketika mau beranjak dari kursinya, kerudung dina tersangkut dengan meja yang berada di belakangnya sehingga membuat dina harus membetulkan kerudungnya.

"Makana din, ulah panjang-panjang eta kerudung na." kritik dari teman belakang tempat duduknya.
Dan dina hanya membalas perkataan itu dengan senyuman.

"Iya bu, ada apa manggil saya?"

"Coba ibu liat cerita kamu, dan Nanti akan saya panggil nama kamu untuk membacakan cerita ini."  jelas bu guru mungil itu, yang akrab di sapa bu winda.

"Oh iya bu, insya Allah saya siap. Ini kertas folionya saya kumpulkan di ibu ya?"

"Iya silakam letakan di meja saya."

"Iya bu, terimakasih sebelumnya." ucap dina, dengan seulas senyuman

Dan dina berjalan menuju mejanya kembali, namun ketika hendak duduk..

"Dina," guru itu kembali memanggil dina, dan dina otomatis membalikam badannya secara cepat.

"Kalau kamu naik motor, tolong ya hati-hati sama kerudung kamu. Panjang sama lebar banget, ibu mah takut melihat nya." lagi,lagi dan lagi hari ini banyak yang mengomentari kerudung dina.

"Aku kuat. Aku tidak pernah risih atau pun repot memakai kerudung ini. Istiqomah din." ucap dina di dalam hati, mencoba menguatkan batin dan raganya sendiri.

"Iya bu siap. Terimakasih bu sudah mengingatkan saya, insya Allah akan saya ingat." kerika sudah selesai menjawab, dina langsung duduk dan menenggelamkan wajah nya di atas tas nya. Mencoba untuk kuat dan istiqomah.

"Din, lu tuh jangan pernah dengerin ucapan orang yang gak suka sama perubahan atau pun penampilan lu. Mau gimana lu kek, mau seserem apa penampilan lu toh lu yang ngejalanin. Mereka itu adalah ujian harus lu lewatin dan hadapi ketika lu lagi jalan menuju keistiqomahan."
Dera memberi semangat kembali, walaupun dera belum memakai kerudung seperti teman-temannya tetapi dia mempunyai rasa empati.

Dina hanya mengangguk kecil seraya mencoret-coret kertas putih itu.

"Din,"

"Apa ra?"

"Dari pada lu gak ada kerjaan mendingan lu bantuin gua nulis nih cerita." ucap dera dengan muka melasnya.

"Dera, kam--"

"Lu mau gak bantuin gua?" tanya dera dengan memotong perkataanya Dina.

"Ih, dera mah sarua wae kaya syalwa sukana motong ucapan dina."

"Terus?"

"Ih sebel ihh, nyebelin." rengek dina, yang langsung kembali mencoret-coret kertas putih itu.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang