11.

736 36 0
                                    

Angin malam menemani mahes yang sedang berdiri didepan balkon kamarnya dengan secangkir cokelat panas menjadi pelengkap.

Teringat ucapan ayahnya 2 hari yang lalu.

"Kamu yakin nak sama niat kamu?"

"Yakin, tapi mahes belum tau akhwat nya itu menerima mahes atau engga yah."

"Gini ya nak, sekarang kamu memperbaiki diri dulu. Apalagi kamu sekarang kelas 12 dan kamu harus pokus dengan UN dulu. Mantapkan niat kamu, jangan kamu berniat menikahi seorang perempuan karena kamu hanya ingin memiliki dia seutuhnya. Jangan nak, jangan sampai seperti itu."

Mahes saat itu hanya terdiam, otaknya sedang berkerja didalamnya berupaya mencerna semua perkataan ayahnya itu.

"Hmm, jadi mahes kudu kumaha yah?" pasrah mahes dengan tatapan penuh kebingungan itu.

"Cukup saat ini kamu pendam rasa cinta itu. Cinta itu fitrah nak, kamu tau itu bukan? Perbaiki diri, jika waktunya sudah tepat dan kamu sudah mulai mengenal lebih dalam keluarga dan perempuan itu boleh kamu datang untuk mengkhitbah nya. Jika dia memang takdir kamu, Allah akan mempertemukan kamu dalam ikatan yang suci nanti."

Dari situ mahes tidak pernah menemui gadis yang dia temui di depan gerbang sekolah. Tidak mendatangi rumahnya lagi, dan kini dia hanya memendam semua rasanya sampai waktunya tiba.
Bukannya mahes menunda hal baik itu, tapi dia hanya mengikuti perkataan ayahnya. Dan memang benar semua apa yang di ucapkan ayahnya.

"A'MAHES BUKA PINTU NYA DONG. SYALWA CANTIK MAU MASUK. BOLEH?" teriak Syalwa sambil megedor-gedor pintu kamar mahes
Penghuni didalam tentunya kaget bukan main.

Syalwa terus megedor-gedor pintu kamar tanpa sadar tiba-tiba mahes membuka pintu kamarnya. Sehingga membuat Syalwa jatuh tersungkur ke lantai dan membuat hendra tawa kegirangan.

"Hahaha, paus terdampar. Badan lu gede bener Allahu. Ya ampun siapapun tolong berhentiin tawa gua sekarang."

Bugh bugh

Pukulan yang teramat sakit dikeluarkan Syalwa yang melayang ke lengan hendra, membuay hendra menringis kesakitan sambil mengusap-usap lengan nya yang kini meninggalkan bekas merah. Mahes hanya menyaksikan kaka beradik yang tidak pernah akur walau hanya sejam saja.

"Lagian nih a'mahes buka pintu ga bilang-bilang. Sakit kan hidung dede, hidung mancung gua ternodai dah. Untung cantik nya teu ilang."

"Cih.. Mamah siapin kantong kresek sekarang juga mah, hendra mau muntahh...." ledek hendra dengan setengah teriak sehingga kedengeran sampai ruang keluarga.

Alis mahes terangkat, tatapan penuh pertanyaan tersorot dari matanya.

"Hmm, jadi Syalwa mau ngomong besok aku berangkatnya aga awal 'nya. Soalnya aku ada tugas nih susah banget, biar besok bisa ngerjain di sekolah."

"Hmm,"

"AA DENGER GA SIII."

"Denger, adik ku sayaang." ucap mahes lembut sambil mengacak-acak rambut syalwa.

"Dramatis sekali adik dan kakaku ieu."

"Iri aja lu ah." ucap Syalwa dengan mengibaskan tangannya ke depan wajah hendra

"Lu mah teh jadi ade pilih kasih, sama mahes ngomongna aku-kamu giliran sama gua teu aya sopan-sopanna. Sedih terkadang aing teh."

"LEBAY!"

Syalwa langsung memasuki kamarnya mengingat besok harus berangkat pagi.

°°°°°°°°

Pagi cerah dengan matahari yang indah terbit dengan sempurna. Kicauan burung dan suara ayam berkokok membangunkan Dina.
Membuka hordeng dan berjalan ke arah kamar mandi.
Kebetulan hari ini jadwalnya dina datang bulan, dan membuat tubuh dina merasa tidak enak. Kepala nya sedikit pusing.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang