20.

895 43 7
                                    

Semilir angin, hangatnya Mentari dan indah nya senja ini ku harap dia dapat menemani Hari-hari ku yang sunyi.

-Ardina Mentari.

=================================
Dina pov.

Aku sudah tak tahan lagi jika terus menahan sakit di depan orang banyak.
Kenapa penyakit ku menyerang saraf otak ku??
Kenapa aku mendapatkan penyakit ini??
Apakah ini ujian dari Allah?
Jika benar, aku ikhlas ya Allah. Tapi ku mohon kembalikan senyumku, agar aku dapat terlihat baik-baik di depan sahabat-sahabatku.

Ku masukan beberapa obat kapsul ke dalam mulutku, lalu ku minum air hangat. Kini ku berada di kamar, nenek khawatir dengan keadaanku tetapi aku selalu menyakinkan jika aku baik-baik saja.

Suara Ketukan pintu kamar ku, membuyarkan lamunan ku.

"Ya sakeudap atuh."

Dengan tertatih aku bangkit dari kasur ku, sedikit mempoleskan lipsgloss agar terlihat fresh.
Ketika ku buka pintu kamar, terlihat syalwa.
Ku mencari-cari lagi apakah ka hendra tidak bersama syalwa?
Ah buat apa aku mencari dia.

"Syal-"

"Wawa mah buru-buru banget sampe ninggalin gua." protes hendra dengan wajah penuh kebetean

Dan Lagi-lagi ucapaku di potong sama orang.
Sabar din.

"Lagian lu lama, cowo jalanna sarua sama cewe."

"Lah lu langkah jalannya, badak-badak yaudah cepetan lu lah nyampenya. Gua kan biasa bawa mobil."

"Lagi--"

"Jadi kalian ka sini teh, numpang ribut doang kitu? Haduh kalian eta teh cicing heula atuh, aku dari tadi mau ngomong teu bisa bisa."

Ku lihat syalwa dan ka hendra langsung diam.

"Nah gitu, yuk duduk di sofa aja."

Mereka pun duduk di sofa, dan aku akan menyiapkan minuman untuk mereka.
Sebenarnya rasa pusing di kepala belum berangsur hilang, tetapi aku harus menyakinkan bahwa aku sehat tanpa penyakit apapun.
Karena aku tidak ingin membuat mereka khawatir.

"Ayo atuh syalwa, a' hendra minum heula."

"Iya iya neng geulis."

Aku pastikan pipiku merah saat ini, untung saja aku sedang keadaan menunduk. Jadi ku harap ka hendra tidak melihat pipi ku yang merah ini karenanya.

"Jadi, aya naon syal ka rumah aku? Padahal kan di sekol--"

"Gua minta Maaf, maaf banget din udah ngehindar dari lu selama seminggu. Dan tadi udah gua ceritain semuanya ke hendra, terus--"

"Songong lu, pake embel-embel aa kek. Durhaka lu nanti."

"Dan tadi udah gua cerita semuanya ke a' hendra. Jadi kayanya gua nya aja yang terlalu sensitif, sedangkan lu aja masih bingung kenapa gua selalu ngehindar dari lu. Seharusnya gua yang kasih semangat, seharusnya gua ada di samping lu. Dan gua harap lu lebih terbuka sama gua dan temen-temen yg lain." ucap syalwa dengan menekankan kata a'hendra dan melirik ka hendra.

"Aku maafin kamu dan aku minta maaf ya syal, aku baik-baik aja ga ada yang aku tutup-tutupin kok." jawabku dengan sedikit berbohong.

"Ini, ini yang paling gua ga suka dari lu,"

"Pura-pura kuat sedangkan raga lu rapuh!" lanjut syalwa dengan mata menatap mataku dalam.

Ya Allah, kenapa ucapan syalwa begitu nusuk ke hati ya?
Apa aku salah terlihat tegar?
Aku hanya ingin mereka tau bahwa aku baik-baik saja, ya walaupun kenyataannya aku jauh dari kata tegar.

Pejuang Istiqomah [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang