Chapter 6 : Homo Dude and his so-called Live Load

14.2K 589 31
                                    

Live load atau secara harfiah beban hidup, dalam istilah konstruksi dan arsitektur merupakan beban dinamis pada sebuah struktur.

Tadi malam merupakan salah satu sweetest night yang kualami selama aku di kota ini walaupun masih ada sesuatu yang janggal yang terjadi tadi malam. Kuakui, aku tidak pernah berdiskusi atau mengeluarkan pendapatku yang sebenarnya kecuali kepada Andre. Tapi sebagian diriku yang lain berkata untuk berhenti sampai disini saja.

Aku berangkat ke office dengan semangat pagi ini, menyapa para orang tua itu dengan ramah, mereka terheran-heran dengan sikapku.

"Lu demam coy" Steven menempelkan bagian belakang telapak tangannya di dahiku.

"Nggak, gue sehat walafiat, kenapa Steve?" kuberikan senyumku yang paling manis kepadanya.

"Hi.... ekspresi lo menjijikan coy" 

"lo ke Pacific tadi malem?" Doni menuduhku pergi ke salah satu club yang paling terkenal di kota ini. Aku mengangkat bahu dengan senyum berlagak misterius. "Gak ngajak-ngajak lo ya" lanjutnya.

"Bang Zikra, abis shalat tahajud?" tuduhan Pak Jek lain lagi.

Maksudku, sebegitu terlihatkah bahwa aku sedang dalam mood yang baik. Atau memang baru kali ini mereka melihatku bahagia selain tanggal gajian tentunya. 

Saat di office, aku menerima sebuah E-mail.

From : Annisa@xxxxx.com
To      : Zikraputrachaniago
@xxxxx.com

Hey, boleh kenalan?  

Aku sedikit tergelak saat menerimanya, masih ada aja orang iseng minta kenalan, aku tidak tahu siapa dan dari divisi mana orang yang bernama Annisa ini bekerja. Mungkin temannya atau siapapun sedang mengerjainya. kubalas surel itu dengan santai.

From : Zikraputrachaniago@xxxxx.com  
To : 
Annisa@xxxxx.com

Ya, boleh. jangankan kenalan, nomor hape juga ku kasih, hehe.

Beberapa menit kemudian balasannya muncul.

From : Annisa@xxxxx.com
To : Zikraputrachaniago@xxxxx.com

Maaf ya Zikra, tadi itu teman nisa yang iseng, tapi kalo dikasih nomor juga gapapa. hehe

Aduh, aku tidak tahu mau dibalas apa lagi, ternyata gadis ini serius. 

"Cieeeeeeeeeee" Dari balik kursi-ku, kak Linda dan Steven berdiri melihat monitorku dengan senyuman mengejek. Aku terkejut dengan kehadiran mereka. "Sudah sejak kapan kalian disitu?" tanyaku.

"Sejak awal lo menerima email dong" kak Linda merasa menang.

"Cihuy, akhirnya teman gue bukan elgebete, terimakasih hidayahnya tuhan" Steven berlagak seperti orang yang berdoa. Aku tahu dia sebenarnya tidak mengerti dengan apa yang telah dia sebutkan itu.

"Amin.. ntar bisa dibawa ke Fun-Day dong?" tambah kak Linda "Pasti bakalan Seru"

"hmmmmm, tau juga enggak siapa nih orang" Jawabku.

"Liat di contact list dong" Saran kak Linda.

Beberapa saat kemudian, aku mengetikan nama gadis itu di kolom pencarian contact list internal kantorku. Seorang gadis cantik dengan jilbab muncul dibalik layar monitorku. Dia dari divisi purchasing.

"Boleh juga coy, cantik" Puji Steven.

"Wuihh, kalo pak Andi tau, dia pasti seneng, dia suka cewek model begini" Kak Linda berbicara terus langsung pergi dengan bersemangat.

Engineer HomoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang