00

3.9K 125 9
                                    

Saat itu masih suasana lebaran dan liburan sekolah, tentunya keluarga ku masih di kampung halaman. Semua keluarga besarku satu persatu meninggalkan kota cirebon, hanya keluarga kecil ku saja yang masih setia di rumah nenekku.

Tadi malam, aku kebangun pada jam 02.30 wib. Tidak biasanya aku terbangun dini hari seperti itu, ternyata mimpi itu yang membuat aku tiba tiba terbangun.
Aku merasa sangat takut, dan tubuhku gemetar. Dengan pelan-pelan aku membangunkan adik perempuan ku.

"Ifti, bangun if." aku membangunkannya dengan nada lembut

Iftinan, adik perempuanku. Hanya berselisih 2 tahun dibawah ku, beruntung aku mempunyai adik sepertinya. Orang banyak bilang dia lebih dewasa di banding aku, ah entahlah.

"Iya teh, kenapa?" dengan secara terpaksa ifti membuka mata sipitnya.

"Anterin teteh ke kamar mandi yuk, teteh takut hehe." ucap ku dengan cengiran khas

"Kenapa? Tumben minta Anterin, deket kok teh kamar mandinya."

"Yaudah atuh Anterin teteh wae, takut tauu." sambil menarik tangan nya.

Aku masih tidak mengerti apa arti mimpi itu.
Apa cuma bunga tidur?
Aku pun selalu memikirkannya

Adikku sudah terlelap, setelah mengantarkanku ke kamar mandi tadi.
Aku?
Masih duduk di pinggir tempat tidur, masih menerka mimpi itu.

Jadi mimpiku ...

Ada seorang perempuan menhampiri ku, disekeliling itu penuh dengan api.
Didepan ku terdapat pintu-pintu dan di diatas pintu itu ada tulisan nama nama dosa?
Dosa?
Apakah ini neraka?
Hawanya begitu panas, disitu aku memakai kerudung seperti biasanya tapi tidak tau semuanya terasa samar.

Ya, perempuan yang menghampiri ku. Siapa dia? Mukanya begitu tidak jelas, yang ku ingat dia memakai baju yang dapat dibilang cukup ketat dengan rambut hitam panjangnya.

Ah tenang, aku ada teman nya.
Tetapi tidak lama tiba-tiba perempuan itu, ditarik ke satu pintu dosa itu entah oleh siapa.
Disitu muka ku tidak terkontrol, seluruh tubuhku terasa lemas. Takut pun melanda hatiku, sedangkan pintu dosa yang harus ku lewati masih banyak.

Sudah, disitu pun aku langsung terbangun.

Tidak terasa mataku terjaga sampai adzan subuh sudah di kumandangkan.
Aku membangunkan ifti untuk segera sholat subuh bersama ku.
Setelah sholat, aku pun bergegas keluar kamar untuk menemui nenek ku.

Kakekku sudah lama menghadap Allah terlebih dahulu, dan sekarang yang ku punya hanya nenek dan kedua orang tuaku.

"Assalamu'alaikum" ku ketuk pintu kamar nenekku.

"Wa'alaikumusalam, kalebet wae din."

Ku masuk, masih memakai baju tidur dan kerudung bergo warna army.
Berniat untuk menceritakan semua mimpiku semalam, tetapi lebih baik ku ceritakan ke orang tuaku dahulu.

" aya naon din, ifti mana?"

"Teu nanaon nek, ada tu di kamar. Habis mandi dia."

"Yaudah, bilang ke umi kamu nenek mau surabi di sebrang sana tolong belikan ya?" ucap nenekku.

Memang nenek setiap pagi minta dibelikan surabi mak enoh. Enak, tapi aku paling males nunggunya.
Nenekku ada masalah di kaki beliau, sudah 3 kali operasi dibagian kakinya. Sehingga tidak dapat berjalan bebas, dan selalu menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.

Aku pun berjalan ke arah dapur, ya umiku pasti berada di dapur pagi pagi begini.

"Umi.." panggilku

"Ya din, kenapa?"

"Nenek minta dibelikan surabi." ucapku menyampaikan pesan nenek tadi.

"Yaudah, kamu nyampu rumah ya terus buatkan abi teh anget."

"Siap umi."

Keluarga ku tinggal di jakarta, aku tinggal bersama nenek dan ceu edah di cirebon. Orang tuaku setiap bulan selalu mengunjungiku, merasakan jauh dari orang tua dan bljr mandiri.

Aku sekolah kelas 2 SMA, aku hanya gadis biasa yang standar dalam segala hal.

Ku aduk teh hangat, ku aduk lagi tanpa ku sadar.

"Dina, kamu bengong aja. Abi tungguin juga teh nya, atuh malah di aduk aduk aja. Anak abi lagi ada pikiran ya? "

Ya ampun, rasanya kangen banget curhat dipelukan abi.

Aku peluk abi, aku bener-bener nangis sejadi jadinya. Entah hanya air mata yang dapat ku keluarkan, mulut aku tidak sanggup  mengatakan mimpi itu.

"Aduh anak abi kenapa ini? Kok jadi cengeng , anak abi kan kuat. Cerita ya nanti sama abi diruang tengah."

Aku hanya dapat mengagguk dan menghapus airmata ku. Aku ambil cangkir dan kubawa ke ruang tengah
Langkah kecilku dengan tatapan kosong, membuat ku semakin terlihat berbeda dari biasanya.

"Emang iya abi..." ucapan ifti yang samar samar ku dengar.

Ku letakan cangkir itu dan duduk disebelah iftinan.
Terlihat ayah yang sedang bermain eksperesi dengan iftinan, aneh.

"Abi, ifti kenapa? Kok mukanya begitu? " tanyaku penasaran.

"Teteh kenapa? " waduh kok dia malah balik nanya.

"Kamu mah malah balik nanya, kumaha atuh."

"Hehe, maksud aku tuh teteh kenapa kok beda banget hari ini. Coba dong terbuka sama aku."

Aku pun menceritakan semuanya mimpiku kepada ifti dan abi. Mata berkaca kaca dan lama kelamaan airmataku turun tanpa permisi.
Ifti memelukku, sedangkan abi hanya mengelus kepalaku.

"Arti itu maksudnya apa abi?" aku bertanya disela sela isakan tangisku.

"Allah kasih hidayah, lewat mimpi itu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang, bertaubatlah nak. Berubah menjadi pribadi yang lebih agamis. Allah masih menyanyangimu sebagai umat-Nya, kita di ciptakan didunia hanya untuk satu tunjuan yaitu mengabdi kepada Allah. Jadikan Al-Qur'an pedoman hidup kamu, jadikanlah dzikir obat penenang kamu, jadikanlah sholat sebagai tiang agamamu dan jadikan wudhu sebagai perawatan mu."

Aku tersentuh, aku selama ini hanya menjalankan nya tetapi tidak meletakkan itu didalam hati. Mungkin benar apa yang dikatakan abi, sudah saatnya aku menjadi pribadi yang lebih agamis.

"Iya teh, aku mungkin juga belum menjadi manusia yang baik tetapi apa salah nya kan kita mencoba menjadi manusia yang baik?" ucap ifti sambil menghapus airmataku.

"Makasih ya abi, ifti. InsyaAllah dina jalankan semuanya dengan hati dina."

"Sama sama anakku sayang, jangan hiraukan kata kata orang diluar sana. Pasti ada yang tidak suka dengan pakaian, perilaku kamu tapi pesan abi tetaplah istiqomah dengan komitmen kamu. Hidup lah sesuai syariat Agama islam, dimulai dari pakaian, sampai ke kegiatan lainnya. Nanti abi bicarakan ke umi tentang pakian yang syar'i, semoga kamu tetap istiqomah ya nak."

"Iya abi, nasehat abi pasti selalu dina ingat."

Bangga rasanya mempunyai ayah seprti abi. Selalu mendukung kegiatan yang selagi itu baik, walaupun abi super sibuk tapi selalu menyempatkan untuk mendengar curhatan anak perempuan nya.

"Assalamu'alaikum, dina. Umi udh beli surabi nya, kamu udh selesai nyampunya?"

Astagfirullah sampe lupa nyampu.

"Wa'alaikumusalam umi, aku lupa umi keasikan cerita sama abi hehe."

Umi hanya geleng geleng kepala, maafkan anakmu ini umii.

*assalamu'alaikum semuanya
Maaf yang kalo ceritanya kurang bagus.
Maaf juga kalo bamyak yang typo, manusia tidak luput dari salah hehe.
Jangan lupa vote dan coment yaa

Wassalamu'alaikum

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang