10. Berlanjut

544 17 0
                                    

Pagi ini, langit begitu cerah.
Sinar matahari pun tak malu-malu untuk menampakkan dirinya di bumi ini.
Hembusan angin lembut menyentuh seluruh penjuru langit.
Sambutan hangat dari burung burung kecil yang bertebangan bersama rombongannya, membuat ku semakin ingin terus menikmati pagi ini dengan indah.

Ahh.. Masa sih?

Sepeda motor matic warna black sudah terpakir rapih di parkiran sekolah. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.02 wib. Helm yang terpasang dikepalanya saat ini, kini ia lepas dan menaruhnya di bagasi motor. Jari-jari tangannya bergerak dengan lincah memainkan rambut yang sedikit berantakan. Tak lupa ia memantulkan wajahnya di depan cermin kecil yang tak lain ialah kaca spion yang terpasang rapih di sebelah kanan dan kiri.

Dirasa sudah cukup, ia bergegas untuk menuju kantin yang tak jauh dari parkiran. Memang pagi ini ia sengaja untuk tidak sarapan pagi dirumah. Sesampainya disana, ia memilih untuk duduk di dekat tukang bubur ayam mang Hendra yang konon katanya rasanya begitu lezat.

"Assalamualaikum mang". Ucap Ilham dengan ramah

"Waalaikumsalam. Eh ada nak Ilham, tumben sekali pagi-pagi gini sudah ada di sekolah". Balas mang Hendra

"Hehehe,iya nih mang soalnya ada urusan perut yang ngidam banget pengen makan bubur ayam buatan mang Hendra". Ilham membalasnya dengan candaan

"Hahaha. Ngidam kayak orang hamil aja". Ketus mang Hendra

"Hehehe," cengiran kuda yang kini ia pasang di wajah nya.

"Oh iya mang, bubur ayam nya satu pake topping kacang, telur rebus setengah matang, dan potongan cakue ya. Sambalnya 2 sendok aja" sambungnya

"Oke siap. Minumannya apa?"

"Teh tawar anget aja mang"

"Siap 86! Hahaha". Kami pun tertawa bersama.

Sambil menunggu pesanan nya datang, pandangan Ilham bergerak kesana kemari menelusuri keadaan sekitar. Tak lamapun pesanan nya telah tersaji di meja dan segera disantap dengan lahap.

Saat hendak menyantap suapan bubur yang terakhir, tak sengaja Ilham melihat Alvito dan beberapa temannya dari arah parkiran sambil melambungkan jempol keatas lalu kebawah sembari tertawa meremehkan.

Ilham hanya membalas dengan sedikit senyum tak ikhlas nya dan langsung melahap satu sendok penuh bubur terakhirnya dengan sangat lahap.

Selesai makan, Ilham berpamitan pada mang Hendra untuk pergi ke kelas.

Sesampainya dikelas, ia langsung duduk dibangku barisan ketiga dari pintu kelas.
Lalu mengambil ponsel dari saku celana nya karena notif pesan berdering. Sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenalnya tiba-tiba masuk ke ponsel Ilham.

Dari: 0823476***
BELUM KELAR!!! INGAT ITU!!

Ilham pun langsung membuang napas kasar setelah membaca pesan singkat yang ia duga si pengirim nya ialah Alvito.

"Sialan!". Ucapnya singkat sambil mengepal tangannya kuat-kuat.

Raut mukanya kusut.

Rahangnya mengeram kuat.

Beno yang sedari tadi menatap Ilham, kini memberanikan diri untuk menyapa nya.
"Heh ham, kenapa loe?". Tangannya menepuk punggung bagian kiri Ilham.

Ini HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang