21.

728 33 10
                                    

Aku disini mengangumi dari kejauhan dan menyampaikan rindu ini melalui doa.
                                           -mahesa.

_______________________________________
Udara sejuk di sebuah pedesaan,
Sawah nan hijau memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

Kicauan burung, mengawali pagi Hari.
Dikediaman Adiputra, sedang sibuk menyiapkan barang-barang sekolah.

"MAMAH DASI HENDRA DIMANAA?"

"APAAN SII NDRA BERISIK LU?!"

"DIEM LU AH."

Sedangkan wanita yang memakai khimar hijau tua sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

"Haduh, udah atuh ulah ribut. Duduk wae atuh a, nanti mamah cariin." ucap lembut zulaika.

"Tapi mahhh, aku udah cari teu ayaa di kamar mah. Udah, mah ga usah di cari, biar aja ga usah pake dasi." gerutu Hendra yang sedang duduk di  ruang tengah sambil memakai sepatu sekolah nya.

"HALAH DI HUKUM GURU BARU TAU RASA LU!"

"Wa bisa ga, ga usah teriak? Sakit kuping gua dengernya."

Lagi-lagi mereka ribut karena Hal sepele.

"Hmm, gitu ya a. Kalau mamah cari di kamar kamu, terus dasi kamu ada awas ya hehe." ledek Zulaika kepada hendra.

Sedangkan mahes, sedang berada di kamarnya.
Pukul 06.25
Melihat jam yang menempel di dinding kamarnya.
Kamar yang benuasa moncrom, hitam-putih.

"Andai, hati ini berani mengatakan apa yang selama ini aku rasakan, mungkin aku tidak tersiksa seperti ini."  gumam mahes yang menghadap jendela rumahnya.

Mahes sudah mengetahui bahwa saudara kembarnya mempunyai rasa yang sama dengan gadis Itu.
Terlebih lagi mahes akhir-akhir ini sudah jarang bertemu Dina, gadis yang selalu dia sebut dalam doanya.

"A'a AYOOO SYALWA GA MAU TELAT"

Lamunan mahes seketika langsung buyar setelah mendengar teriakan adik perempuannya.

TOK...TOK...TOK...

"Sabar atuh wa, lagi mau sisiran."

"LAMA NIH." Teriak syalwa di balik pintu kamar mahes.
Tak lama, mahes sudah berada di depan syalwa.
Rambut rapi dan mengenakan seragam pituh abu-abu, lengkap dengan atributnya.
Tak lupa, tasbih yang tidak pernah lupa dibawa.

"Pake segala sisiran, mau kasep kaya naon deui? Geus kasep aa mah." tanpa syalwa sadar, di belakang sudah ada hendra yang lagi senyum-senyum.

"Lu bilang mahes kasep, gua juga kasep dong." ucap Hendra enteng.

"Cih... Nyesel gua ngomong kaya gitu." ucap syalwa emosi

"Hese pisan lu kalo bilang gua kasep, dasar gengsian." ledek hendra sambil menjulurn lidah nya.
Mahes langsung jalan menuju teras rumah, tidak ada manfaatnya melihat Kakak-beradik ini berantem.

"NYEB--"

"Eitsss, sakedap. Lu berangkat sekolah sama siapa? Kayanya mahes geus berangkat." ucap Hendra.

Secara langsung Syalwa langsung membalikan badan menghadap kamar nya mahes dan benar, kosong.
Hendra melihat wajah syalwa sudah bersiap-siap menutup telinganya.

"AA MAHES IHHH, PUNYA AA SEMUANYA PADA NYEBELIN." teriak syalwa, dan langsung menyusul mahes.

"Duh, pulang sekolah gua langsung ke THT nih" ucap hendra, sambil mengusap-usap telinganya.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang