"Baiklah, karena sekarang last day Zikra disini, sebaiknya kita mendengar speech dulu darinya" ucap pak Andi sebelum mengakhiri morning meeting, dimana kali ini semua anggota Facility ikut bergabung dalam meeting karena ini adalah hari terakhirku berada disini.
"Terimakasih, kesempatannya pak Andi" Aku mulai berdiri didepan, dihadapan teman-teman yang selama setahun lebih ini bersama-sama denganku bertugas di Facility.
Aku mulai bicara "Sebenarnya saya tidak menyangka juga bisa memutuskan secepat ini untuk mengundurkan diri, dimana saya sudah merasa nyaman disini, kecuali beberapa minggu terakhir" ucapku jujur, aku tidak peduli lagi di hakimi oleh mereka, karena aku juga tidak akan kembali kesini lagi.
"Hari-hari di Facility adalah hari yang paling menyenangkan, saya tidak menyangka ternyata dunia kerja juga bisa fun seperti ini"
"Dan untuk beberapa hal mungkin saya akan jujur"
Aku memperhatikan semuanya satu persatu, kemudian mulai bicara lagi "Maaf aku tak suka di bully, tidak pernah suka sedikitpun" lanjutku, aku sudah bisa jujur sekarang dan itu adalah hal yang baik sebagai permulaan untuk memulai hidup baru.
"Sensi amat sih mas" celetuk pak Wardi setengah bercanda.
"Sesekali boleh pak, tapi ini tiap hari, kalo iya mood ku sedang baik, kalau tidak? Bully-an itu akan merasa menyakitkan" aku membalasnya juga dengan bercanda.
"Ya laki-laki emang gitu mas Zikra, candaannya kasar" aku mengangguk setuju, tetapi tetap hal itu bukanlah untuk semua orang.
"Tapi ya kami minta maaf juga ya kalau sering ngerjain bang Zikra, kalau gitu gak bakalan akrab-akrab kita" lanjut pak Jek. Aku memberikan senyuman dan setuju juga dengan pak Jek yang suka menyuruhku untuk segera menikah ini.
"Saya mohon maaf juga, jika selama ini saya juga sering tidak menghormati para bapak-bapak yang seusia orang tua saya sendiri, terutama pak Jek dan pak Wardi" ucapku lagi. Entah kenapa mataku mulai berkaca-kaca terharu kali ini.
"Untuk Steven, teman yang paling bisa diandalkan di Facility, aku gak pernah lagi akrab sama orang semenjak SMA, baru dengan Steven aku mulai percaya tentang pertemanan lagi" Steven melihatku dengan ternganga, matanya juga sedikit berkaca-kaca, bisa juga dia terharu seperti itu.
"I will miss you coy" ucap Steven. Aku tergelak.
"Untuk kak Linda, Deni dan Hendri, terimakasih juga atas support-nya selama saya jadi engineer disini" lanjutku beralih kepada tiga orang itu.
Hendri mengangguk, dengan ekspresi menyebalkannya yang pasti akan ku rindukan nantinya. Dia juga terlihat sedih.
"Terakhir untuk pak Andi, terimakasih atas ilmu dan kepercayaan yang telah diberikan, semoga semuanya dapat bermanfaat bagi saya" lanjutku. Pak Andi mengangguk.
"Engineer di facility mungkin akan terus berganti-ganti Zik, selama saya disini udah empat orang arsitek menjadi bawahan saya" pak Andi mulai bicara.
"Tapi saya akan selalu ingat Zikra, Engineer yang paling unik, yang memberikan warna baru dalam keluarga facility" tambahnya.
"Satu hal yang pasti, facility akan berbeda tanpamu, Zik" dia mengakhiri kalimatnya.
"Tidak ada yang akan membuat kami tertawa lagi seperti dirimu, lelaki yang naif dan polos" ini kak Linda yang mulai bicara.
"Mungkin yang terakhir" aku tidak bisa menahan air mataku lagi.
"Saya Engineer homo bukan Engineer yang suka sepak bola, saya benci sepak bola" lanjutku terisak. silahkan hina aku, silahkan bully aku, yang jelas aku akan pergi dari sini meninggalkan luka dan akan memulai hidupku lagi. Aku sudah tidak bisa berbohong lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engineer Homo
RomanceBeing gay it's never been easy, especially here in Facility. Zikra, Seorang discreet Arsitek di sebuah perusahaan multinasional yang dipenuhi oleh orang-orang straight nan konservatif. Otomatis dia harus berpura-pura untuk menutupi identitas aslinya...