13.45
Pembelajaran pun masih terus berlanjut. Dikelas pun sudah ramai dengan celoteh keluhan dari para siswa yang mengharapkan agar dipulangkan lebih awal.
Guru yang berada didalam kelas pun segera menghentikan suara gaduh dari murid muridnya. Namun hal itu nampaknya tidak cukup berhasil.
Penggaris kayu yang berada di samping papan tulis pun sekarang beralih ditangan kanan sang guru dan tanpa ragu ragu, ia segera memukulnya ke meja depan yang tak lain adalah meja untuk guru.
Sontak para murid pun terkejut dan kini suara gaduh pun hilang.
"Jika kalian tidak suka dengan mata pelajaran saya, silahkan keluar!!". Suara dari seorang guru yang begitu tajam."Duh, gimana ni? Kok jadi gini sih". Ucap Tama pada teman sebangkunya.
"Yahh elah, santai aja kali. Baru gini doang udah takut. Payah loe!". Jawab Adit dengan memberikan ibu jari ke arah bawah.
"Kenapa diam? Jika tidak ada yang mau keluar, biar saya yang keluar!! Permisi".
Segera saja sang guru pun mengambil buku dan tasnya yang berada diatas meja.
Namun Reno, Rian, Indra, dan Satria segera menghampiri wanita itu yang hendak keluar kelas.
Sebagian siswa yang lain, menyiapkan kue ulang tahun, balon, ucapan berupa tulisan, dan beberapa kado yang sudah disiapkan sebelumnya.Reno dan teman temannya meminta maaf pada ibu Lusi karena kelakuan para siswa yang kurang sopan.
Tak lama pun lagu 'selamat ulang tahun' dinyanyikan bersama.Seorang wanita paruh baya yang kini berusia 40 tahun pun mengeluarkan air mata dan tak bisa berkata apa apa selain hanya mengusap air yang jatuh di pipinya.
"Selamat ulang tahun bu, semoga panjang umur dan sehat selalu". Ucap kami sekelas kompak
Kue ultah dan kado kita berikan langsung pada bu Lusi. Beliau hanya mengucapkan terima kasih dan tak henti hentinya mengeluarkan air mata.
Kita semua langsung saja memeluk beliau karena terbawa suasana.
Tak lama pun Reno sang KM menyuruh kami untuk duduk kembali di tempat masing masing.Akhirnya bu Lusi guru mata pelajaran bahasa inggris pun mengeluarkan suara.
"Sebelumnya ibu minta maaf kepada kalian atas sikap ibu barusan ya. Ibu sempat merasa bingung kenapa kelas ini jadi berubah sikapnya. Tapi engga disangka, ternyata ini cuman skenario kalian aja. Terimakasih atas ucapan dan doa yang kalian berikan untuk ibu. Sekali lagi ibu sangat ber terima kasih kepada kalian". Air mata pun kini mengalir kembali di pipinya."Terima kasih kembali bu, justru kami yang harusnya meminta maaf karena sikap kami yang membuat ibu menjadi agak emosi. Sebenarnya kami tidak tega akan melakukan ini, tapi kami ingin memberikan kenangan yang tak mungkin ibu lupakan. Walaupun resiko nya kami akan terima". Ucap Indri yang menjabat sebagai sekretaris di kelas.
Tak lama pun suara bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa bergegas untuk bersiap siap pulang. Suara berat Reno kini terdengar sampai barisan belakang yang mengajak untuk berdoa bersama sebelum pulang.
"Sikap. Berdoa mulai."
Semua siswa menundukkan kepala dan berdoa dalam hati.
"Selesai. Beri salam."
Beberapa siswa pulang bersama bu Lusi untuk membantunya membawa kue dan kado menuju ruang guru.
Sebagian yang lain ada yang melaksanakan piket, dan sebagian lain ada yang langsung pulang. Hari ini Nissa kebagian yang mendapat piket, mau tidak mau setelah pulang sekolah ia harus melaksanakan nya.Bukan hanya Nissa saja yang piket hari ini, tapi ada Anggi, Aruna, Asna, Beno, dan Bima.14.55
Adzan berkumandang dengan merdu. Suara itu memenuhi seluruh koridor sekolah.
Nissa yang telah menyelesaikan tugas piket, kini tangan kanan nya mengambil air mineral dari samping tas warna biru abu milik nya dan duduk di bangku dekat pintu.Glek... Glekk.. Glekkk..
Suara air yang mengalir ditenggorok nya terdengar begitu jelas.
"Loe haus ya? Hahaha, sampe kedenger jelas banget suaranya. Jadi haus nih gue" Tanya Bima nyindir.Nissa yang sedang asik minum, kini terhenti saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Bima. Ia hanya membalas nya dengan anggukan dan senyuman yang memperlihatkan gigi rapi milik nya.
"Minum air seger deh kayaknya, hahaha" sindir Aruna sambil menelan ludah dan tangannya mengusap leher.
"Hehehe, Una.. Nih mau minum? Masih ada ko minumnya," ujar Nissa sambil menyerahkan botol yang berisi air minum.
"Beneran nih? Jadi malu, duhh.. Padahal bercanda doang ko, tapi haus sih. Hehehe" jawab Aruna sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
Nissa hanya mengangguk dan memberikan senyum manis untuk Aruna.Piket hari ini sudah selesai, kami ber enam berjalan bersama menuju masjid yang ada di sekolah. Namun Anggi dan Asna tidak ikut ke masjid karena mereka sedang haid dan mereka memutuskan untuk pulang terlebih dulu.
Kami ber empat langsung menuju tempat wudhu yang disediakan pihak sekolah.
Berhubung masjid di sekolah sedang direnovasi, jadi tempat wudhu dialihkan ke dekat taman mantan (sebuah taman yang hits disekolah karena tempatnya nyaman dan namanya juga sangat populer, yaitu taman MAN-TAN, TAN, MANTAN 😂)Dari kejauhan mata ini sudah menangkap sosok pria yang sedang tertawa bersama teman teman nya. Entah kenapa mata ini terus tertuju pada pria itu, dan mulai timbul perasaan aneh.
Ko ngerasa cemburu ya, saat dia tertawa lepas sama temen cewe nya.
Gumam ku dalam hati.Segera saja aku tersadar dari perasaan aneh, dan beristighfar sebanyak-banyaknya.
"Astagfirullahalladzim..... Ngomong apa sih kamu ini. Harus banyak-banyak istighfar Niss". Ucapku menasihati diri sendiri.👀👀
"Woi anj**g!! Maju kalo loe berani,"
"Sini loe maju buruan!!"
"Payah loe!"
Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghantam nya dengan sekali pukulan kasar yang mendarat di pipi kanan.
Brukk.. Srrkkk...
Seorang pria yang tersungkur di lapangan sekolah dengan luka luka dibagian lengannya. Ditambah kemeja putih dan celana panjang abu miliknya kini menjadi kusam akibat bergesekan dengan tanah.
Semua pasang mata kini tertuju pada lapangan yang sudah dikerumuni puluhan siswa/i. Dari kejauhan, sudah terdengar suara gaduh yang membuat keadaan menjadi memburuk.Nissa kini meninggalkan teman-temannya yang masih terlihat syok dengan kejadian di lapangan. Tanpa berpikir panjang, Nissa segera bergegas menuju ruang kesiswaan yang cukup jauh dari tempat asalnya berdiri.
Sampailah Nissa di depan pintu ruang kesiswaan dengan napas tersenggal-senggal. Ia berusaha mengatur napas dan detak jantungnya yang tak henti-henti nya bergerak begitu hebat.
Tok.. Tokk... Tokk....
Nissa mendaratkan tangan kanannya ke pintu ruang kesiswaan dengan napas yang masih tidak beraturan.
Keringat nya begitu lancar turun dari dahi ke bawah. Dengan sigap ia menyapu keringat nya menggunakan selembar tissu yang diambil dari balik saku seragam putih berlambang OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Hidupku
SpiritualInilah Hidupku Tak perlu engkau risau untuk menikmati alurnya. Tak perlu engkau benci untuk setiap kisah yang datang. Tak perlu engkau pergi untuk berpaling darinya. Dan, Tak perlu engkau kembali untuk menghapus semuanya. Karena... Inilah Hidupku. P...